Wanita Yang Terbaik - Bab 17 Malam Yang Penuh Tangisan
Begitu aku mengangkat kepala, melihat bos dari perusahaan Milka, mengenakan setelan jas dan sepatu kulit, membawa satu keranjang buah dan beberapa suplemen berjalan ke dalam.
Tidak menunggu dia melangkah lagi, aku langsung maju ke depan sambil mengepalkan tinju.
"Brengsek, siapa yang menyuruhmu datang, di sini tidak menyambutmu, cepat pergi!"
Tinju sudah hampir melayang di wajahnya, setelah istriku Milka berteriak "hentikan" dari belakang, mau tidak mau aku harus meletakkan kebencian ini dan menyingkirkan tanganku.
“Aku yang menyuruh dia ke sini, bagaimanapun aku di rawat inap perlu minta cuti, dia sebagai bos hanya datang untuk menjenguk sebentar saja, kamu jangan menyalahkan dia.”
Istriku menjelaskan.
Tapi aku tidak rela istriku begitu dekat dengan orang yang berperilaku buruk seperti binatang ini.
“Baiklah, sekarang orang juga sudah kamu lihat, tinggalkan barangnya, kamu sudah bisa pergi.” Aku berkata.
Tapi si sialan itu langsung menunjukkan penampilan angkuh dan dingin, melihatku sejenak dengan tatapan jijik, melewatiku dan pergi ke samping Milka.
“Kenapa bisa luka begitu parah, cepat biarkan aku melihatnya.”
Dia sambil bicara, sambil mengangkat tangannya, sama sekali tidak menganggap diriku ini yang sebagai suami.
Bisa bagaimana lagi walau penuh amarah, sekarang istri sedang lemah sekali, tidak mungkin aku membuat keributan di depan dia bukan.
Tapi mata melihat tangan pria itu memegang sembarangan, aku sungguh tidak bisa menahannya.
Maju ke depan langsung menarik rambutnya dan menariknya ke belakang.
“Coba saja jika kamu berani menyentuh wanitaku lagi?”
Dia terjatuh ke lantai, wajah penuh raut tidak mau kalah.
Saat ini, istriku Milka juga maju mendorongku sebentar, menyalahkan: “ Hanif, apa yang ingin kamu lakukan, cepat minta maaf pada bos.”
Sialan, sudah seperti ini masih saja melindungi pria itu, masih mengatakan kalian berdua tidak ada apa-apa? Apakah menyuruhku berada di sini untuk melihat dia sembarangan menyentuh wanitaku?
Aku mengepal erat tinjuku, mengertakkan gigi erat-erat, rasanya sangat ingin maju ke depan untuk memukul pria bajingan itu.
Gara-gara dia, aku dan Milka baru terjadi kesalahpahaman kali ini.
“Tidak, aku bukan hanya tidak akan minta maaf, aku masih ingin memukulnya.”
Tidak menunggu dia bangkit, aku langsung ke sana untuk memukul dan menendangnya.
Tidak menyangka pada saat ini istriku Milka, bangun dari tempat tidur, berdiri ke hadapan bosnya.
“Jika mau pukul, lebih baik sekalian aku juga dipukul saja.”
Hanya beberapa sentimeter lagi, aku sudah memukul wajahnya, untung saja tepat waktu menarik kembali tanganku.
Aku menjadi semakin tidak mengerti, kenapa dia selalu melindungi orang ini?
Pukul tidak boleh, curiga juga tidak boleh, sebenarnya apa yang dia inginkan!
Aku menahan tinjuku, menarik nafas dalam-dalam, tidak bisa melampiaskan api amarah yang ada dalam hati ini, hanya bisa diam-diam menahannya.
Kemarahan, kesedihan, rasa tidak berdaya, tidak mengerti.
Seperti sebuah jaring yang terjalin di dalam hatiku, membuatku lama sekali tidak bisa menerobosnya.
“Sudahlah, semua ini salahku, aku yang tidak benar, apa kamu sudah puas!”
Akhirnya aku tidak bisa menahan diri dan melampiaskannya.
Kemudian, melayangkan tinju ke pintu, lalu berlari keluar dari kamar pasien dengan penuh amarah.
Berdiri di koridor, aku berubah pikiran lagi.
Milka adalah wanitaku, walaupun harus pergi, orang yang pergi juga bukan aku.
Berbalik dan menerobos ke dalam lagi, kebetulan melihat gambaran istriku Milka sedang memapah bosnya, tidak bisa menahan diri dan amarah naik lagi.
Tapi tetap pura-pura tersenyum berjalan masuk ke dalam.
“Istriku, tadi aku terlalu agresif, sungguh maaf sekali.”
Istriku menghela nafas, kemudian berbalik dan langsung berjalan ke ranjang.
Tentu saja aku tidak bisa mentolerir bos itu terus memanfaatkan istriku, karena istri ada di sini, tentu saja aku tidak boleh bersikap gegabah.
Terhadap Milka, aku sangat mempercayainya, pasti pria ini yang terus menggodanya.
Bagaimanapun, aku harus membawanya keluar dulu.
Pertama-tama maju ke depan dan menyingkirkannya ke samping, memapah istri kembali ke ranjang, kemudian menunjukkan sedikit senyuman palsu, mengulurkan tangan pada pria itu.
“Tadi aku yang salah, aku minta maaf padamu, kamu orangnya juga cukup baik, kalau tidak kita berteman saja.”
Hanya melihat bos itu ragu -ragu satu detik, menunjukkan tampang sombong, tidak berjabat tangan denganku.
Istriku Milka melihat situasi ini, segera mengatakan: “Bos, kamu lihat demi aku, berteman dengan suamiku saja, dengan begini aku juga bisa merasa tenang.”
Melihat Milka berkata seperti itu, pria itu segera menyetujuinya, berjabat tangan denganku untuk berdamai.
“Sudah aku katakan, kamu seorang bos besar, bagaimana mungkin mempermasalahkannya denganku, ayo jalan, pergi ke restoran yang ada di seberang, aku traktir.”
Aku selesai bicara, langsung meletakkan tangan ke pundaknya, secara paksa membawanya berjalan ke pintu.
Pada awalnya bocah ini tidak bersedia, terus membalikkan kepala melihat Milka, kemudian Milka juga menyuruhnya untuk pergi, dia baru ikut aku pergi.
Hanya saja baru berjalan ke lantai bawah, aku langsung berubah.
Maju ke depan langsung menarik kerah bajunya, mengepal erat tinju, lalu memukul wajahnya dengan keras.
“Aku peringatkan kamu, kelak menjauh dari istriku, kalau tidak aku akan melumpuhkanmu!”
Bocah ini cukup memiliki kemampuan juga, sudah dua kali dipukul mulut masih saja bersikeras.
“Istrimu? Hanif, kamu sungguh tidak tahu malu, kamu coba tanya pada hati nuranimu sendiri, kapan kamu baik terhadap Milka? Aku dengar, luka di keningnya juga gara-gara dipukul olehmu, coba kamu katakan, apakah kamu masih seorang pria, bahkan berani memukul istri sendiri, benar-benar tidak tahu malu."
Baru saja selesai bicara, langsung membalas satu tinjuku.
Kali ini, memukul sudut bibirku hingga bengkak, langsung membangkitkan api amarah dalam hatiku.
"Bangsat, masih berani membalas, bagaimana diriku, tidak perlu kamu ajari, kamu pikir kamu itu siapa, Milka melindungimu, tapi aku bukan dia."
Setelah selesai marah, langsung menginjak di atas tubuhnya, mengepalkan tinju memukul wajahnya.
"Sialan, siapa yang menyuruh mulutmu terus bersikeras, pukul kamu hingga habis-habisan."
Pukul dan pukul, tidak tahu kapan, aku mendapat tendangan di punggung.
Beberapa pengawal yang mengenakan setelan jas langsung mengepung dan memukulku dengan kejam.
Aku sudah memikirkan segala cara, tapi tetap masih salah perhitungan, bocah ini lebih pintar dariku, bahkan masih menyembunyikan pengawal di sini.
Empat pengawal, satu lebih kejam dari yang satunya, memukulku hingga seluruh badan terasa sakit, di saat aku sudah hampir tidak tahan lagi, melihat wajah bocah itu.
Betapa dingin dan sombongnya wajah itu, bahkan auranya saja sudah cukup membunuh bajingan seperti diriku yang bisa ditemui di jalanan.
Tapi tatapan ini juga yang membuatku semakin semangat untuk bangkit.
"Jika ada kemampuan maka pukul aku hingga mati, kalau tidak suatu hari aku pasti akan membuatmu melihatnya.”
Kata-kata ini selesai diucapkan, ada sedikit sinar ketajaman di matanya, melambaikan tangan sejenak, menyuruh orang-orang itu berhenti.
“Membuatmu mati? Kamu anggap aku bodoh ya, orang sepertimu, selain pukul, masih bisa melakukan apa lagi, apakah bisa memberikan kebahagiaan pada Milka?”
“Bukankah kamu selalu bertanya padaku, ada uang bisa melakukan apa, baik, sekarang aku akan memberitahumu, ada uang bisa mempermainkan wanitamu dengan mudah, kamu pikir dengan sikap moralmu ini, apakah masih pantas menjadi seorang suami yang baik?”
“Ambil, jangan mengatakan aku tidak berperasaan, uang-uang ini anggap saja sebagai sumbangan, cari sebuah tempat untuk mengobati lukamu.”
Selesai bicara, dia langsung melemparkan sejumlah uang ke wajahku, pergi bersama keempat pengawal itu sambil tertawa terbahak-bahak.
Malam perlahan semakin larut.
Di bagian bawah gedung bangsal, sudah tidak ada orang yang berlalu-lalang.
Aku seorang diri berbaring di lantai, menahan rasa sakit disekujur tubuh, air mata juga mengalir di wajahku.
Novel Terkait
After Met You
AmardaKembali Dari Kematian
Yeon KyeongWonderful Son-in-Law
EdrickWanita Yang Terbaik
Tudi SaktiHusband Deeply Love
NaomiMy Greget Husband
Dio ZhengWanita Yang Terbaik×
- Bab 1 Permintaan Bang Dog
- Bab 2 Muncul Musuh Cinta
- Bab 3 Ada Uang Pun Hebat?
- Bab 4 Pesan Singkat Bang Dog
- Bab 5 Menuju Rumah Bang Dog
- Bab 6 Obat Bereaksi
- Bab 7 Panas Sekali
- Bab 8 Sisi Lembut
- Bab 9 Curahan Anya
- Bab 10 Sudah Berpikir Untuk Berubah
- Bab 11 Kata-Kata Putra Bungsu
- Bab 12 Gadis Muda Yang Mengamuk
- Bab 13 Dipermalukan Saat Interview
- Bab 14 Berencana
- Bab 15 Istri Masuk Rumah Sakit
- Bab 16 Tamu Tak Diundang
- Bab 17 Malam Yang Penuh Tangisan
- Bab 18 Kami Yang Tak Bisa Dibatasi
- Bab 19 Menjadi Manusia Sampah
- Bab 20 Terimakasih Bang Dog
- Bab 21 Kepercayaan
- Bab 22 Mengantar
- Bab 23 Siapa Yang Mengatakan Aku Cemburu
- Bab 24 Jangan Bertindak Gegabah
- Bab 25 Telah Dikalahkan Oleh Kenyataan
- Bab 26 Jangan Tinggalkan Aku
- Bab 27 Memiliki Ambisi Yang Besar
- Bab 028 Bertemu Dengan Musuh Yang Tidak Ingin Ditemui
- Bab 29 Nama Yang Aneh
- Bab 30 Memegang Pisau Belati
- Bab 31 Berjanji Pada Kak Pras
- Bab 32 Benar-Benar Cantik
- Bab 33 Kekasih Baruku
- Bab 34 1,2 Miliar
- Bab 35 Pria Yang Baik?
- Bab 36 Ayah Telah Tua
- Bab 37 Indarto Gold
- Bab 38 Keramik Imitasi
- Bab 39 Menyetujui Penggabungan
- Bab 40 Milka berselingkuh?
- Bab 41 Loving You