Wanita Yang Terbaik - Bab 24 Jangan Bertindak Gegabah
“Sebuah lagu berjudul 《 Air Kenangan 》 yang bagus sekali!”
Setelah suara nyanyian berakhir, aku tidak bisa menahan diri untuk memuji.
Aku pikir bar ini dinamakan Memoris, bukan karena bar memiliki anggur yang ajaib, melainkan suara indah ini yang memikat hati orang.
Deddy berdiri di samping, menatapku dengan wajah kebingungan.
“Apa yang aneh dengan ini, itu juga bukan dewa langit.”
Aku tersenyum-senyum, meletakkan tangan ke atas bahunya, “Setelah masuk juga sudah tahu.”
Sambil bicara, aku berjalan masuk ke dalam, Deddy juga ikut dari belakang.
Bar ini memiliki gaya yang tenang dan romantis, tidak peduli dari perabot atau gaya keseluruhan, semua bisa disebut memiliki keindahan mempesona.
Tidak ada musik metal yang keras, tidak ada lantai dansa yang ramai dan hiruk pikuk, tidak ada suara teriakan yang gila, yang ada hanya semua orang yang menikmati ketenangan.
Dan orang yang paling berjasa dalam semua ini adalah “ Dewa Nyanyi ” yang berada di atas panggung itu.
Setelah aku dan Deddy masuk ke dalam, memilih sebuah sudut yang tidak terlalu mencolok untuk duduk.
Setelah memesan beberapa gelas anggur pada bartender, perlahan mencicipinya.
“ Hanif, bukankah kamu sudah janjian dengan Ipank, di mana orangnya?”
Ipank mulai melihat-lihat disekeliling, wajah tampaknya sedikit tidak nyaman.
Benar juga, orang seperti dia, seharusnya tidak terlalu tertarik dengan pemandangan monoton semacam ini!
Hanya saja aku tidak menyangka, Ipank sedang bernyanyi di panggung sempit yang tidak jauh dari sini, Deddy malah tidak mengenalinya.
Aku pikir mungkin karena sudah bertahun-tahun tidak bertemu, satu sama lain sudah asing. Mungkin juga pakaian Ipank hari ini terlalu norak.
Belum lagi, sekarang dia mengenakan kostum pentas yang berkilauan, ditambah efek pencahayaan di atas panggung, tidak peduli bagaimana melihatnya, tetap berbeda dengan Ipank yang masa kuliah.
Aku tidak bisa menahan diri untuk tertawa, melambaikan tangan ke arah Ipank yang berada di atas panggung.
Tampaknya dia juga menyadari kami, hanya saja karena dia masih dalam waktu bernyanyi, maka tidak langsung ke sini.
Deddy melihatku melambaikan tangan ke atas panggung, juga mulai memperhatikannya.
Tapi dia hanya tertegun untuk waktu yang lama, baru teringat sesuatu, seketika mulai bersemangat.
“Wah, cukup bagus juga karir bocah itu saat ini, begitu banyak orang yang menonton, sekali lihat sudah tahu pasti bintang top di bar ini.
Selesai bicara, spontan dia berdecak lidah: “Tapi……keterampilan menyanyi ini harus ditingkatkan lagi, kamu percaya tidak, jika aku yang menjadi penyanyi di sini, maka dia tidak akan bernyanyi di sini lagi.”
Memang benar, minum sedikit saja sudah mengungkapkan sifat asli.
Sudah berlalu selama bertahun-tahun, dia tetap tidak bisa merubah watak buruknya untuk membual.
Tapi bagus juga begini, setidaknya tidak ada yang dia streskan.
“Kamu jangan membual lagi, soal menyanyi, kita tidak bisa dibandingkan dengan Ipank, dia hampir saja menjadi bintang terkenal.”
“Benar juga, masalah dia sedikit banyak aku juga mendengarnya, tapi begini juga bagus, dengan sifatnya juga sulit untuk berbaur ke dalam industri itu.”
Deddy berbicara dengan tampang orang yang sudah berpengalaman dan serius.
Sebagai seorang pengusaha yang sukses, tidak peduli dalam industri apa pun, sepertinya dia bisa memberi sedikit penilaian dengan pandangannya yang unik itu.
“Tapi, karena……”
Dia meminum seteguk anggur lagi, ada perasaan kabur di dalam kepalanya.
Hanya melihat Ipank beryanyi, tidak tahu sejak kapan selusin bir didorong ke atas panggung.
“Bocah, ini adalah hadiah dari bos kami, habiskan dalam sekali minum.”
Orang yang memberikan bir berbicara dengan sangat sombong.
Aku melihatnya dalam sekejap tidak bisa menahan diri, lalu mengambil sebuah botol kosong, sudah membuat rencana untuk menerobos ke sana.
“Bajingan, berani menindas sahabatku.”
Pada saat ini Deddy menghentikanku.
“Jangan gegabah, kita perhatikan dulu baru ambil tindakan.”
Ini bukan gayanya, aku pikir dia pasti sama denganku, sudah melihat sekelompok orang yang tidak jauh dari sebelah kanan kami, mereka semua mengenakan anting di telinga, rambut diwarnai dengan berbagai macam warna, sekali lihat sudah tahu, bukan orang yang baik.
Di sini bukan daerah kekuasaan Bang Dog, kami hanya bertiga, bagaimana bisa bertarung dengan mereka?
Aku juga mempertimbangkan hal ini, jadi baru mendengar kata-kata Deddy, lihat dulu baru ambil tindakan.
Selain itu, Ipank juga orang yang sangat menghargai diri sendiri, dulu demi kebebasan, rela sampai disembunyikan oleh perusahaan sehingga tidak mendapat perhatian publik, apalagi hanya tempat kecil seperti ini.
Aku hanya menunggu saat dia berkelahi, baru maju ke depan untuk membantu.
Tetapi, kenyataannya sulit ditebak.
Detik berikutnya, hanya melihat Ipank tersenyum, mengambil sebotol bir, membuka penutup botol dan berterima kasih pada pemimpin kelompok itu: “Terima kasih, sekarang juga aku minum, asalkan bos suka sudah cukup.”
Sambil bicara, dia sudah mulai mengangkat bir dan menuangkannya ke dalam mulut.
Aku melihatnya, tidak bisa menahan diri menundukkan kepala lalu menghela nafas.
Huh, dulu Ipank tidak seperti ini, ada apa sekarang?
Beberapa hari yang lalu dia masih membujukku, harus menghadapi kematian dengan pikiran positif, kenapa sekarang dia hidup bagaikan seorang pengecut?
Kemana perginya semua harga diri dan semangat juangnya yang dulu?
Jika memungkinkan aku benar-benar ingin menghajarnya, menghajarnya hingga sadar, apakah ini masih Ipank yang aku kenal itu?
……
Setelah berturut-turut minum empat botol bir, masih ada empat botol lagi, kelihatannya Ipank sudah tidak kuat kagi.
Ketika membuka botol kelima, dia mulai ragu.
Aku mengira dia sudah kembali menjadi dirinya, siapa yang menyangka setelah bersendawa, terus memaksakan diri memasukan bir ke mulut.
Bir sudah mulai keluar dari mulutnya.
Kemudian, dia sudah tidak tahan lagi dan mencari tong sampah untuk muntah.
“Apa maksudnya bocah, apakah tidak menghargai bos kami?”
Preman itu terus mempersulit.
Ipank selesai muntah dan membalikkan kepala, “Bos, aku benar-benar tidak sanggup minum lagi, mohon padamu……”
“Persetan, apa? melepaskanmu!”
Setelah memarahi, langsung melayangkan satu tamparan ke wajah Ipank.
Melihat preman itu ingin memukul dan menendang Ipank, api amarah langsung meledak, mengertakan gigi sambil melempar botol bir kosong di tangan ke kepala preman yang ada di atas panggung.
Dalam sekejap preman itu langsung pingsan di atas panggung, dari langsung mengalir keluar dari kepala bagian belakang.
“Sialan, aku sudah tidak bisa bersabar lagi!” Aku menyingkirkan tangan Deddy, bergegas maju ke depan.
“ Hanif ……” Deddy mengikuti dari belakang, bergegas maju ke depan.
Seketika bar langsung kacau balau, ada yang lari, ada yang berteriak, hanya sekelompok orang itu, setiap orang memegang botol bir kosong dengan galaknya.
Hanya mendengar pemimpin mereka berteriak sepatah “habisi mereka” sekelompok orang ini langsung berlari ke arah kami.
“ Deddy, Hanif, masalah ini tidak ada hubungannya dengan kalian, cepat pergi, sekelompok orang ini kalau sudah berkelahi tidak menginginkan nyawa lagi……”
“Siapa yang mau kamu urus.” Aku masih marah sekali, setelah melototinya sejenak, mengepal erat tinjuku, “Kebetulan, aku juga sudah lama tidak menggerakkan otot lagi, jadikan kalian sebagai latihan.”
Lagipula selama beberapa tahun ini ikut berbaur dengan Bang Dog, situasi seperti ini sudah biasa bagiku.
Ketika sekelompok orang itu ke sini, aku langsung menyambutnya, sekalian mengambil sebuah kursi panjang dan mengayunkannya ke arah mereka.
Dalam sekelompok orang itu ada beberapa orang yang tidak berhasil menghindar, tertimpa hingga luka.
Hanya sedikit yang tersisa, awalnya ingin aku hadapi sendirian, tapi di saat semua orang bergegas datang ke arahku.
“Prakk” “Prakk” sejenak.
Terdengar dua kali suara botol bir menghantam kepala, dalam sekejap kedua orang jatuh ke lantai.
Ipank dan Deddy melompat dari atas panggung, datang ke hadapanku, mengepal erat tinjunya.
Kamu melihatku, aku melihatmu, masing-masing meneriakkan sepatah “ah”, langsung menerobos ke depan.
Novel Terkait
Istri Pengkhianat
SubardiMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaSi Menantu Dokter
Hendy ZhangMy Cute Wife
DessyDewa Perang Greget
Budi MaYou're My Savior
Shella NaviWanita Yang Terbaik×
- Bab 1 Permintaan Bang Dog
- Bab 2 Muncul Musuh Cinta
- Bab 3 Ada Uang Pun Hebat?
- Bab 4 Pesan Singkat Bang Dog
- Bab 5 Menuju Rumah Bang Dog
- Bab 6 Obat Bereaksi
- Bab 7 Panas Sekali
- Bab 8 Sisi Lembut
- Bab 9 Curahan Anya
- Bab 10 Sudah Berpikir Untuk Berubah
- Bab 11 Kata-Kata Putra Bungsu
- Bab 12 Gadis Muda Yang Mengamuk
- Bab 13 Dipermalukan Saat Interview
- Bab 14 Berencana
- Bab 15 Istri Masuk Rumah Sakit
- Bab 16 Tamu Tak Diundang
- Bab 17 Malam Yang Penuh Tangisan
- Bab 18 Kami Yang Tak Bisa Dibatasi
- Bab 19 Menjadi Manusia Sampah
- Bab 20 Terimakasih Bang Dog
- Bab 21 Kepercayaan
- Bab 22 Mengantar
- Bab 23 Siapa Yang Mengatakan Aku Cemburu
- Bab 24 Jangan Bertindak Gegabah
- Bab 25 Telah Dikalahkan Oleh Kenyataan
- Bab 26 Jangan Tinggalkan Aku
- Bab 27 Memiliki Ambisi Yang Besar
- Bab 028 Bertemu Dengan Musuh Yang Tidak Ingin Ditemui
- Bab 29 Nama Yang Aneh
- Bab 30 Memegang Pisau Belati
- Bab 31 Berjanji Pada Kak Pras
- Bab 32 Benar-Benar Cantik
- Bab 33 Kekasih Baruku
- Bab 34 1,2 Miliar
- Bab 35 Pria Yang Baik?
- Bab 36 Ayah Telah Tua
- Bab 37 Indarto Gold
- Bab 38 Keramik Imitasi
- Bab 39 Menyetujui Penggabungan
- Bab 40 Milka berselingkuh?
- Bab 41 Loving You