Adieu - Bab 47 Jika Putus Asa Bersuara
Kemudian, waktu itu seperti jam pasir yang terbalik, satu menit satu detik. Suatu saat dalam suatu waktu, sangatlah berharga bagi Alex dan Clarice.
CEO Alex yang awalnya memimpin di masa lalu, tidak mengambil langkah apapun lagi.
Dia meletakkan semua aroganisasi dirinya, menghapus segala kepuraannya, dan tinggal di rumah sakit. Membawa ribuan perasaan bersalah di hatinya dengan perasaan cintanya yang masih belum sempat dikatakan. Dia bersembunyi di tempat yang tidak bisa dilihat Clarice diam-diam menjaga dan menemaninya.
Kamar pasien yang tenang di tengah malam. Dia akan tidur setelah Clarice memakan obat penenang dan kemudian menindurkannya dalam pelukannya sampai setiap pagi dimana hari barusan cerah, sebelum dia bangun mencium dahinya dan pergi.
Dia secara pribadi belajar memasak sup dan bubur serta menyerahkannya kepada William untuk membiarkannya menyuapi Clarice yang tidak bisa bernafsu makan bahkan jika Clarice hanya memakannya sedikit.
Dia akan mengikuti Clarice dari belakang dan melihatnya menelan obat dan menerima suntikan. Melihat rasa sakit dan penderitaannya, rasa sakit di hatinya karena ketidakberdayaan lebih menyakitkan daripada rasa sakit Clarice. Rasa sakit yang tidak berdaya sama sekali tidak ada cara untuk menyembuhkannya.
Dia menatap Clarice yang perlahan menjadi kurus.
Dia menatap Clarice yang selalu muntah darah setelah makan.
Dia menatap dokter yang selalu mengerutkan kening dan menggelengkan kepalanya setelah memeriksa tubuh Clarice.
Di malam yang terpencil ini dapat didengar suara ombak dari luar melalui jendela.
Clarice sudah makan obat penenang diri dan tidur, Alex yang duduk di tempat tidur memandangnya dengan erat dengan perasaan tidak ingin pergi.
Meskipun dia pucat dan kurus, tetapi panca indera kelihatannya masih indah itu membuat orang yang melihatnya selalu merasa bersih dan nyaman.
Alex dengan lembut menyentuh kepala Clarice yang telah botak dengan nada penuh belas kasihan berkata "Clarice bahkan saat tidur kamu juga terlihat sungguh menyakitkan, tubuhmu pasti sakit sekali ."
Setelah selesai bekata, air matanya mengalir setetes demi setetes.
Kanker merupakan sesuatu yang sangat menyakitkan, sel-sel kanker seperti prajurit kecil dengan pisau, menyerang tubuh yang sehat di sepanjang setiap jaringan otot dalam tubuh, tujuannya adalah untuk membuat mereka perlahan lahan menjadi rentan dan lemah, menyakitkan dan akhirnya mati.
Sepanjang malam ini, Alex duduk di tempat tidur Clarice dan menatapnya, langit yang sedikit cerah dari garis pantai terlihat sedikit sinar matahari.
Alex mengulurkan tangannya yang gemetar dan menyentuh wajahnya dengan lembut mencium dahinya: "Clarice aku kembali untuk menyiapkan sarapan untukmu,tidurlah beberapa saat lagi, pastikan untuk menungguku!"
Setelah itu, dia perlahan lahan pergi.
Saat kembali ke rumah, tangan Alex yang memegang panci berisi air yang barusan dimasak untuk dijadikan bubur buat Clarice, teleponnya tiba-tiba berdering.
Alex menatap layar ponsel dan mengangkat telepon dengan bingung bertanya "William ada masalah apa?"
"Kamu kemarilah untuk melihat dia untuk terakhir kalinya."
Jika keputusasaan dapat digambarkan dengan kata-kata, itu pastilah kata “pandangan terakhir”.
Air yang mendidih panas menyelinapi tangan Alex sampai ke kakinya tapi dia tidak merasakan ada kesakitan sama sekali seperti sebatang kayu yang tidak merasakan apapun.
Setelah terdiam beberapa detik dia sadar kembali, tubuhnya yang kaku akhirnya mengambil satu langkah dan berlari ke rumah sakit.
Rumah sakit itu berada di seberang rumahnya, tetapi jaraknya terasa begitu jauh sehingga Alex merasakan sendiri yang telah berjalan lama tetapi masih belum tiba.
Sambil berlari Alex sambil berbisik "Clarice tunggulah aku, kamu harus menungguku!”
Air mata telah mengaburkan sepasang matanya, Alex menggerakkan kakinya yang telah dilepuh oleh luka bakar,selangkah demi selangkah berlari ke arah trotoar berjalan .
Novel Terkait
Takdir Raja Perang
Brama aditioCinta Di Balik Awan
KellySomeday Unexpected Love
AlexanderPrecious Moment
Louise LeeHei Gadis jangan Lari
SandrakoThe Gravity between Us
Vella Pinky1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaAdieu×
- Bab 1 Surga Hingga Negara
- Bab 2 Aku Akan Merasa Tenang Jika Kamu Yang Menangani Masalah Ini
- Bab 3 Laporan yang Palsu
- Bab 4 Kalian Tunggu Saja Aku
- Bab 5 Sengaja Mengakui Kesalahan
- Bab 6 Selamatkan, Selamatkan Aku
- Bab 7 Aku Rela, Jika Harus Mengorbankan Segalanya
- Bab 8 Boleh Bercerai, Tetapi Ada Syaratnya
- Bab 9 Kepanikan yang Sulit Disadari
- Bab 10 Jalan, Saya Antar Kamu Pergi Kemoterapi
- Bab 11 Senyuman Yang Tidak Kenal Takut
- Bab 12 Melanjutkan Hidup dengan Baik
- Bab 13 Bukti Laporan Palsu
- Bab 14 Selamanya Tidak Bertemu Dan Berjumpa Lagi
- Bab 15 Suara Penyelesaian yang Dingin
- Bab 16 Ruang Sakit Kosong yang Penuh Darah
- Bab 17 Kebenaran Yang Menakutkan
- Bab 18 Obat penghilang rasa sakit yang kuat
- Bab 19 Tidak Bisa Menemukannya
- Bab 20 Siapakah Pria Itu?
- Bab 21 Aku Menemanimu Berperan Dalam Drama Ini
- Bab 22 Penebusan Dalam Angin Dingin
- Bab 23 Dimana Orang Jahat Dimakamkan
- Bab 22 Jatuh Ke Dalam Jebakan
- Bab 25 Aku Hari Ini Datang untuk Menagih Hutang
- Bab 26 Kamu Dan Aku tidak memiliki Dendam Dan Salah
- Bab 27 Kembalilah, kembali dan bunuh aku!
- Bab 28 Di Umur 17 Tahun Di Selamatkan
- Bab 29 Rencana Dilaksanakan Seperti Biasanya
- Bab 30 Kotak Hitam yang Indah
- Bab 31 Sangat Menyeramkan
- Bab 32 Kamu Juga Harus Merasakan Rasa Putus Asa
- Bab 33 Rumah Duka
- Bab 34 Thanks A Lot!
- Bab 35 Alex Kamu Seharusnya Bahagia
- Bab 36 Masuk Ke Lubang yang Dalam
- Bab 37 “Teriakan Memilukan dari Dalam Reruntuhan ”
- BaB 38 Luka Yang Sangat Mendalam Hingga Tulang Pun Terlihat
- Bab 39 Apakah Kamu Mau Mengakuinya
- Bab 40 Ada Sebuah Rahasia Untukmu, Apakah Kamu Mau Mendengarnya
- Bab 41 Hasil Penelitian Abu Itu Terasa Janggal
- Bab 42 Nyonya Duduk Di Halaman Perkarangan
- Bab 43 Penyiksaan Penyakit
- Bab 44 Dia Mengharapkan Dalam Kehidupan Ini Tidak Bertemu Kamu
- Bab 45 Jikalau Kamu Kembali, Kamu Bisa Melihat Keberadaanku
- Bab 46 Selamanya Tidak Akan Membaik
- Bab 47 Jika Putus Asa Bersuara
- Bab 48 Mengganti Hatiku Untuk Hatimu