Cinta Yang Terlarang - Bab 23 Istrimu Sangat Cantik

Bab 23 Istrimu Sangat Cantik

Yanto bukan orang bodoh, tahu apa yang dipikirkan adiknya. Jelas-jelas harusnya menolak, tetapi dia mendapati bahwa dia bahkan tidak memiliki hak dan alasan untuk menolaknya.

Dia adalah Kakaknya, dia berharap adiknya hidup normal. Dia tahu bahwa adiknya pasti akan menyanyangi Tina sepenuh hatinya. Tapi ... hatinya benar-benar sakit sehingga tidak bisa bernapas.

Yanto mencari alasan untuk mengusir Jinny pergi, Deco dibawa oleh pelayan untuk diajak ke kamar tamu tidur siang. Hendra keluar untuk memasukkan Deco ke dalam kartu keluaga. Ketika semua orang tidak ada, Yanto baru berjalan masuk ke dalam kamar Tina, memeluknya dengan erat-erat ke dalam pelukannya.

"Kamu masih hidup, baguslah." Yanto, seorang pria yang sangat tinggi, membenamkan wajahnya di leher Tina bergumam pada dirinya sendiri.

Yanto berkata pada dirinya sendiri, Tina masih hidup, putranya juga sudah berusia 5 tahun, ini adalah hal yang tidak berani dia mimpikan sebelumnya, seharusnya dia sudah puas. Bukankah harapannya sebelumnya adalah agar mereka hidup? Harapannya sekarang sudah terpenuhi. Lalu mengapa masih serakah dan ingin lebih, dan juga ingin memeluknya, masih ingin membuatnya menjadi miliknya sendiri?

Jelas-jelas tahu bahwa tidak benar berbuat seperti ini, tetapi Yanto tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Dia menertawakan penampilannya sendiri, hanya cocok hidup dalam gelap dan tidak bisa melihat cahaya. Sudah seharusnya disalahkan bahwa tindakannya ini tidak benar.

Tina merasakan pelukan yang kuat dan panas, tidak tahu apakah itu kebiasaan atau naluri untuk meringkuk masuk ke dalam pelukannya, mencari postur yang nyaman.

"Yanto..."

"Ya."

"Yanto ..."

"Ya."

Tina yang tidak sadar bermimpi mengucapkan kata demi kata, Yanto juga merespons kata demi kata dengan suara lembut. Sampai Tina berkata: "Yanto, tunanganmu benar-benar cantik."

Yanto: "..."

Tina tertidur hingga menjelang malam baru terbangun, dan juga dia dibangunkan oleh putranya.

"Deco, jam berapa ini." Tina memeluk putranya meletakkannya masuk ke dalam selimut.

"Sekarang jam enam sore."

Deco sangat jarang patuh dan berbaring di samping Ibunya: "Bu, kukira kamu akan pingsan seperti waktu di rumah sakit terakhir kali, tidur untuk waktu yang lama dan tidak bangun."

Tina meraih tangan kecil putranya dan mencubitnya: "Ibu saat itu pingsan karena gula darah rendah. Ibu baik-baik saja, tubuh Ibu dalam keadaan sehat, bisa naik gunung untuk melawan harimau."

Deco menepuk kaki Ibunya, alisnya berkerut. Dia lebih pintar dibanding anak-anak seumurannya, tetapi dia tetap saja seorang anak kecil. Pada saat Ibunya pingsan, dia yang baru berumur 5 tahun pertama kalinya tahu apa yang disebut takut. Takut Ibunya akan tertidur seperti itu, dan tidak akan bangun lagi. Jadi, Ibunya tertidur hari ini, dia terus menjaga, dia akan menggerakkan Ibunya setiap waktu, dia takut Ibunya akan terus menerus menutup matanya.

Tina merasakan ketakutan di diri putranya, tetapi dia hanya bisa berbohong seperti ini sementara waktu. Dia berharap putranya akan tumbuh sedikit lebih besar, sedikit lebih besar lagi, ketika sudah cukup berani baru memberitahunya. Berharap, dirinya dapat bertahan sampai saat itu.

"Bu, Paman tidak menyukai tunangannya." Deco anak kecil itu tiba-tiba mengatakan ucapan yang mengejutkan.

Alis Tina terangkat: "Bagaimana kamu bisa tahu?"

"Aku melihatnya. Wanita itu selalu berusaha bersikap baik pada Paman, tapi Paman bersikap tidak sabaran padanya." kata Deco.

Tina berusaha memikirkannya, merasa bahwa apa yang dikatakan putranya itu benar. Pria dan wanita suka atau tidak, setiap gerakan akan mengungkapkan pikiran sejati dalam hati mereka. Namun, jika Yanto tidak menyukai Jinny, mengapa dia harus menikah dengannya?

Saat makan malam, Jinny menghilang dari meja, nafsu makan Tina membaik.

Hendra memberikan semangkuk sup pada Tina, meletakkannya di sebelah tangannya: "Aku sudah mengurus kartu keluarga Deco, besok aku akan pergi mencari taman kanak-kanak untuknya."

"Ya, aku akan pergi denganmu besok." kata Tina.

"Baiklah, jika kamu bosa di rumah maka besok kita pergi bersama. Deco, apa kamu ingin pergi bersama dengan Ayah dan Ibu besok?" Hendra menolehkan kepala untuk menanyakan pendapat Deco.

Novel Terkait

Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu