Wanita Yang Terbaik - Bab 30 Memegang Pisau Belati
" Kamu..... berani sembarang memotong orang di lokasi konstruksi, jika Kak Pras mengetahuinya, pasti, pasti tidak akan melepaskanmu. "
Aku tidak menyangka, sudah saat seperti ini, laki - laki ini masih keras kepala tidak mengakui kesalahan.
Tapi aku juga mengerti, orang seperti dia, paling - paling hanya bawahan, pemeran sebenarnya masih belum muncul.
Tapi karena ingin mengikat mereka, maka hanya bisa dengan memberi pelajaran untuk memperingati yang lainnya.
" Katakan, sisa ketiga orangnya ada dimana? " Aku memegang pisau belati, berkata sambil mengarahkan pisau belati ke lehernya.
" Di, di..... " melihatku serius, dia juga merasakan ketakutan, gemetar saat berbicara, " Sedang bermain kartu di sebuah ruangan kecil yang jaraknya seratus meter tidak jauh dari arah timur. "
Aku awalnya ingin pergi sendiri, tetapi karena takut orang ini mempermainkanku, maka aku menginjak perutnya, " Cepat berdiri! "
" Aduh..... " Ratapannya, lalu segera menuruti perkataanku dan berdiri, " Abang Besar, tanyakan saja apa yang ingin kamu tanyakan, tetapi jangan sampai hilang kendali dan memotong leherku...... "
Sialan, tadi masih bersikap kejantanan, kenapa sekarang malah ketakutan?
Seketika, aku tertawa terbahak - bahak dan mengalihkan pandangan ke sekelompok pekerja itu.
" Masalah ini tidak ada hubungannya dengan kalian, kalian kerjakan dengan baik pekerjaan kalian. "
Mereka semua tidak ada yang berani bersuara, terlihat seperti ketakutan oleh kewibawaan aku.
Tetapi ini hanya salah satu tujuanku.
Mengalihkan topik pembicaraan, aku mengatakan kepada orang yang ketakutan ini dengan nada perintah : " Dengar, aku ingin kamu membawaku mencari ketiga orang lainnya, jika berani mempermainkanku, akan aku potong lehermu! "
" Aku antar, aku antar..... " Dia ketakutan hingga kedua kakinya gemetar, tidak berani menundanya sedikitpun, langung membawaku, pergi ke depan pintu ruangan kecil yang berada tidak jauh dari timur.
Hanya terdengar suara " Ah " dari dalam ruangan, selanjutnya terdengar ledakan tawaan.
" Sial, paras gadis ini sangat cantik, paman melihat hampir tidak bisa bertahan ingin bercinta denganmu..... "
" Abang, kamu jangan makan sendiri, gadis kecil cantik, aku datang..... "
" Hei, kalian berdua sisakan tempat untukku, gadis yang begitu cantik, harus melakukan tujuh atau delapan kali baru puas. "
Sialan, keempat ini tidak ada bagusnya.
Aku melihat melalui pintu, melihat didalam ruangan ada sebuah ranjang dan diatasnya terbaring seorang wanita cantik dengan pakaian menawan, seluruh tubuhnya terikat kuat dengan tali, tidak bisa bergerak dan ketiga orang itu, sekarang ini sedang megelilinginya dan akan segera mulai beraksi.
Aku meskipun bukan orang baik, tapi aku juga bukan orang jahat, melihat begitu banyak orang menindas seorang perempuan, dalam hati merasa ruam dan panas kepala, tetapi jika aku menerobos masuk seorang diri, bagaimana bisa mengalahkan mereka bertiga?
Sedikit rumit, oleh karena itu tidak bisa untuk tidak ragu sejenak.
" Tolong, tolong..... " Perempuan itu mulai berteriak, meminta bantuan terhadap sekitaran.
Tetapi aku sebaliknya merasa mengapa suara ini begitu tidak asing?
Apakah orang yang merebut tempat parkir denganku itu?
Pantas, sangat pantas, perempuan seperti ini pantas kasih dia sedikit pelajaran.
Aku awalnya tidak ingin mempedulikan masalah ini, tetapi saat mendengar suara teriakan yang semakin parah, tidak tahu mengapa, dalam hati sedikit tidak tahan.
Mungkin karena tidak rela membiarkan sebuah kubis putih yang bagus di kelilingi oleh tiga babi, mungkin aku sekarang memang sungguh seorang yang baik, hati nurani merasa tidak tenang dan saat mereka bersiap untuk membuka pakaian perempuan itu, aku langsung menendang punggung keparat yang ketakutan karenaku itu, sehingga membuatnya terlempar kedalam ruangan dan juga menimpa salah satu dari mereka bertiga.
Oleh karena itu, juga menarik perhatian mereka.
Dua orang lainnya berbalik, menatap jelek ke aku.
" Bocah, siapa kamu, kamu berani ikut campur urusan Paman, apakah sudah bosan hidup? "
Yang mengatakan ini, seharusnya adalah Kakak Tertua, tetapi aku tidak mempedulikannya.
" Abang, untuk apa beromong kosong dengan dia, pukul saja dia. "
Yang satunya lagi seharusnya lebih tua Kakak Kedua, temperamennya sangat tinggi, selesai berkata dia langsung memegang erat tongkat dan menyerang ke arahku, tetapi aku sama sekali tidak berencana untuk menghindar.
Disaat dia menyerang kemari, aku mengulurkan satu tangan dan memegang tongkatnya, lalu menyerangnya dengan pisau belati.
Hanya jarak satu milimeter saja, aku sudah bisa membunuhnya.
Orang pintar yang melihatnya, mengetahui bahwa aku sengaja, karena tujuanku datang kemari bukan untuk bertarung dengan mereka, melainkan untuk berbicara dengan dia, seperti kata pepatah menggunakan perkataan untuk menyakinkan orang, jika ingin berdiri dengan teguh di Daerah A, maka harus mengalahkan Kakak Tertua dari Big Four terlebih dahulu.
Sekarang, Kakak Kedua hampir terbunuh olehku, Kakak Ketiga tertindih di bawah tubuh Kakak Keempat dan hanya tersisa Kakak Tertua, dia ragu - ragu, terus tidak menyerang, pasti sedang memikirkan ide yang buruk.
Oleh karena itu, aku harus mengalahkannya terlebih dulu.
" Apakah takut mati? " Aku tertawa pelan bertanya ke Kakak Kedua.
" Takut. " Jawab dia.
" Jika takut maka dengarkan aku dengan patuh, lakukan hal untukku dan aku mungkin bisa mengampunimu. "
" Baik, aku berjanji. "
Saat dia selesai berkata, aku segera menyimpan kembali pisau belati dan seluruh orangnya tercenggang, ketakutan hingga pucat.
Aku menepuk - nempuk bahunya dan tertawa dan langsung berjalan ke perempuan itu tanpa melihat Kakak Tertua.
" Kenapa bisa kamu? " Wajah perempuan itu terkejut.
" Kenapa, kamu berharap siapa? "
" Aku mengira..... sudahlah, cepat selamatkan aku, jangan banyak bicara lagi. "
Sudah saat seperti ini, sikap perempuan itu masih begitu sombong, secara teori aku tidak mempunyai alasan untuk menolongnya.
" Tidak bisa, kamu harus memohon kepadaku. " Kata aku mempermainkan.
Siapa sangka perempuan itu segera menoleh ke samping, " Tidak mau. "
" Baik, kalau begitu aku pergi, kamu seorang diri tinggal disini dan ditindas oleh mereka! " Aku selesai berkata, lalu mau berbalik.
" Hei hei hei...... aku lebih memilih di selamatkan olehmu, jangan pergi..... ku mohon..... "
Ng, perkataan ini lumayan menyenangkan.
Aku berbalik dan tertawa, mengedipkan mata padanya, lalu melihat ke arah Kakak Tertua.
" Sekarang, giliran kamu. "
" Nada bicara cukup tinggi, kamu melukai beberapa saudaraku, meskipun kamu tidak datang, aku juga tetap akan pergi membuat perhitungan denganmu, hanya saja, kedua tinjuku ini tidak pernah memukul orang yang tidak diketahui namanya, cepat laporkan nama kamu "
" Takutnya kamu tidak mempunyai kesempatan untuk mengetahuinya. "
Aku terlalu malas untuk berbicara omong kosong dengannya dan langsung menyerangnya, berencana untuk menyelesaikan masalah dengan cepat, tetapi tepat di saat ini, orang ini tiba - tiba mengalihkan fokusnya, berlari ke depan perempuan itu, mencekik lehernya dengan erat dan mengancamku : " Lepaskan pisau belati dalam tanganmu! "
Aku ragu sejenak, hanya sejenak dan laki - laki itu menambahkan kekuatan, mencekik erat perempuan itu, melihat wajah perempuan itu memerah dan mulut terbuka lebar, menatapku dengan wajah penuh ketakutan, dalam pandangan matanya penuh dengan pengharapan, tapi sebaliknya terus mengelengkan kepala, seolah - olah sedang memberiku sinyal, jangan demi dirinya melakukan hal bodoh.
Tetapi aku telah mengambil keputusan.
Novel Terkait
Sederhana Cinta
Arshinta Kirania PratistaMr. Ceo's Woman
Rebecca WangUangku Ya Milikku
Raditya DikaCinta Pada Istri Urakan
Laras dan GavinWanita Yang Terbaik×
- Bab 1 Permintaan Bang Dog
- Bab 2 Muncul Musuh Cinta
- Bab 3 Ada Uang Pun Hebat?
- Bab 4 Pesan Singkat Bang Dog
- Bab 5 Menuju Rumah Bang Dog
- Bab 6 Obat Bereaksi
- Bab 7 Panas Sekali
- Bab 8 Sisi Lembut
- Bab 9 Curahan Anya
- Bab 10 Sudah Berpikir Untuk Berubah
- Bab 11 Kata-Kata Putra Bungsu
- Bab 12 Gadis Muda Yang Mengamuk
- Bab 13 Dipermalukan Saat Interview
- Bab 14 Berencana
- Bab 15 Istri Masuk Rumah Sakit
- Bab 16 Tamu Tak Diundang
- Bab 17 Malam Yang Penuh Tangisan
- Bab 18 Kami Yang Tak Bisa Dibatasi
- Bab 19 Menjadi Manusia Sampah
- Bab 20 Terimakasih Bang Dog
- Bab 21 Kepercayaan
- Bab 22 Mengantar
- Bab 23 Siapa Yang Mengatakan Aku Cemburu
- Bab 24 Jangan Bertindak Gegabah
- Bab 25 Telah Dikalahkan Oleh Kenyataan
- Bab 26 Jangan Tinggalkan Aku
- Bab 27 Memiliki Ambisi Yang Besar
- Bab 028 Bertemu Dengan Musuh Yang Tidak Ingin Ditemui
- Bab 29 Nama Yang Aneh
- Bab 30 Memegang Pisau Belati
- Bab 31 Berjanji Pada Kak Pras
- Bab 32 Benar-Benar Cantik
- Bab 33 Kekasih Baruku
- Bab 34 1,2 Miliar
- Bab 35 Pria Yang Baik?
- Bab 36 Ayah Telah Tua
- Bab 37 Indarto Gold
- Bab 38 Keramik Imitasi
- Bab 39 Menyetujui Penggabungan
- Bab 40 Milka berselingkuh?
- Bab 41 Loving You