Cinta Yang Terlarang - Bab 27 Jurang Kehancuran

Bab 27 Jurang Kehancuran

Tina saat itu menyadari bahwa semuanya salah, dia ingin bercerai, ingin melepaskan segalanya. Tetapi tidak terduga, dia hamil, orangtuanya tahu segalanya, dan juga memberitakan berita kehamilannya. Pandangan semua orang dan harapan orangtuanya menjadi belenggu yang membuatnya tidak bisa pergi. Kemudian selangkah demi selangkah, tampaknya ada tangan yang tak terlihat di belakang, mendorong dirinya selangkah demi selangkah ke jurang, hingga dia tidak bisa melangkah.

Air mata dalam diam membasahi wajah Tina, semacam keluhan di mana menangis pun tidak dapat mengeluarkan suara.

Sangat lama, sangat lama, Yanto sudah tidak tahan, mengulurkan tangan untuk menarik Tina bangun. Namun, Tina sudah terlalu lama berlutut, kedua kakinya sudah lama mati rasa.

Yanto membungkuk untuk menggendong Tina meninggalkan kamar orangtuanya, membawanya ke kamar miliknya sendiri dulu.

Tina berbaring di atas ranjang, kedua lengan memeluk dirinya sendiri dengan erat, kedua kakinya masih mati rasa. Dirinya sangat amat sedih, mata yang memandang ke luar jendela kosong, seolah-olah tidak ada jiwa.

Yanto berlutut di ranjang, membawa Tina masuk ke dalam pelukannya.

Yanto awalnya ingin memberi Tina pelukan yang hangat dan dapat dipercaya, tetapi ketika dia benar-benar memeluknya, dia menyadari bahwa akal sehatnya yang kuat juga runtuh dalam sekejap. Kedua lengannya tanpa sadar makin dieratkan, sangat erat hingga ingin membawa wanita ini masuk ke dalam tubuhnya. Mencium wajahnya, mencium air matanya, dan akhirnya tidak bisa menahan untuk mencium bibir yang selalu dirindukannya itu.

Mata Tina yang kosong akhirnya memiliki cahaya, tetapi malah menggunakan akal sehatnya yang terakhir untuk menolaknya: "Hei ... Kakak ..."

"Aku bukan Kakakmu, aku adalah Ayah Deco!"

Yanto tidak bisa mengendalikan diri kemudian berteriak, lalu menekan Tina di atas ranjang. Tidak peduli akan semuanya mulai menciumnya dengan gila. Terburu-buru, tidak beraturan, tidak seperti hal yang bisa dilakukan oleh pria yang berusia 33 tahun, seakan seperti bocah laki-laki yang belum dewasa.

Setelah penolakan awal, Tina menyadari bahwa dia sama sekali tidak berdaya, perlahan dia menyerah, mengikutinya.

Dalam hati setiap orang memiliki rahasia yang tidak ingin diketahui orang lain. Rahasia Tina adalah dia jatuh cinta pada Yanto yang seharusnya tidak boleh dia cintai. Tadinya dia telah kehabisan kekuatan untuk menyembunyikannya, tidak tahan sedikit pun. Jadi, ketika api dinyalakan, semuanya akan terbakar.

Ketika tubuh kedua orang itu akhirnya bergabung menjadi satu, Tina tidak bisa mengendalikan tubuhnya yang bergetar, juga menyadari bahwa Yanto juga bergetar sama seperti dirinya.

Hidup itu singkat, tidak tahu kapan itu akan terjadi, akan menghitung mundur. Tina sangat ingin menjadi egois, melepaskan diri, menjadikan rasa ini, pria ini untuk diingat di lubuk jiwanya, diukir di tulangnya. Ketika dia mati suatu hari, maka akan memiliki sedikit penyesalan.

Tina mengulurkan tangan menyentuh wajah Yanto, ada air mata di sudut matanya, tetapi dia malah tersenyum, menatap lurus pergerakan pria itu di atasnya.

"Aku, akhirnya, melihatmu ketika sedang bercinta denganku." kata Tina dengan lembut.

Otot Yanto mengencang, keringat di dahinya jatuh di sudut mata Tina. Kemudian dia mengulurkan tangan untuk menutup mata Tina, dia tidak bsia menahan air matanya, setetes demi setetes jatuh, jatuh di wajah Tina.

Dua orang itu jelas-jelas saling mencintai, tidak perlu dikatakan, mereka tahu bahwa mereka saling mencintai satu sama lain dengan dalam. Tapi identitas itu ada di tengah-tengah mereka, tidak ada yang bisa melewatinya.

Kedua tangan Tina dengan erat memeluk punggung Yanto, menggunakan hidupnya untuk memeluknya. Tuhan sudah menghukum dirinya, sudah membuat dirinya tidak punya banyak waktu lagi. Jadi berikan semua dosa padanya, jangan menyentuh pria ini lagi. Aku bersedia diberi hukuman yang lebih berat, bahkan jika aku mati besok. Pada saat ini, izinkan aku, mencintainya.