Wanita Yang Terbaik - Bab 31 Berjanji Pada Kak Pras
Meskipun seorang pahlawan menolong wanita cantik sebuah adegan yang sangat klise, tapi digunakan untuk diriku sekarang lumayan sangat cocok.
Keempat orang ini, meskipun disebut sebagai Big Four namun tidak sesuai dengan reputasinya, menurut penglihatanku, mereka mendapatkan julukan ini pasti karena usia muda dan kekuataan mereka yang besar, yang digunakan untuk menindas pekerja lain di hari kerja biasanya.
Awalnya aku juga tidak ingin mempersulit mereka, tetapi sekarang, aku harus memberi mereka sedikit pelajaran.
Aku teringat saat dulu diriku demi menghindar hutang, aku sering memanjat naik turun dinding pohon, katakan lebih enak didengarnya, yakni mempunyai seni bela diri yang lincah mampu berjalan di atas atap dan dinding seperti terbang.
Dalam masa - masa itu, aku juga telah berlatih sebuah ilmu perlindungan diri, yakni memukul orang dengan kelereng dan setiap kali menembak selalu tepat mengenai lawan.
Tetapi sekarang tidak ada kelereng, hanya ada sebuah pisau belati, aku mendadak tidak begitu yakin.
Karena kelereng tidak begitu terlihat jelas dibandingkan pisau belati dan juga kepala orang ini begitu dekat dengan perempuan itu, jika orang ini benar menggunakan perempuan itu sebagai tameng, kalau begitu bukankah aku telah salah membunuh orang baik?
Oleh karena itu, pikiranku tiba - tiba menjadi panik.
Hal pertama yang harus di lakukan adalah mengalihkan perhatiannya.
Aku tiba - tiba teringat, perkataan Kakak Kedua sebelumnya, akan melakukan hal untukku, namun itu hanya sebuah penundaan saja, tetapi aku bisa memanfaatkan kembali strategi mereka, membuat pertikaian di antara mereka berempat saudara.
Saat ini, beberapa suadara yang lain semuanya sudah berdiri di depan Kakak Tertua.
" Abang, perempuan ini begitu cantik, sayang sekali jika membunuhnya. "
" Sial soal ini tidak perlu kamu katakan, jika aku tidak melakukan seperti ini, apakah bisa membuat bocah itu menurut? "
Seketika, Kakak Kedua tutup mulut.
Kakak Ketiga memapah Kakak Keempat, Kakak Keempat semakin membenciku, dia meminta abang tetua membunuhku, lalu beberapa mereka bersatu menghadapiku.
Aku mendengarnya, hanya tertawa terbahak - bahak.
" Bocah, kematian sudah dekat dan kamu masih tertawa terbahak-bahak? "
" Aku tertawa karena kamu masih belum mengetahui bahwa telah tertipu. " Selesai berkata, aku melihat ke Kakak Kedua yang berdiri disampingnya, " Sobat, tadi bukankah kamu bilang akan melakukan hal untukku, cepat lakukan sekarang, bawakan kemari perempuan itu! "
Mendengar perkataanku ini, perempuan itu tidak bersedia, dia menggigit bibirnya dengan benci, " Wu wu " berteriak kepadaku, tapi siapapun tidak mengetahui apa yang dikatakan.
Sebaliknya Kakak Tertua salah satu dari empat orang ini, setelah mendengar perkataanku, mempercayainya, reaksi pertamanya adalah melihat ke arah Kakak Kedua yang berdiri disampingnya, bertanya : " Kakak Kedua, apakah yang dia katakan benar? "
" Abang, kamu jangan dengar dia berkata sembarangan, tadi aku memang ada mengatakan seperti itu, tetapi itu juga...... "
" Jangan banyak omong kosong, karena sudah mengatakannya, maka tidak bisa ditoleransi lagi. " Lalu Kakak Tertua menjadi marah dan menyerahkan perempuan itu ke Kakak Ketiga dan Kakak Keempat, kemudian dia menarik kerah baju Kakak Kedua dan mengangkatnya.
" Sial, apa aku biasanya memperlakukanmu tidak baik? Sekarang kamu berani bersama dengan orang luar ingin membunuhku, kamu sepertinya sudah tidak ingin hidup lagi! " Kakak Tertua selesai berkata, lalu melempar Kakak Kedua ke atas kepala, saat Kakak Kedua segera akan terjatuh ke lantai, dia mengangkat lututnya dan mematahkan pinggang Kakak Kedua dengan keras.
Aku yang melihatnya, tidak bisa menahannya untuk sementara waktu.
Sial, memukul saudara sendiri saja begitu kejam, tidak heran menjadi Kakak Tertua, tetapi aku tidak mempunyai waktu untuk memikirkan ini, melihat perempuan itu sudah aman, aku merasa lega, lalu memanfaatkan waktu saat Kakak Tertua sedang memberi Kakak Kedua pelajaran, aku melempar pisau belati dalam tangan ke Kakak Tertua.
Terdengar suara "Ah", pisau belati menembus telapak tangan Kakak Tertua, tidak peduli betapa hebatnya dia, juga hanya seorang manusia biasa, setelah mendapatkan luka yang begitu berat, pasti tidak akan menimbulkan ancaman lagi bagiku.
Kakak Kedua sudah terpukul menjadi lumpuh oleh Kakak Tertua, juga tidak ada yang perlu ditakutkan.
Hanya tersisa Kakak Ketiga dan Kakak Keempat dua orang bawahan pecundang. Walau demikian keduanya mereka mempunyai pemikiran buruk yang sama, melihatku datang, segera menggunakan trik yang digunakan oleh Kakak Tertua, ingin mencekik leher perempuan itu, tapi yang disayangkan adalah sebelum mereka bergerak, kaki mereka sudah diinjak terlebih dulu oleh perempuan itu.
" Aduh sialan ~ "
Seiring dengan desahan, aku sudah berjalan ke samping mereka berdua, dengan dua tinju mengenai perut mereka, membuat mereka terjatuh ke lantai.
Selanjutnya, perempuan ini datang kebelakangku seperti biasa.
" Terima kasih. "
" Tidak perlu sungkan, kita satu keluarga. "
Aku sekalian merangkulnya, bersikap tidak sopan lagi.
Tetapi perempuan itu sebaliknya tidak menyukaiku yang seperti ini dan menyingkirkan tanganku, " Siapa yang satu keluarga denganmu, jangan bersikap narsis lagi, jangan mencampurkan adukkan, aku sudah mempunyai tunangan, aku saranin kamu jangan narsis lagi.
" Lalu kenapa jika sudah punya tunangan, bukankah tetap masih belum menikah, selama masih belum menikah, aku berhak atas persaingan yang sehat, bukan? " Mungkin ini dikarenakan oleh keromantisan bawaan, membawaku bertemu dengan wanita yang begitu cantik dan tidak bisa bergerak, juga membuatku lupa bahwa aku telah menikah.
" Kamu..... malas untuk mempedulikanmu. " Kata perempuan itu, lalu berjalan menuju pintu.
Aku tersenyum sendiri, saat sedang bersiap untuk mengejarnya dengan wajah sumringah, tiba - tiba teringat, harus menangani mereka beberapa terlebih dahulu.
" Kalian dengar, aku adalah penanggung jawab baru Daerah A, namaku Hanif, aku kasih kalian dua pilihan, pertama pergi dari sini, kedua bekerja denganku, kalian pilih sendiri! " Aku segera merubah raut wajah lagi saat menghadapi mereka.
Beberapa dari mereka ragu sejenak, saling menatap, pada akhirnya semuanya berlutut kepadaku.
" Aku bersedia. " Kakak Tertua yang paling pertama kali mengungkapkan pendapatnya.
" Aku juga bersedia. " Kakak Ketiga juga mengikuti berkata.
" Mulai sekarang hidup kami adalah milikmu Bang Hanif, katakan saja jika ada perintah. " Kata Kakak Keempat.
" Masih..... masih ada aku. " Bahkan Kakak Kedua yang tidak bisa berdiri tegap, juga ikut menyetujui.
" Baik, karena sudah menjadi saudara satu keluarga, kalau begitu aku sebagai abang, juga seharusnya mendukung, ambilah uang dua juta ini untuk mengobati luka dan istirahat, tetapi ingat, kedepannya jangan biarkan aku melihat kalian menindas perempuan lagi. "
Aku berkata sambil berkacak pinggang, sekilas, benar - benar bersikap seperti seorang abang.
" Baik. " Jawab mereka serentak.
Setelah memberi uang ke mereka, aku langsung pergi mengejar perempuan itu, bukan benar - benar menyukainya melainkan mengkhawatirkannya, terdapat berbagai ragam jenis manusia disini, dia seorang perempuan akan bahaya jika bertemu orang jahat lagi.
Selain itu, aku berjanji pada Kak Pras, harus menemaninya dengan baik, tidak boleh membiarkannya pergi begitu saja.
Mengejar hampir sampai Daerah B, aku menahannya.
Menarik tangannya, menjelaskan : " Maaf, tadi aku hanya bercanda denganmu, tidak di sangka kamu begitu tersinggung, ada beragam manusia disini, bahaya jika kamu berjalan sendiri, lebih baik berjalan bersamaku saja. "
" Menurutku kamu yang sangat berbahaya. " Perempuan itu terus berusaha melepaskan tangannya dan dengan temperamen seperti nona besar memarahi didepanku.
Tetapi aku tidak terpengaruh dan langsung menggendongnya, berbalik ke tempat aku tinggal.
Setelah mengunci pintu dan mencabut kunci, lalu menurunkan dia.
" Sekarang kamu sudah aman, waktunya membicarakan masalah kita berdua. "
Novel Terkait
Meet By Chance
Lena TanKing Of Red Sea
Hideo TakashiAfter Met You
AmardaPernikahan Tak Sempurna
Azalea_My Superhero
JessiYama's Wife
ClarkIstri Yang Sombong
JessicaWanita Yang Terbaik×
- Bab 1 Permintaan Bang Dog
- Bab 2 Muncul Musuh Cinta
- Bab 3 Ada Uang Pun Hebat?
- Bab 4 Pesan Singkat Bang Dog
- Bab 5 Menuju Rumah Bang Dog
- Bab 6 Obat Bereaksi
- Bab 7 Panas Sekali
- Bab 8 Sisi Lembut
- Bab 9 Curahan Anya
- Bab 10 Sudah Berpikir Untuk Berubah
- Bab 11 Kata-Kata Putra Bungsu
- Bab 12 Gadis Muda Yang Mengamuk
- Bab 13 Dipermalukan Saat Interview
- Bab 14 Berencana
- Bab 15 Istri Masuk Rumah Sakit
- Bab 16 Tamu Tak Diundang
- Bab 17 Malam Yang Penuh Tangisan
- Bab 18 Kami Yang Tak Bisa Dibatasi
- Bab 19 Menjadi Manusia Sampah
- Bab 20 Terimakasih Bang Dog
- Bab 21 Kepercayaan
- Bab 22 Mengantar
- Bab 23 Siapa Yang Mengatakan Aku Cemburu
- Bab 24 Jangan Bertindak Gegabah
- Bab 25 Telah Dikalahkan Oleh Kenyataan
- Bab 26 Jangan Tinggalkan Aku
- Bab 27 Memiliki Ambisi Yang Besar
- Bab 028 Bertemu Dengan Musuh Yang Tidak Ingin Ditemui
- Bab 29 Nama Yang Aneh
- Bab 30 Memegang Pisau Belati
- Bab 31 Berjanji Pada Kak Pras
- Bab 32 Benar-Benar Cantik
- Bab 33 Kekasih Baruku
- Bab 34 1,2 Miliar
- Bab 35 Pria Yang Baik?
- Bab 36 Ayah Telah Tua
- Bab 37 Indarto Gold
- Bab 38 Keramik Imitasi
- Bab 39 Menyetujui Penggabungan
- Bab 40 Milka berselingkuh?
- Bab 41 Loving You