Wanita Yang Terbaik - Bab 32 Benar-Benar Cantik
" Kamu... Apa yang ingin kamu lakukan? " melihatku perlahan mendekatinya, wajah Buntoro tampak tidak tenang, pada saat yang bersamaan tubuhnya mundur kebelakang, karena ruangan sempit, pada akhirnya Buntoro tidak bisa mundur lagi, terjatuh keatas sebuah tempat tidur di belakangnya.
Aku tidak berbicara, hanya tersenyum, perempuan ini sepertinya sudah tidak mengingatku lagi, jika tidak, dia juga tidak akan seperti orang asing terhadapku karena kami pernah bertabrakan langsung beberapa kali.
Benar, orang kaya seperti dia ini, bagaimana mungkin ingat orang miskin sepertiku?
Tetapi meskipun dia tidak mengenaliku, tapi aku mengenalinya, masalah dia menabrakku dengan mobil sebelumnya, aku tidak ingin menerimanya begitu saja tanpa kejelasan.
Oleh karena itu, aku ingin memanfaatkan kesempatan ini, mempermainkannya.
" Menurutmu, apa yang akan aku lakukan? " Aku berjalan kedepannya, membungkuk dan sengaja mengulurkan tangan, memegang pipinya, " Wah, benar - benar cantik, tetapi sayang sekali, perempuan cantik ini segera akan lenyap. "
Meskipun sekitaran gelap gulita, tapi aku masih bisa melihat jelas tatapan matanya, bukan tatapan kepanikan, melainkan tatapan penuh penghinaan, ini mungkin disebabkan oleh citra dinginnya yang tinggi pada saat biasanya.
Tetapi semakin dia bersikap seperti ini, aku semakin tidak ingin berhenti.
" Mengapa, mengapa kamu menggunakan tatapan seperti itu melihatku? " Bentak aku.
Dia mendengus, mengalihkan wajah ke samping, lanjut berkata :
" Tidakkah kamu merasa kamu sangat menyedihkan? "
" Jelas - jelas bisa menjadi orang baik, mengapa sebaliknya sengaja menjadi orang jahat? "
" Apakah karenaku merebut tempat parkirmu, sehingga kamu membalasku dengan begini? Jika tahu sejak awal, aku lebih rela tidak ditolong olehmu, seorang laki - laki dewasa, tapi malah berpikiran picik, orang sepertimu, seumur hidup tidak akan menjadi orang hebat! "
Dia terlihat jelas tidak takut terhadapku, berkata - kata dan menyentuh luka hatiku.
Benar, aku yang dulu, adalah orang jahat yang sangat kejam, sepanjang hari hanya menghabiskan waktu sia - sia untuk minum juga tidak bekerja dengan baik dan memang aku pernah bertemu dengan seorang perempuan cantik yang membuatku tidak bisa bergerak, tetapi saat kanker datang padaku, aku menjadi bimbang, kedepannya aku harus bagaimana?
Ini adalah sesuatu yang belum pernah aku pertimbangkan sebelumnya, karena didalam hati masih terdapat sedikit hati nurani, oleh karena itu baru bekerja keras demi istri, anak dan demi rumah yang kacau ini.
Tetapi sekarang, apakah aku sudah berhasil melakukannya?
Tidak.
Hati nuraniku semakin bertambah tidak tenang, setelah dikritik oleh perempuan yang baruku temui beberapa kali.
Sepertinya juga membangkitkan amarahku, detik ini, aku hanya merasa bahwa aku masih seperti pasien yang depresi dan langsung tidak senang.
" Diam! "
" Aku peringatkan kamu, jika berkata lagi, percaya tidak aku benar - benar akan melepaskan bajumu! "
Seketika, muncul air mata di ujung mata Buntoro, kelihatannya ketakutan karenaku, meskipun dia terus bersikap dingin, tetapi seorang perempuan tetap mempunyai kelemahan dan ketidakberdayaan di dalam dirinya.
Sebaliknya, saat menghadapi seorang perempuan menangis di depanku, tidak tahu mengapa, semua amarah menjadi hilang.
Bohong jika terkata hati tidak menjadi lunak, aku selalu bersimpati kepada yang lemah, terutama terhadap Buntoro yang berani mengkritik langsung didepanku.....
Aku tidak akan menghibur perempuan lain selain istri aku sendiri, oleh karena itu hanya bisa membalikkan badan, menghadap ke dinding yang catnya sudah terkelupas, menyalakan sebatang rokok dan menarik napas dalam - dalam, berkata : " Pergilah. "
" Yang kamu bilang benar, aku adalah orang jahat, dulu iya, sekarang juga. "
" Aku tidak tahu banyak tentang investasi, Kak Pras hari ini juga tidak datang, demi keamananmu, aku sarankan kamu kembali lagi di lain hari. "
Aku sambil berkata, sambil memainkan puntung rokok dan berbalik, berjalan ke arah pintu, membuka pintu dan berjalan keluar.
Berjongkok didepan pintu, melihat para pekerja bekerja dengan penuh semangat, seketika, teringat dengan ayahku, jika ayahku saat ini masih hidup, dirinya akan mempunyai reaksi seperti apa jika melihat keparat sepertiku memperlakukan seorang perempuan seperti ini?
Yang di katakan Buntoro benar, aku tidak seharusnya sengaja membuat diri sendiri menjadi jahat, tidak seharusnya menyia - nyiakan waktu pada hiburan kesenangan, aku baru bertemu beberapa kali dengan perempuan ini, bahkan dikatakan sebagai seorang teman saja bukan, apalagi persahabatan, karena dia tidak mengingatku, tidak ingat masalah menabrakku dengan mobil, kalau begitu apa alasanku untuk mempermasalahkannya?
Aku melamun, sedang memikirkan kedepannya aku harus bagaimana.
.....
Tanpa sadar Buntoro berjalan keluar.
Tetapi, dia berhenti sebentar di sampingku, berkata : " Maaf, perkataanku tadi terlalu kasar dan membuatmu terluka. "
Aku tersenyum padanya, " Tidak apa - apa, aku juga salah, bukan? Nona Bunto? "
" Aneh, mengapa kamu bisa tahu aku bermarga Bunto? "
" Apa yang perlu dianehkan, hanya saja orang kaya sepertimu yang melupakan banyak hal. "
perkataanku ini, membuat dia semakin bingung, setelah menggaruk kepalanya, masih tetap seperti tidak meningat sesuatu.
" Kalau begitu aku pergi dulu. "
Selesai berkata, dia berjalan menuju gerbang lokasi konstruksi.
Aku tertawa, bukan karena sikapnya yang berubah, melainkan bentuknya tadi, benar - benar sangat bodoh.
Menurutku, orang suka lupa seperti ini, mungkin bahkan lupa jalan pulang.
Tapi ini sepertinya tidak ada hubungannya denganku!
Aku hening sejenak, membuang puntung rokok dalam tangan, pergi menuju ke depan para pekerja, memulai pengawasan, ini pada dasarnya memang pekerjaanku, hanya saja, hari-hari seperti itu sangat membosankan dan ditambah dengan kebiasaan malasku sebelumnya, tidak lama kemudian, aku merasa sangat haus, seluruh tubuh tidak nyaman.
Namun sebagai penanggung jawab, harus memenuhi kewajiban sendiri, para pekerja satu persatu bekerja sangat keras, mereka satu bulan hanya mendapatkan gaji beberapa juta saja, Sebaliknya aku? Satu bulan dua puluh juta, maka itu aku tidak punya alasan untuk bermalas - malasan.
Menurut perkataan Bang Dog, fase proyek ini mungkin akan memakan waktu empat hingga lima bulan dan aku, hanya bisa hidup paling lama enam bulan, dihitung - hitung, lima bulan sekitar seratus juta, bisa untuk membeli rumah yang layak dan sisanya untuk membayar cicilan rumah, tetapi sisa satu bulannya, apa yang bisa aku lakukan?
Lagipula, ketika saatnya tiba, kondisi kesehatanku sudah tidak memungkinkan lagi untuk bekerja keras seperti ini.
Oleh karena itu, aku harus menyelesaikannya secepat mungkin.
Sementara waktu memberi target kepada diri sendiri dua bulan, dalam dua bulan aku harus mengambil alih seluruh lokasi konstruksi dan menyelesaikannya.
Benar, ambisiku sebegitu besar, karena hanya dengan cara ini aku baru bisa menghasilkan lebih banyak uang.
Menurut perkataan Kak Pras, Daerah B,Daerah C masing-masing memiliki orang penanggung jawabnya sendiri, aku berpikir ingin mencari kesempatan untuk pergi bertemu dengan mereka suatu hari nanti, pokoknya cepat lambat pasti juga akan bertemu.
.....
" Cepat kerjakan dengan baik, jika kerjanya bagus, aku akan mengusulkan ke Kak Pras, untuk menaikan gaji kalian. " Kata aku menyemangati.
" Karena Bang Hanif sudah mengatakannya, itu pasti benar. "
" Benar, aku sudah mendengarnya, dia memberi beberapa ratus ribu kepada dua penjaga keamanan di pintu, selain itu perlakuannya sangat kejam, bahkan Big Four juga tunduk padanya. "
" Benar, saudara - saudara, cepat kerjakan dengan baik. "
.....
Seperti kata pepatah, orang mati demi uang dan burung mati demi makanan, aku baru berkata, mereka seketika mempunyai semangat kerja dan mulai bekerja sepenuh hati.
Ini membuatku merasa sangat senang dan tenang.
Tetapi perasaan senang seperti ini tidak berlangsung lama.
Novel Terkait
My Greget Husband
Dio ZhengUntouchable Love
Devil BuddyMy Perfect Lady
AliciaMata Superman
BrickCintaku Pada Presdir
NingsiCinta Di Balik Awan
KellyWanita Yang Terbaik×
- Bab 1 Permintaan Bang Dog
- Bab 2 Muncul Musuh Cinta
- Bab 3 Ada Uang Pun Hebat?
- Bab 4 Pesan Singkat Bang Dog
- Bab 5 Menuju Rumah Bang Dog
- Bab 6 Obat Bereaksi
- Bab 7 Panas Sekali
- Bab 8 Sisi Lembut
- Bab 9 Curahan Anya
- Bab 10 Sudah Berpikir Untuk Berubah
- Bab 11 Kata-Kata Putra Bungsu
- Bab 12 Gadis Muda Yang Mengamuk
- Bab 13 Dipermalukan Saat Interview
- Bab 14 Berencana
- Bab 15 Istri Masuk Rumah Sakit
- Bab 16 Tamu Tak Diundang
- Bab 17 Malam Yang Penuh Tangisan
- Bab 18 Kami Yang Tak Bisa Dibatasi
- Bab 19 Menjadi Manusia Sampah
- Bab 20 Terimakasih Bang Dog
- Bab 21 Kepercayaan
- Bab 22 Mengantar
- Bab 23 Siapa Yang Mengatakan Aku Cemburu
- Bab 24 Jangan Bertindak Gegabah
- Bab 25 Telah Dikalahkan Oleh Kenyataan
- Bab 26 Jangan Tinggalkan Aku
- Bab 27 Memiliki Ambisi Yang Besar
- Bab 028 Bertemu Dengan Musuh Yang Tidak Ingin Ditemui
- Bab 29 Nama Yang Aneh
- Bab 30 Memegang Pisau Belati
- Bab 31 Berjanji Pada Kak Pras
- Bab 32 Benar-Benar Cantik
- Bab 33 Kekasih Baruku
- Bab 34 1,2 Miliar
- Bab 35 Pria Yang Baik?
- Bab 36 Ayah Telah Tua
- Bab 37 Indarto Gold
- Bab 38 Keramik Imitasi
- Bab 39 Menyetujui Penggabungan
- Bab 40 Milka berselingkuh?
- Bab 41 Loving You