Wanita Yang Terbaik - Bab 38 Keramik Imitasi

“Kamu lumayan rendah hati juga, memiliki prestasi seperti itu di usia muda, sungguh luar biasa. Tetapi tidak perlu seperti itu di tempatku, langsung katakan saja, ada apa mencariku?”

Indarto adalah orang yang tidak sabaran, hanya melihat sekilas saja, dia pun mengira aku bukan orang biasa, bisa dilihat betapa tajam penglihatannya. Semua orang berkata bahwa Indarto berwatak baik, maka hari ini aku ingin melihatnya.

“Tidak ada apa-apa juga, hanya ingin membahas sebuah bisnis denganmu.” ujarku.

“Tidak tertarik.”

“Aku tidak pernah kekurangan uang, juga tidak pernah melakukan bisnis dengan pesaing, terkecuali kamu bisa memberikan penawaran yang bagus.”

Indarto mengambil gelas teh dan mencicipinya, menganggapku sebagai udara.

Namun ini juga tidak heran, seperti kata pepatah ‘semakin tua usia jahe, semakin pedas rasanya’. Sebagai pebisnis, Indarto tidak akan berinteraksi dengan junior, apalagi adalah orang muda yang belum terlalu dewasa.

Aku tahu dengan semua ini, tetapi karena sudah datang, tidak bisa pergi begitu saja.

Dalam perjalanan kemari, Pampam pernah berkata bahwa Indarto terkenal dengan suka mengoleksi, terutama barang antik dan lukisan terkenal, bahkan bisa membedakan mana yang asli dan mana yang palsu. Ini jelas terlihat dari dekorasi ruangannya.

Sementara kedatanganku kali ini, juga memiliki rencana.

Ketika kuliah, demi menunjukkan kehebatanku sendiri, aku sering berpartispasi dalam berbagai kegiatan organisasi. Di antaranya adalah kerajinan tangan keramik, meskipun tidak bisa menempa koleksi yang bagus, tetapi tingkat keasliannya sudah mencapai 80 persen. Aku pernah berpikir untuk menghidupi diri sendiri dengan menjual keramik imitasi, tetapi tidak memungkinkan dalam beberapa kali kesempatan, maka aku pun menyerah.

Tak disangka, hari ini justru berguna.

“Senior, apakah kamu suka mengoleksi keramik?”

“Tergantung apakah ada benda di tanganmu yang layak untuk membuatku tertarik.”

“Ada, tentu saja ada, tetapi aku membutuhkan sedikit waktu.”

“Baik, aku beri kamu waktu, jika kamu bisa membawakan hasil karya yang memuaskan, maka aku setuju untuk melakukan bisnis denganmu.”

“Baik, pria sejati tidak akan pernah mengingkari janjinya, ada para saudara yang menjadi saksi mata, pada saatnya nanti janganlah ingkar janji.”

….

Perkataan Indarto membuat hatiku mendidih.

Sebenarnya, bisnis yang dimaksud adalah menggabungkan daerah teritorialku dan Indarto, lalu aku yang akan mengambil alih. Aku tahu Indarto tidak akan setuju, maka aku pun memasang jebakan untuknya tadi.

Aku pikir bahwa kolektor seperti Indarto, sama sekali tidak tertarik terhadap menjalankan bisnis. Bisa dilihat dari tampangnya tadi, asalkan aku memberikan barang yang dia inginkan, dia pasti akan memberi balasan untukku.

Ditambah lagi dengan bantuan Pampam, masalah penggabungan ini tidaklah susah terpenuhi.

Setelah keluar dari ruangan Indarto, aku bertanya kepada Pampam, “Jika penggabungan sudah berhasil, kamu mengikutiku atau mengikuti pamanmu?”

“Ini….”

Pampam merasa dilema, tetapi juga tidak heran di mataku. Pampam sudah mengikuti Indarto untuk waktu yang lama, dan mereka juga adalah kerabat, bagaimanapun juga jauh di atasku si orang luar ini.

“Tidak masalah, hanya bergurau denganmu saja.”

“Hanif, pamanku terkenal dengan mata dewa, dia sangat lihai dalam mengidentifikasi barang antik, tidak dapat dikelabui dengan sembarangan barang imitasi.”

“Kamu tidak perlu mengurus masalah ini, aku punya pertimbangan sendiri.”

….

Yang aku pelajari adalah teknik kerajinan tangan yang paling kuno, bisa dikatakan bahwa hasil karya yang dihasilkan tidak ada duanya dengan barang asli. Pertama-tama adalah mengolah tanah liat, yaitu mengambil batu porselen dari daerah pertambangan, dipecahkan menjadi bongkahan berukuran telur dengan menggunakan palu, dipukul menjadi serbuk dengan menggunakan kincir air, dicampur dengan air dan diaduk hingga rata, membuang kerikil atau kotoran yang tercampur, dibiarkan dalam kurun waktu tertentu, dan jadilah tanah liat yang berbentuk batu bata.

Bahan-bahan itu pun sudah ada, yaitu pada kedalaman di bawah lahan proyek di daerah yurisdiksiku. Aku mengambil beberapa batu porselen, lalu mulai mengolah tanah liat berdasarkan langkah-langkahnya.

….

Di unviersitas, Sandova sedang membersihkan kekacauan di ruang produksi, yang sepertinya adalah ulah mahasiswa angkatan ini.

Aku tersenyum dan berjalan masuk.

“ Sandova, apakah masih ingat denganku?”

Sandova tertegun, lalu dia menyangga bingkai kacamata plus, dan bergeleng sambil berkata, “Kelihatannya familier, tetapi sudah tidak ingat nama.”

Aku merasa sedikit canggung, namun aku tetap memperkenalkan diri. Karena waktu itu penampilanku sangat luar biasa di bidang ini, akhirnya Sandova ingat denganku setelah diberi petunjuk.

“Hanif, aku ingat, waktu itu kamu belum sedewasa ini, sekarang pun sudah begitu besar…. Huh, waktu sungguh berlalu dengan cepat.”

Sandova berkata mendesah, penuh dengan kegersangan yang tak terucapkan.

“Iya, sudah enam tahun, kamu juga sudah tua.”

“Waktu tidaklah mengasihi orang….”

Aku berbincang sesaat dengan Sandova, lalu menyampaikan maksud kedatanganku, dan memberinya sejumlah uang sebagai uang sewa. Proses pembuatan tidak memerlukan banyak waktu, hanya sekitar satu jam lebih saja. Namun, ketika Sandova bertanya padaku kenapa tiba-tiba begitu tertarik terhadap bidang ini, aku tidak bisa menjawabnya.

“Baiklah, kamu tidak katakan, maka aku juga tidak bertanya. Kebetulan hari ini aku tidak ada kesibukan, aku temani kamu membuatnya saja.”

Sandova adalah pakar dalam bidang ini, bisa mendapatkan bantuan darinya, sungguh adalah kehormatan bagiku.

Kemudian, kami berdua membagi tugas: mencetak bahan, merapikan bahan, menjemur bahan, mengukir motif….

Setelah satu jam lebih, akhirnya hasil karya sudah selesai dibuat, utuh dan sempurna, terlihat sama seperti porselen Qinghua pada zaman kuno.

Demi ketenangan hati, aku bertanya kepada Sandova, “ Sandova, menurutmu, bisakah hasil karya kali ini dipasarkan?”

“Tergantung apakah pihak sana adalah orang ahli. Ini adalah hasil karya buatanku yang paling memuaskan dalam beberapa tahun terakhir, sudah sangat mendekati dengan yang asli. Jika kamu tidak tenang, aku bisa meminta bantuan kepada kenalan untuk mendapatkan sertifikat palsu dari tempat-tempat lelang. Begitu orang ahli melihat sertifikatnya, maka sudah aman.”

Benar saja, semakin tua usia jahe, semakin pedas rasanya. Perkataan Sandova sepenuhnya menyadarkanku, karena dia sudah berkata seperti itu, aku pun tidak menolaknya. Setelah itu, aku pergi membeli sertifikat, lalu mengutus orang untuk menaikkan benda ini ke dalam mobil, dan langsung pergi ke lahan proyek.

….

Di dalam ruangan Indarto, aku menunjukkan hasil karya kepadanya sambil berkata, “Ini adalah hasil lelang dalam waktu dekat yang aku dapatkan dengan harga sekitar satu miliar, katanya adalah barang antik dari masa Dinasti Qing, hari ini aku khusus bawakan untuk kamu lihat.”

Aku benar-benar kagum dengan kemampuan membual diriku sendiri. Aku mengatakan tahun keluarannya adalah masa Dinasti Qing, karena benda ini baru saja dibuat, sedikit atau banyak masih memiliki sedikit kekurangan, takut Indarto akan menyadarinya. Selain itu, barang antik dari masa Dinasti Qing memang seharga itu.

Indarto mondar-mandir mengamati menggunakan kaca pembesar, sepertinya dia tidak melihat adanya keganjilan, hanya mengusap dagunya dan tak hentinya mengangguk sambil tersenyum.

“Hhmm, benar adalah benda asli, aku terima. Katakanlah, bisnis apa yang ingin kamu bahas denganku?”

“Sederhana sekali, bergabung dengan zonaku.”

Novel Terkait

Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu