Adieu - Bab 11 Senyuman Yang Tidak Kenal Takut

Cherry Xu dibawa Alex Ong ke ruang pasien, sekujur tubuhnya bergetar tanpa tertahankan.

Melihat Alex Ong menggenggam erat berkas yang tadi diberikan William Chan, ia tiba-tiba tersadar, itu pasti laporan medis kanker lambung Clarice Xu.

Kalau Alex Ong tahu apa yang terjadi sebenarnya, ia ......

Itu tidak boleh terjadi. Ia segera mengambil telepon genggamnya dan diam-diam mengetik sebuah pesan singkat. Ia kemudian menekan tombol shortcut, mengirim pesan itu.

Situasi masih terkendali, pihak penerima pesan dengan segera memberi jawaban yang menenangkannya: "Diterima, segera dikerjakan!"

Tepat saat itu, perawat masuk ke kamarnya, membawa obat-obatan yang sudah dipersiapkan.

Dengan wajah pucat Cherry Xu berbaring di kasur pasien, matanya terus menatap perawat yang tengah mempersiapkan obat. Tatapan dingin Alex Ong yang berdiri di samping ranjang menambah kepanikannya, tanpa sadar kepalanya mulai dibasahi keringat dingin.

"Nona Xu, proses ini kemungkinan akan sedikit sakit, mohon Anda tahan sedikit." Perawat muda itu memegang kapas yang sudah dibasahi alkohol, tengah bersiap mensterilkan kulit Cherry Xu dari kuman.

Respon Cherry Xu sangat tenang seolah tidak terjadi apapun, tetapi ia sebenarnya sangat ketakutan, wajahnya menjadi semakin pucat.

Dampak dan efek samping kemoterapi sangat menyakitkan. Cherry Xu sendiri adalah dokter, ia jelas paham ini lebih dari siapapun. Ini semakin mengkhawatirkan, karena ia sendiri bahkan tidak benar-benar terkena kanker.

Tetapi, wajah Alex Ong di sampingnya sangat tidak wajar, ia jelas tidak boleh membiarkan kebenaran terungkap. Ia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi kalau Alex Ong sampai tahu apa yang terjadi sebenarnya.

Perawat menusukkan jarum sedikit demi sedikit ke pembuluh darah tangan kiri Cherry Xu. Ia hanya bisa diam menahan rasa ngilu yang muncul. Ia perlahan merasakan cairan yang ada dalam botol obat mengalir sedikit demi sedikit ke dalam tubuhnya, wajahnya tetap berusaha tenang.

"Nona Xu, kemoterapi akan berdampak besar bagi tubuh pasien. Setelah ini, Anda mungkin akan merasa sedikit tidak nyaman. Tetaplah jaga makan, perbanyak istirahat!

"Baik, terima kasih!"

Setelah menyampaikan beberapa kalimat, perawat itu bergegas keluar.

Melihat Cherry Xu yang dari awal tenang menjalani kemoterapi, Alex Ong yang dari tadi berdiri di pojok merasa kakinya lemas, ia segera duduk di kursi.

Waktu berlalu detik demi detik, menit demi menit, seluruh cairan dalam botol obat sudah mengalir ke tubuh Cherry Xu.

Alex Ong mengerutkan alisnya, ia menatap ke bawah, ke arah laporan medis Clarice Xu. Hatinya sedikit kacau, apa mungkin ia sudah berpikir terlalu jauh dan berlebihan?

Ia kembali menatap wanita yang tenang menjalani kemoterapi itu, wanita yang tubuhnya kini sudah dialiri cairan dari botol obat, wanita yang wajahnya pucat kesakitan.

Dari hatinya yang barusan dipenuhi kecurigaan terhadap Cherry Xu muncullah perasaan bersalah. Bagaimana mungkin hanya berdasar sebuah laporan medis ia bisa langsung mencurigai seorang wanita yang sudah berkorban banyak untuknya.

Apalagi yang memberi laporan medis itu adalah William Chan.

"Apakah masih sakit?"

Alex Ong bertanya padanya. Cherry Xu agak kaget, tidak tahu apakah ini reaksi alami psikologisnya ataukah efek dari obat yang baru saja dialirkan ke tubuhnya.

Ia merasa tubuhnya lelah tidak bertenaga, keringat mengalir deras, suaranya amat lemah: “Aku baik-baik saja, Alex Ong. Apakah kamu bisa memindahkan saya ke RS Swasta? Di sana ada kolega-kolega saya, mereka sudah paham dengan riwayat penyakit saya, ini akan membuat saya bisa lebih tenang."

Keraguan sepintas tersirat di wajah Alex Ong, tetapi melihat Cherry Xu dan wajahnya yang pucat itu, ia hanya bisa berkata, "Baik!"

Alex Ong langsung memanggil supir, membawa Cherry Xu pindah rumah sakit.

Sebelum meninggalkan RS Kota Bei, ia sempat menyerahkan map kertas yang disimpan dalam kantongnya pada asistennya, James Huang, sambil berkata: "Telusuri baik-baik!"

Cherry Xu duduk di dalam mobil sedan, ia menatap bangunan RS Kota Bei melalui jendela mobil. Wajahnya yang pucat karena reaksi obat menampilkan seberkas senyum, senyum tidak kenal takut.

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu