Wanita Yang Terbaik - Bab 7 Panas Sekali

Selesai melihat pesan singkat ini dalam hatiku langsung mengerti, tapi kenapa aku tidak terpikir Bang Dog demi membuatku meniduri istirnya, tak menyangka bahkan menambah obat hal semacam ini juga bisa melakukannya.

Tapi benar juga, bagaimana melihat Anya juga tidak seperti wanita yang bisa berbuat tidak lazim, selain memberi obat Bang Dog sungguh tidak ada cara untuk membohonginya naik ke atas ranjangku.

Aku diam-diam menyimpan pesan, mengamati dengan cermat perubahan Anya.

Tangan kecil wanita itu yang seperti tidak bertulang itu tidak berhenti mengipas untuknya sendiri, gerakan sepasang kaki menyatu memisah semakin hebat, kecepatan juga tambah lebih cepat lagi.

Wajah Anya tidak sama dengan Milka, Milka mukanya seperti kuaci, ditambah setiap hari gizi yang dimakan juga bukan sangat baik kelihatan agak kurus.

Wajah Anya itu berbentu semacam telur angsa, agak berdaging tapi juga tidak terlihat gemuk, paras wajah juga lumayan cantik.

Saat ini mulut kecilnya berbentuk buah cherry menghela nafas kasar, bibir yang sembarangan membuka dan menyatu agak gemetar, helaan nafas seperti ada dan tidak dari dalam mulut wanita itu melirik keluar.

Tapi Anya melihatku yang terus mengendalikan diri, tangan kecil wanita itu beberapa kali meletakkan di atas badan dengan sangat cepat berpindah.

“ Bang Hanif, kamu duduk di sini, aku pergi ke toilet.” Anya menjepit kaki mau berdiri pergi ke toilet, memberiku sebuah pandangan mata meminta maaf.

Kelihatan kulit wanita itu yang putih merah, wajahnya memerah, aku mana mungkin bisa tidak tahu wanita itu pergi ke toilet mau berbuat apa.

Masalahnya juga tidak tahu bagaimana reaksi obat Bang Dog, kalau saja setelah wanita itu mengeluarkan nafsu bisa sadar kembali, kalau benar demikian hal itu pasti tidak akan berhasil. Pada waktunya Bang Dog menyalahkan, hal ini pastinya harus aku pikul.

Di jalan ini Bang Dog sudah terkenal kejam, takutnya selain pinjaman seratus juta dengan bunga tinggi perlu berlipat, aku juga akan kekurangan tangan dan kaki.

Sekali terpikir sampai di sini, aku langsung menarik tangan kecil Anya :” Anya, kamu lihat aku seorang diri di sini juga agak bosan, kamu temani aku ngobrol.”

“Ah?” Tangan kecil ditarik, tubuh Anya tergetar sebentar, merah merona di wajahnya lebih kental lagi.

“Tapi, tapi aku sudah tidak bisa tahan lagi, harus pergi ke toilet.”

Dia menarik tangan keluar, pandangan mata bertambah lebih samar-samar lagi, kaki juga lebih menjepit erat lagi.

Aku tahu Anya ini sudah hampir tidak tahan lagi, jadi aku lebih tidak boleh membiarkan dia pergi lagi.

“ Anya, Bang Dog berpesan agar aku tidak berpisah denganmu, kalau saja terjadi apa-apa denganmu aku tidak mampu bertanggung jawab.”

“Tapi aku pergi ke toilet juga tidak akan bisa terjadi apa-apa…”

“Tidak boleh, perkataan Bang Dog aku mana berani menentang, kamu pergi ke toilet kalau benar demikian aku hanya bisa ikut pergi juga.”

Aku kepalang saja menebalkan muka, pokoknya hal ini hari ini dituntaskan.

Anya bersikeras pergi ke toilet, kalau benar demikian aku hanya bisa ikut masuk.

Anya menatapku beberapa kali, pandangan mata berhenti di bagian perutku, terakhir tak berdaya berkata sepatah baiklah, lalu duduk di sampingku.

Setelah wanita itu duduk, aku dan wanita itu berbincang, juga tidak terburu-buru. Bersamaan dengan waktu yang sedikit demi sedikit berlalu, Anya tambah lebih tidak beres lagi.

Wanita itu tidak mengipas lagi dengan tangan kecilnya, tapi perlahan melepaskan kancing gaun tidurnya.

“Panas~”

Dalam mulut Anya bergumam, kancing gaun tidur sudah dilepas dua butir, sepotongan besar putih terpamer keluar, sepotong putih berbunga.

Bersamaan dengan kancing ketiga wanita itu dibuka, aku tidak tahan menelan air ludah, perut kecil juga ikut naik segumpalan api.

“Panas sekali, Bang Hanif.”

Pandangan mata Anya samar-samar melihatku, gaun tidur di badannya terdorong turun sepenuhnya, menunjukkan keluar pakaian dalamnya.

Anya perlahan mendekatiku, bau harum di tubuh wanita itu masuk ke dalam hidung membuatku bertambah lebih sulit terkendali, tangan akhirnya tidak terkendali merangkul wanita itu.

Tepat saat ini, Anya mendongak melihatku: “ Bang Hanif, Anya panas sekali, apa kamu bisa bantu Anya?”

Novel Terkait

Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu