Wanita Yang Terbaik - Bab 33 Kekasih Baruku
Pada saat aku sedang sibuk mengawasi dan mengarahkan, kedua bersaudara Palo dan Sendi tiba-tiba saja terburu-buru berlari kemari, satu per satu berkata :
"Kak Hanif, tidak baik, di depan pintu ada orang yang sedang meributkan suatu hal."
"Benar, sepertinya adalah wanita yang siang ini berebutan mobil dengan dirimu, dia dijerat oleh seorang pria dengan mobil BMW."
Ketika aku mendengar, permasalahan ini, di dalam hatiku juga tidak ada pergerakan yang begitu besar, awalnya tidak ingin terlalu ikut campur, hanya saja karena perempuan ini merupakan masalah utama dari investasi konstruksi, aku harus menjamin keselamatan pribadinya.
Setelah melepaskan helm, kemudian meletakkannya sembarangan, lalu meminta kedua kakak beradik ini untuk memimpin jalan, menuju ke depan pintu proyek konstruksi.
Yang terlihat hanyalah seorang pria berwajah putih bersih yang mengenakan pakaian bermerek dan berdiri disamping sebuah mobil BMW, pada saat itu tangannya memegang satu buket bunga mawar, dia menarik tangan Buntoro dengan wajah yang sangat ramah dan berkata : "Sayang, kamu terimalah permintaanku, bagaimanapun juga aku ada calon suamimu, cepat atau lambat kita juga akan melakukan hal itu."
"Minggir, aku benci kamu." Buntoro menepis tangannya, kemudian dia berjalan menuju mobil Audinya, wajahnya terlihat sangat serius.
"Kamu pergi, apakah kamu dapat pergi?" Pria berwajah putih bersih itu tiba-tiba saja menyeringai, seolah-olah seperti sedang memikirkan sesuatu.
Pada saat Buntoro ingin mengendarai mobilnya dan pergi, bagian bawah ban mobilnya pun mengempis, yang menyebabkan keluarnya asap dari sana.
"Virly Dong, keparat kamu!" Buntoro merasa marah hingga memukul stir mobilnya dengan tangannya, dia pun memaki dengan galak sambil menatap pria berwajah putih bersih itu, seolah-olah tahu bahwa hal ini dialah yang melakukannya.
"Aku kan sudah mengatakannya, kamu tidak akan bisa pergi, baiklah, sekarang mobilmu sudah tidak dapat berjalan, maka itu naiklah ke mobilku."
Meskipun Buntoro telah memberontak dengan sekuat tenaga, namun dia adalah seorang wanita, dalam hal tenaga, bagaimana pun juga tidak dapat mengalahkan si pria berwajah putih bersih itu.
Melihat situasi yang tidak baik itu, aku pun langsung berjalan kesana.
"Tuan ini, wanita ini tidak bersedia untuk melayanimu, mengapa kamu masih begitu bersusah payah memaksanya?"
Pria berwajah putih bersih itu menolehkan kepalanya dan menatap aku, kemudian berkata : "Siapa kamu, berani-beraninya mencampuri urusan tuan muda ini, apakah sudah bosan hidup?"
"Aku..."
"Dia adalah kekasih baruku."
Tanpa menungguku membalas perkataan tersebut, Buntoro pun langsung menyela perkataanku, dengan sekuat tenaga menepis pria berwajah putih itu dan berjalan ke sisiku, dia menggandeng tanganku dengan sangat natural dan menyandarkan kepalanya di atas bahuku.
Hal ini bahkan membuat aku tidak mempercayainya, bibirku menyeringai, di dalam hati pun berpikir, akhirnya bukankah malah dengan patuh dan senang hati memelukku? Baiklah, karena telah demikian, maka aku akan mengakuimu sebagai istri keduaku.
Aku pun menjulurkan tangan dan mengelus-elus wajah Buntoro.
"Sayang jangan takut, ada aku disini, siapa pun juga tidak akan berani menindasmu."
Setelah selesai mengucapkan perkataannya tersebut, aku pun menatap pria berwajah putih bersih itu, yang terlihat hanyalah wajahnya yang mengeluarkan seringaian, sambil menunjuk ke arahku dia pun berkata dengan penuh amarah : "Anak kecil, tidak tahukah kamu siapa aku, percaya tidak jika hanya dengan satu telepon dariku dapat membuat kamu pergi dari sini?"
Aku sama sekali tidak mempedulikannya, masih saja melanjutkan memamerkan cintanya dengan Buntoro, hanya terdengar kedua kakak beradik tersebut berkata di telinganya bahwa dia adalah Tuan muda Keluarga Dong dari Grup Vordo, mengandalkan kekayaan keluarganya, dia memliki hubungan dekat dengan gangster yang ada di wilayah ini dan memintaku untuk jangan memprovokasi dirinya.
Berdasarkan perkataannya aku yang merupakan penanggung jawab kecil ini, tidak memiliki kemampuan untuk sembarangan menyinggung orang, akan tetapi karena Kakak Pras telah memerintahkanku, ingin aku memperilakukan investor ini dengan baik, selain itu ini juga masih termasuk dalam lingkup pengawasanku, aku berpikir jika aku benar-benar membereskan dia, Kakak Pras juga tidak akan menyalahkanku.
Hanya saja aku tidak akan memukul terlebih dahulu, karena jika peristiwa berdarah tersebut terjadi di pihakku, maka hal itu juga tidak menguntungkan.
"Tuan ini, aku tidak peduli kamu siapa, sembarangan menindas perempuanku maka hal itu tidaklah benar."
"Perempuanmu? Hahh, benar-benar sangat lucu, kalian berdua sudah berciuman bibir atau sudah tidur bersama? aku tetaplah calon suaminya."
Pria berwajah putih bersih itu semakin bertambah tidak rasional.
Hanya saja ketika dia berkata demikian, dia pun tampak sangat marah kepada Buntoro, dia tanpa mengatakan apa pun langsung menempelkan bibirnya yang merah muda itu di pipiku, membuatku tidak sempat merespon apa pun.
Selain itu tidak tahu mengapa, pada saat itu juga di dalam hatiku dengan cepat meluap sebuah perasaan hangat, yang membuat dirinya tertegun.
Perasaan semacam ini, bagaimana mengatakannya, seperti Deja vu, seperti rasa cinta pertama.
"Gawat, jangan-jangan aku akan menyambut musim semi kedua percintaan?" aku berkata di dalam hati.
Menggelengkan kepala, dalam aku membuang pemikiran seperti ini, mengingat bahwa aku memiliki sebuah keluarga yang lengkap, dalam sekejap hatiku menjadi tenang kembali.
Karena sebuah kecupan ini, pria berwajah putih bersih itu semakin bertambah marah.
" Buntoro, kamu ternyata berani mencium pria kampungan ini di hadapanku, baiklah, hari ini aku ingin dia mati."
Sambil berbicara, dia pun mengeluarkan ponselnya dan memanggil orang.
Aku sebenarnya sama sekali tidak takut dengannya, awalnya ingin berbicara secara rasional dengan dirinya, namun situasi saat ini, sepertinya tidak bisa jika tidak berkelahi.
Aku melambaikan tangan, memanggil kedua kakak beradik Palo, meminta mereka untuk kembali ke tempat proyek dan menyampaikan perintahku, meminta para pekerja dari keluarga untuk datang kemari.
Kedua kakak beradik ini awalnya merasa ragu, merasa tidak baik jika bertindak seperti ini, akan tetapi karena aku telah berjasa terhadap mereka, maka dari itu semuanya mematuhiku, kemudian segera kembali ke tempat proyek dan memanggil orang.
Sementara itu pada saat ini, pria berwajah putih bersih itu telah menelepon sebanyak dua kali, raut wajahnya terlihat panik, sepertinya tidak ada orang yang dapat dipanggil.
Dengan begini aku barulah dapat sedikit lega, setelah menunggu beberapa saat, di belakangnya masihlah tidak ada satu orang pun, sementara dibelakangku, telah banyak pekerja yang berdiri sepuluh meter dari aku, di dalam tangannya membawa sekop besi, setelah mendengar perintah dariku.
"Tuan ini, masihkah ingin berkelahi, aku tidak memiliki waktu yang dapat dihabiskan dengan dirimu." Aku pun berkata dengan tersenyum.
Raut wajah pria berwajah putih bersih itu pun terlihat panik, berjalan kesana kemari, seolah-olah seperti anak yang kehilangan ibunya dan kehilangan arah. Jelas-jelas tidak ada orang yang dapat dia panggil, namun masihlah mencari alasan dan berkata : "Hari ini mereka sibuk, jadi tidak dapat datang."
"Tidak datang? aku lihat kamu sedang berpura-pura tidak tahu saja."
Setelah aku selesai mengucapkan hal tersebut, para pekerja yang ada di belakang aku pun tertawa terbahak-bahak, membuat anak ini benar-benar kehilangan wajahnya.
"Baik, kau pria cilik, tunggu aku pembalasan dariku, kalian semua tunggu pembalasan dariku!"
Pria berwajah putih bersih itu marah hingga wajahnya berkedut, karena orang yang kaya seperti dirinya, aku tidak dapat menyinggungnya. Kali ini berani menghadapinya, juga melewati pemikiranku yang berulang kali.
Akan tetapi siapa yang mengetahui bahwa Buntoro perempuan ini tidak bersedia untuk melepaskannya, ban bawah mobilnya hari ini telah diledakkan oleh dia, bagaimana mungkin dia berkata akan pergi maka dibiarkan pergi begitu saja?
Melihat raut wajah dia yang tidak rela seperti itu, dia langsung menggoyangkan lenganku, memohon agar aku memberikan sebuah keadilan bagi dirinya.
"Kelihatannya perempuan ini telah menganggapku seperti orangnya sendiri, lebih baik memanfaatkan situasi yang ada, dengan menyelesaikan masalah dibidang investasi, dengan begini juga dapat menyelesaikan permasalahan yang tak sedikit." aku berkata di dalam hati.
Melihat pria berwajah putih bersih itu baru saja naik ke dalam mobil, aku pun melambaikan tangan, memerintahkan sekelompok pekerja itu untuk mengelilingi mobil BMW nya.
Pria berwajah putih bersih itu seperti tidak memiliki jalan untuk melarikan diri, terpaksa dia pun turun dari mobilnya.
"Pria cilik, kamu masih ingin berbuat apa?"
Raut wajah pria berwajah putih itu pun memucat, dia pun berkata dengan penampilan yang tidak tahu harus berbuat apa.
"Jangan terburu-buru, sebelum kamu pergi, bukankah sebaiknya meninggalkan sesuatu?"
"Menginginkan uang bukan? Katakan saja, ingin berapa?"
"1 millyar."
"Apa? Mengapa kamu tidak pergi merampok saja?"
Pria berwajah putih bersih itu kelihatannya tidak bersedia, dia pun meneriakiku.
"1,2 millyar." aku pun melanjutkan meninggikan penawaran harga, orang kaya seperti mereka, maka harus menangani mereka dengan seperti ini.
Novel Terkait
Cinta Tak Biasa
SusantiDemanding Husband
MarshallHusband Deeply Love
NaomiKembali Dari Kematian
Yeon KyeongThe Sixth Sense
AlexanderCutie Mom
AlexiaLove In Sunset
ElinaWanita Yang Terbaik×
- Bab 1 Permintaan Bang Dog
- Bab 2 Muncul Musuh Cinta
- Bab 3 Ada Uang Pun Hebat?
- Bab 4 Pesan Singkat Bang Dog
- Bab 5 Menuju Rumah Bang Dog
- Bab 6 Obat Bereaksi
- Bab 7 Panas Sekali
- Bab 8 Sisi Lembut
- Bab 9 Curahan Anya
- Bab 10 Sudah Berpikir Untuk Berubah
- Bab 11 Kata-Kata Putra Bungsu
- Bab 12 Gadis Muda Yang Mengamuk
- Bab 13 Dipermalukan Saat Interview
- Bab 14 Berencana
- Bab 15 Istri Masuk Rumah Sakit
- Bab 16 Tamu Tak Diundang
- Bab 17 Malam Yang Penuh Tangisan
- Bab 18 Kami Yang Tak Bisa Dibatasi
- Bab 19 Menjadi Manusia Sampah
- Bab 20 Terimakasih Bang Dog
- Bab 21 Kepercayaan
- Bab 22 Mengantar
- Bab 23 Siapa Yang Mengatakan Aku Cemburu
- Bab 24 Jangan Bertindak Gegabah
- Bab 25 Telah Dikalahkan Oleh Kenyataan
- Bab 26 Jangan Tinggalkan Aku
- Bab 27 Memiliki Ambisi Yang Besar
- Bab 028 Bertemu Dengan Musuh Yang Tidak Ingin Ditemui
- Bab 29 Nama Yang Aneh
- Bab 30 Memegang Pisau Belati
- Bab 31 Berjanji Pada Kak Pras
- Bab 32 Benar-Benar Cantik
- Bab 33 Kekasih Baruku
- Bab 34 1,2 Miliar
- Bab 35 Pria Yang Baik?
- Bab 36 Ayah Telah Tua
- Bab 37 Indarto Gold
- Bab 38 Keramik Imitasi
- Bab 39 Menyetujui Penggabungan
- Bab 40 Milka berselingkuh?
- Bab 41 Loving You