Wanita Yang Terbaik - Bab 36 Ayah Telah Tua

Ayah datang kali ini tidaklah menetap terlalu lama, hanya benar-benar demi mengunjungi kami sebentar, pada saat aku mengantarnya keluar dari rumah sakit, tiba-tiba saja, dia berkata : "Pekerjaan di proyek belakangan sedikit lebih padat, mungkin beberapa hari ini tidak dapat pulang, istrimu kondisi tubuhnya tidaklah terlalu baik, aku takut dia sendiri dirumah tidak dapat terurus dengan baik, maka dari itu ingin....."

Setelah berkata sampai disini, dia pun terdiam, dia pun menghela nafas dengan wajah yang menunjukkan perasaan tak berdaya, seperti telah terpikirkan sesuatu, kemudian dia berkata lagi : "Lebih baik aku di kota menyewa sebuah rumah yang murah, kemudian menjemput istri dan anak untuk tinggal disini."

"Tidak perlu, kamu tinggalah bersama kami, semua biaya hidup biar aku yang menanggungnya, kamu sudah lupa kah, anak lelakimu sudah bisa menghasilkan uang." aku pun berkata sambil menepuk dadaku sendiri.

Ayah pun tersenyum, dengan intonasi yang lemah dia pun berkata : "Kamu memiliki niatan seperti pun sudah sangat baik, ayah meskipun telah tua, namun tulang yang ada ditubuhku masihlah termasuk kuat, dapat tidak merepotkan kalian, maka tidak akan merepotkan kalian."

"Tetapi...."

"Sudah mau sampai waktunya, aku sudah harus pergi bekerja, patuhlah, jangan mengkhawatirkan saya."

Ayah menatapku dengan hangat, kemudian dia pun menyebrangi jalan raya tanpa menolehkan kepalanya lagi, berjalan menuju ke papan tanda bus yang tak jauh dari sana yang berjarak tidak sampai 100 meter untuk menunggu kedatangan bus, sosok yang telah bungkuk itu, setelah melihatnya membuatku, merasa sangatlah khawatir.

Benar, ayah telah tua.

Walaupun dia selalu mengatakan bahwa tubuhnya baik-baik saja, namun usianya pun telah sampai, mau tidak mau harus mengakui jika telah menua.

Hanya saja, aku memahaminya, sebagai seorang ayah, dia tidak ingin menyusahkan kami.

Khususnya Milka kali ini masuk rumah sakit, dia pasti mengetahuinya, aku juga tidaklah mudah, maka dari itu barulah tidak ingin menambahkan bebanku.

Namun sebagai anak laki-laki, tidak peduli bagaimana pun juga aku harus berusaha keras untuk berbakti.

Ibu memang kondisi tubuhnya tidaklah baik, pada saat usia paruh baya pun dia sudah menderita tekanan darah tinggi, sepanjang tahun meminum obat, tanggung jawab yang ada di rumah, semuanya ditanggung oleh ayah seorang diri, pekerjaan kasar dan pekerjaan yang melelahkan semua dia yang mengerjakannya. Akan tetapi saat ini sudah tidak bisa, karena usianya sudah tidak mengizinkannya lagi.

Sementara aku, sisa hariku di dunia ini sudahlah tidak banyak, satu-satunya yang dapat dikerjakan adalah membuat orang-orang yang ada disisiku merasa bahagia.

Lagipula, aku juga orang yang sudah menjadi ayah, juga memahami pemikiran dan hati mereka yang telah menjadi orang tua, meskipun ayah selalu hidup dalam kekurangan, namun dia juga berharap dapat merasakan sejenak kehidupan menjadi orang kaya, sementara saat ini yang dapat aku berikan hanya beberapa ini saja.

.........

Mobil pun berhenti di depan halaman, aku berjalan kesana dan mengendarai mobil, langsung membawanya ke hadapan ayah.

Setelah menekan klakson sesaat, dan membuka jendela, aku pun berkata

"Ayah, naiklah mobil saya."

"Tidak perlu, juga tidak begitu jauh."

Dia bukannya tidak bersedia, hanya saja tidak ingin menurunkan derajatku, seorang buruh, duduk di dalam sebuah mobil sedan kecil yang kelihatannya mahal, membuatnya selalu merasa bukankah hal tersebut sangatlah tidak pantas?

Aku juga memahami hal ini, oleh karena itu aku pun turun dari mobil dan menariknya, "Tidak masalah, aku adalah anak laki-lakimu, hal ini sudah seharusnya."

"Anak lelaki aku sudah memiliki pencapaian."

Setelah ayah selesai mengatakan hal tersebut, dia pun dibawah papahanku, masuk ke dalam mobil.

Setelah memasangkan sabuk pengaman untuk dirinya, aku pun bertanya : "Ayah, tempat proyek yang dimana?"

"Jalan Pandan."

Dalam sekejap aku pun tertegun, akhirnya hal yang dia khawatirkan pun datang, tempat proyek aku pun juga berada di Jalan Pandan.

"Arah lengkapnya dimana?" Demi memastikan sesaat, aku pun melanjutkan bertanya.

"Di persimpangan Jalan Pandan, proyeknya sangatlah besar, sekali lihat pun sudah dapat menemukannya, ohh iya, di seberangnya sepertinya masihlah ada sebuah lahan parkir mobil."

Dalam sekejap aku pun merasa bingung, dan tertegun sejenak, kemudian berkata : "Kalau begitu, kamu dibagian daerah mana?"

"Daerah C, mengaduk semen, dapat menghasilkan sedikit lebih banyak uang, kamu jangan pedulikan aku, aku masihlah dapat melakukannya, tidak akan sampai hari dimana aku dibiayai hidup oleh anak pria dan perempuan saya."

Perkataan ayah, membuatku dalam sekejap tidak dapat mengatakan apa-apa lagi.

Dia terkenal akan kekerasan kepalanya, siapa pun juga tidak akan dapat mengubah pemikirannya.

Hanya saja King Slam yang ada di Daerah C itu, dengar-dengar bukanlah orang yang baik, ayah bekerja di dalam wilayah kekuasaannya, akankah mengalami suatu kerugian?

Terpikirkan hingga permasalahan ini, aku pun berkata dengan tidak tenang : "Menurutku lebih baik seperti ini, aku mengantarkanmu ke tempat proyek, lalu sekalian menemui kepala proyekmu sejenak, karena usiamu yang telah tua, disana juga ada beberapa orang yang aku kenal, dapat membantu menjagamu maka bantulah menjagamu."

"Sudahlah, kamu mana dapat tahan lingkungan yang seperti itu?"

Ayah menolaknya dengan keras kepala, aku juga tidak memiliki cara lagi, juga tidak mengatakan apa pun lagi, kemudian mengendarai mobil hingga sampai di tempat proyek tersebut.

Karena takut dia dikenali oleh kedua kakak beradik Palo, maka dari itu aku memberhentikan mobilnya di lahan parkir mobil, dan turun dari mobil bersama dengan ayah, ayah berkata : "Sudah tidak perlu mengantar lagi, hanya beberapa langkah jalan saja."

Aku pun menjawabnya, sedikit merasa tidak rela, namun sebaliknya malah tidak dapat mengatakan keluar kata-kata yang ingin dia katakan.

Melihat ayah yang berjalan tanpa menolehkan kepala lagi, pada saat itu aku barulah diam-diam mengikutinya.

Namun secara kebetulan, pada saat dia melewati pintu masuk, kedua kakak beradik Palo itu mengatakan kepadaku bahwa di tempat proyek telah timbul permasalahan.

Aku pun bertanya permasalahan apa, Palo mengatakan bahwa orang dari daerah B datang membuat keributan.

"Apa penyebabnya?"

"Sepertinya karena perjudian, bermula dari Empat King Kong itu, mengenai kejadian mendetailnya kami juga tidak mengetahuinya, saat ini sedang ribut dan tidak mau berdamai."

"Sial, beberapa orang ini, hanya dapat memberikan masalah bagiku."

Satu kata makian dariku, kemudian dengan terburu-buru aku berlarian kecil menuju kesana.

Setelah tiba di tempat proyek, dia pun melihat kedua pekerja di tangannya memegang alat perkakas, dan sedang saling memaki.

Kelihatannya, jumlah orang kami lebih sedikit, jika benar-benar berkelahi, keadaan ini benar-benar tidak menguntungkan bagi mereka.

Oleh karena itu, aku pun buru-buru berlari ke arah sana, dengan sekuat tenaga membujuk untuk menghentikan mereka.

"Semuanya berhenti!"

Setelah teriakan dariku, mereka pun berhenti saling memaki, tatapan mereka semua pun tertuju kepadaku.

"Sebenarnya ada apa?" Aku berjalan ke hadapan Empat King Kong, dan bertanya.

"Kak Hanif, mereka menindas kami." Kakak Tertua berkata.

"Sebenarnya ada apa!" Aku pun berkata dengan suara keras.

Kakak Tertua menundukkan kepalanya, tidak mengatakan apa pun, terlihat jelas bahwa dia sudah merasa takut.

"Bagaimana kejadiannya? Saudaramu ini, berhutang kepada kami 21 juta uang berjudi, hutang ini telah ditunda hingga setengah bulan, menurutmu seharusnya kami datang atau tidak untuk meminta uang tersebut?"

Pihak seberang sana orang yang memiliki rambut pendek berkata, kelihatannya bukanlah orang yang mudah dihadapi.

Apalagi aku adalah orang baru, juga tidak memiliki koneksi dengan Daerah B, jika benar-benar ribut, mungkin akan menimbulkan kekacauan, jika seperti ini pastilah akan merepotkan, lebih baik menunggu kedatangan Kak Pras barulah dibicarakan lagi, saat ini menenangkan mereka terlebih dahulu.

"Benarkah?" Aku pun menolehkan kepala dan menatap keempat saudara itu.

Mereka menundukkan kepala, semuanya tidak mengatakan apa pun, yang menunjukkan dengan jelas bahwa hal itu benar.

Ini sudah jelas bahwa kamilah yang melakukan hal yang tidak baik, terlebih lagi tidak seharusnya marah.

"Setiap hari, hanya tahu membuat masalah saja."

Setelah menoleh kepala untuk menatap mereka, aku pun berkata dengan tersenyum kepada pria berambut pendek itu : "Aku adalah penanggung jawab tempat ini, nama aku Hanif Bunto, saudaraku memang melakukan hal yang tidak baik, begini saja, aku disini memiliki 42 juta, 21 juta nya merupakan hutang judi dari saudaraku ini, 21 juta yang lainnya merupakan modal berjudi diantara kita, saat ini aku akan berjudi satu ronde denganmu, jika kamu menang, aku akan memerintahkan beberapa saudara ini untuk meminta maaf kepadamu, uang itu juga akan menjadi milikmu."

"Kalau begitu jika aku kalah bagaimana?"

"Jika kalah, uangnya masihlah akan menjadi milikmu."

Aku pun berkata sambil tersenyum lebar.

"Baiklah, aku akan berjudi denganmu."

Kemudian, setelah aku dan pria berambut pendek itu membuat kesepakatan kami pun masuk ke dalam rumah milik Kak Pras, di dalam sana mencari satu set dadu, untuk memainkan permainan yang paling sederhana, yaitu menebak angka besar atau kecil.

Jangan lupa, aku pernah menjadi pejudi selama tiga tahun, terhadap menang atau kalah, aku selalu memiliki keyakinan, pada situasi dimana tidak timbul kecurangan, aku sangatlah jarang kalah dari orang lain.

Novel Terkait

Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu