Wanita Yang Terbaik - Bab 41 Loving You

Karena suasana hatiku tidak baik, aku meminta izin tidak masuk kerja kepada Kak Pras, lalu meminjam mobilnya dan pergi ke Memories Bar.

Menurutku, tidak ada cara pelampiasan yang lebih baik lagi dibanding dengan mabuk!

Namun, ketika aku pergi ke sana, Ipank sudah tidak ada.

Mungkin dia masih menyalahkan aku, sehingga ketika aku menelepon berkali-kali kepadanya sebelum datang kemari, dia juga tidak mengangkatnya. Sementara bar ini yang tanpa dia, bagaikan kehilangan jiwanya, penuh dengan huru-hara dan kegaduhan.

Bahkan nuansanya berubah drastis, di mana-mana penuh dengan kegilaan dan keterbukaan.

Namun anehya, terhadap tempat seperti ini, aku sama sekali tidak merasa menolak.

Seolah-olah dengan duduk saja sudah bisa melupakan segala kelelahan dan kegalauan, bahkan terkadang pun ingin seperti para bocah dua puluhan tahun di daerah panggung menari, dengan tanpa tujuan menari -nari mengitari serombongan wanita yang berpakaian terbuka, kadang berteriak, kadang menggoyangkan kepala….

Tetapi aku tidak rela untuk menanggalkan identitas itu.

Lagi pula, aku datang ke sini juga hanya ingin mabuk saja.

“Halo, satu botol Whiskey.” Aku duduk di sebuah pojokan yang tenang, lalu menjentikkan jari kepada bartender, dan berkata.

“Baik.” Setelah menyahut, dia pergi mengambilkan bir untukku. Sementara itu, aku sedang melihat pemandangan di depan mata yang kacau, dan pikiranku tenggelam secara tidak sadar.

Jika itu dulu, tanpa ragu aku akan pergi mencari seorang wanita yang cocok di mataku dan mengusiknya. Namun sekarang, sepertinya aku sudah tidak memiliki keliaran yang mestinya dimiliki oleh pria, terhadap wanita mana pun, aku tidak terlalu tertarik.

Sepertinya pukulan yang diberikan Milka tidaklah kecil, tetapi lebih banyak lagi adalah menyesal, menyesal karena telah memukulinya tadi. Namun dunia dalam hati penderita depresi, tidak bisa dikendalikan begitu saja sesuai dengan keinginan. Tidak peduli bertemu dengan masalah apa, aku berusaha sebisa mungkin untuk tidak sembarangan mengeluarkan emosi, tetapi kali ini dia sungguh keterlaluan.

Perihal selingkuh, seolah-olah tidak seharusnya muncul pada istri yang baik, tetapi ketika putraku menyebutkan Paman Ded, mengapa dia berpenampilan dengan begitu gelisah?

Benar, aku tidak ingin mempercayainya.

Tetapi ketika aku sedang mabuk kemarin malam, mengapa aku mendengar suara pria lain?

Berbagai macam hal memberitahuku, istriku mungkin sudah berselingkuh.

Seorang pria memukuli wanita yang berselingkuh, setidaknya tidak keterlaluan bukan?

….

“Tuan, bir anda.” Bartender meletakkan sebotol Whiskey di depanku dan berkata.

“Orang baru? Kelihatannya asing sekali.” Aku menuangkan bir sambil berkata santai.

“Iya, belum sampai setengah bulan.”

“Siapa namamu?”

“Kamu panggil aku Han saja.”

Kemudian, dia mulai memamerkan teknik meracik minuman di depanku.

Aku meminum seteguk bir, dalam hatiku tetap terasa resah. Melihat tidak ada orang di sekitar yang memanggilnya, aku menjentikkan jari kepadanya, dan berkata, “Tidak perlu sibuk, kemarilah temani aku minum!”

“Tidak bisa, bos akan marah.”

“Aku memberimu uang, oke?”

Aku tersenyum, lalu aku mengeluarkan dua ratus ribu dari dalam saku dan meletakkannya ke atas meja.

Dia menerima uang itu, dan berkata, “Baiklah, hanya menemanimu minum beberapa gelas.”

Sambil berkata, dia juga mengeluarkan sebuah gelas kosong. Setelah tertuang penuh, dia berkata sambil tersenyum, “Aku teguk dulu.”

‘Gluk, gluk’

Dia langsung meneguk habis satu gelas.

Baru saja aku ingin memujinya pandai minum bir, tetapi detik berikutnya, wajahnya menjadi sangat merah.

“Sungguh bersifat terbuka, aku juga teguk habis.”

Awalnya aku masih khawatir untuk mengobrol dengannya, tetapi sekarang melihat sifatnya yang terbuka, aku pun tidak lagi khawatir. Setelah minum bir, aku bertanya kepadanya, “Bukankah sebelumnya ada penyanyi di tempat kalian? Di mana dia?”

“Huh, dengar-dengar dia bertengkar dengan bos, dan dipecat oleh bos. Tetapi aneh juga, sejak dia pergi, bisnis bar ini juga tidak sebaik yang dulu. Bisa kamu lihat dari aku yang begitu santai, orang yang datang ke sini hampir semuanya untuk bermain, sama sekali tidak terjual birnya.”

Aku tersenyum, dan berkata, “Kalau begitu kamu juga tidak mendapatkan uang seberapa, kenapa masih tinggal di sini?”

“Apalagi jika bukan demi melihat para wanita cantik ini setiap harinya, mencuci mata. Tidakkah kamu juga?”

Seketika, aku memiliki perasaan bahwa aku adalah orang yang aneh. Pria datang ke sini sepertinya adalah untuk memuaskan hawa nafsunya, sedang aku, justru minum bir sendiri.

“Tidak, aku hanya sekedar untuk minum bir.”

“Suasana hatimu sedang tidak baik?”

“Bisa dikatakan begitu, aku bertengkar dengan istriku.”

“Baiklah, kalau begitu aku tidak tanyakan, daripada kamu tidak senang. Tetapi menurutku, kamu bisa naik untuk bernyanyi singkat, mungkin suasana hatimu akan lebih baik.”

Dia berkata sambil menunjuk panggung yang kosong itu, seketika aku pun memiliki sebuah dorongan. Sejujurnya, aku hampir sempurna pada masa kuliah, pernah berkecimpung ke dalam berbagai ranah. Tetapi dalam ranah musik, prestasiku tidak sebaik Ipank.

Sekarang, aku hanya ingin melampiaskan saja, selain mabuk, menyanyi juga adalah bentuk lain dari pelampiasan.

“Sudah saatnya aku menampilkan suara.”

Aku langsung meneguk habis bir di dalam gelas, lalu menyerbu ke atas panggung.

Para anggota band yang awalnya hampir tertidur, masing-masing menatapku dengan wajah terbengong. Orang-orang yang sedang menggila di bawah panggung juga menghentikan gerakan mereka, dan saling berdiskusi. Orang yang tidak tahu mungkin akan mengira aku kabur keluar dari rumah sakit jiwa.

Tetapi aku tidak peduli dengan semua ini, aku hanya ingin melampiaskan dengan puas, paling bagus jika bisa melupakan segala kegalauan, paling bagus jika bisa membuatku menemukan sedikit kesenangan hidup, hanya sekedar itu.

“Aku tahu kalian pasti sangat heran, siapakah aku, apa yang ingin aku lakukan? Kalau begitu, aku beritahu kalian, aku adalah penyanyi pada malam ini, terlebih lagi adalah orang kecil yang tidak bernama. Sekarang, aku akan menyanyikan sebuah lagu inggris untuk kalian semua, ‘Loving You’ (Mencintaimu).”

Setelah itu, aku mengangguk kepada anggota band, mereka mungkin melihat secercah harapan, dan mulai memainkan musik, menambahkan sedikit kehidupan bagi bar ini.

Sementara aku memilih lagu ini, tidak untuk yang lain, hanya karena hatiku tersentuh oleh ingatan lama. Di tahun silam, aku menyanyikan lagu ini pada acara malam kesenian di universitas, dan Milka pun mengejarku. Namun sekarang, semuanya telah berubah.

“Loving you is easy ‘cause you’re beautiful (Mencintaimu adalah mudah karena kamu cantik)

Making love with you is all I wanna do (Bercinta denganmu adalah semua yang ingin aku lakukan)

Loving you is more than just a dream come true (Mencintaimu adalah lebih dari sekedar mimpi yang menjadi kenyataan)

And everything that I do is out of loving you (Dan semua yang aku lakukan adalah karena mencintaimu)

La la la...

Do do do...

No one else can make me feels the colours that you bring (Tidak ada orang lain yang bisa membuatku merasakan warna yang kamu bawakan)

Stay with me while we grow old (Tinggallah bersamaku ketika kita tumbuh tua)

And we will live each day in springtime (Dan kita akan menjalani setiap hari bagaikan musim semi)

Loving you has made my life so beautiful (Mencintaimu telah membuat kehidupanku menjadi begitu indah)

And everyday of my life is filled with loving you (Dan setiap hari dari kehidupanku dipenuhi dengan mencintaimu)

Loving you i see your soul come shining through (Dengan mencintaimu, aku melihat jiwamu datang dengan bersinar)

…”

Ketika aku menyanyikan lagu ini hingga selesai sambil menahan air mata, di bawah panggung sudah menjadi hening, mereka sepertinya terbawa oleh suara nyanyianku. Sementara itu, aku juga sudah mendapatkan pelampiasan yang seharusnya, dan semua kekusutan dalam hatiku pun terbuka.

Ternyata setelah bertahun-tahun, Milka tetap adalah orang yang paling aku cintai. Jika tidak ada dia, aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana untuk menjalani kehidupan.

Untuk ini, aku bersedia menanggung segala kesalahannya.

Aku menjatuhkan mikrofon, dan melompat ke bawah, dalam suara desahan orang-orang, aku berlari ke arah pintu bar.

***TAMAT***

***penulis merekomendasikan buku MENANTU PALING TOP***

Novel Terkait

Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu