Wanita Yang Terbaik - Bab 23 Siapa Yang Mengatakan Aku Cemburu

Hanya saja, baru tiba di depan pintu bangsal, aku sudah mendengar pria yang ada di dalam sedang bicara.

Dalam sekejap, amarah langsung melonjak di dalam hatiku.

Sialan, pasti bos itu lagi, terakhir kali dia meminta orang untuk memukuliku, kali ini mungkin aku yang akan menghabisinya.

Memikirkan hal ini, aku melepaskan tangan putra kecilku, mendadak langsung mendorong pintu hingga terbuka.

Alhasil, baru tahu pria dalam kamar pasien bukanlah bos itu, melainkan Deddy.

Saat ini, dia sedang duduk di samping ranjang, satu tangan memegang kotak makan, satu tangan memegang sedok sedang menyuapi makanan ke mulut Milka, melihat aku begitu kasar membuka pintu, sepertinya sangat terkejut, segera berdiri.

“ Deddy, kenapa kamu, aku pikir……”

Baru saja selesai bicara, istri melihatku dengan tatapan aneh, membuatku mau tidak mau harus mengalihkan topik pembicaraan.

“Sudahlah, tidak apa-apa, barusan aku terlalu sembrono, kamu datang kenapa tidak memberitahuku.”

Deddy meletakkan kotak nasi ke atas meja yang ada di sebelah, kelihatannya agak panik dan gelisah, menggaruk kepala bagian belakangnya, mengatakan: “Aku lihat kamu terlalu sibuk, tidak berani mengganggumu, kebetulan istriku juga berada di dekat rumah sakit ini, jaraknya sangat dekat sekali, aku sekalian datang menjenguk teman lama.”

Tidak menungguku mengatakan apa-apa, dia mulai menanyaiku lagi: “ Hanif, bukannya aku sebagai sahabat banyak ikut campur, suami istri hidup bersama, ada masalah apa bicarakan baik-baik, jangan sedikit-sedikit langsung main tangan.”

“Iya tahu, tahu.” Aku sedikit tidak sabar sambil mengorek telinga, memegang tangan putra kecilku yang ada di depan pintu, berkata: “Cepat panggil paman.”

“Halo, paman Deddy.”

“Anak pintar, sudah sebesar ini, sini, ambil buat jajan.”

Deddy merasa senang sekali bertemu dengan putra kecilku, berjalan ke sana mengelus kepalanya, lalu memberinya uang dua ratus ribu rupiah.

Tapi respon putra kecilku membuatku sangat tidak terduga.

Hanya melihat dia menyerahkan uang itu lagi pada Deddy, kemudian berjalan ke hadapan Milka, berkata dengan suara pelan: “Mama menyuruhku tidak ambil uang dari orang lain.”

Istriku tersenyum, sepertinya ini adalah suara hatinya.

Tetapi, Deddy yang berdiri di samping malah merasa canggung, wajahnya penuh senyuman canggung, mencari alasan untuk diri sendiri, memuji anak ini sangat pengertian, kemudian tergesa-gesa berpamitan denganku dan pergi.

Tidak tahu kenapa, ada memiliki sebuah perasaan yang sulit untuk dikatakan, selalu merasa hari ini dia agak aneh.

Lalu, melihat-lihat istriku, selain sedikit rona merah di wajahnya, tidak bisa melihat apa-apa lagi, tapi ini juga mungkin disebabkan oleh suhu dalam ruangan yang tinggi, itu tidak membuktikan kalau dia dan Deddy memiliki pertemuan pribadi bukan?

Apalagi, Deddy adalah sahabat baikku, aku tidak punya alasan untuk mencurigainya.

Tidak sempat berpikir banyak lagi, aku langsung berjalan ke sana, melihat nasi kotak yang diletakkan di atas meja.

“Wahh, tidak menyangka bocah itu cukup mengerti tentang menjaga kesehatan juga, tahu tubuhmu lemah, sengaja membawakan sup tonik herbal.” Aku ambil dan coba mencicipinya, rasanya lezat sekali, rasanya jauh lebih enak dibandingkan sup iga yang aku beli di restoran, memang benar, orang kaya memang berbeda.

Tapi, tidak menyangka istriku malah melototiku sekilas, ragu-ragu sejenak, tampaknya sedang memikirkan sesuatu.

“Kamu masih berani bicara, perutku sudah kelaparan sekali.”

“Bukankah sudah ada orang yang menggantikanku untuk mengantarnya?”

Tidak tahu kenapa, meskipun tidak muncul keraguan pada Deddy, tapi, bagaimanapun Milka adalah istriku, dia datang mengantar nasi, logika seperti apa itu? Selain itu, istriku makan hingga begitu lahap, dipikir bagaimanapun merasa diri sendiri adalah seorang pecundang.

Setelah mendengar kata-kata yang aku ucapkan, putra kecilku tersenyum-senyum di samping, kemudian mendorong tangan mamanya, berkata: “Papa sedang cemburu.”

Dasar, sudah ditebak dengan benar oleh putra kecilku, tidak bisa, tidak boleh kehilangan sikap baikku seperti ini.

“Si, siapa yang mengatakannya, untuk apa aku cemburu, sup ini benar-benar enak, aku juga sudah memesan makanan, mungkin sekarang sedang dalam perjalanan ke sini.”

Aku mulai gugup karena merasa bersalah.

Milka juga tersenyum, “Putra kita hanya bercanda denganmu, dalam hatiku hanya ada kamu, tapi ada sesuatu yang harus aku katakan, kelak sebisa mungkin jangan banyak berhubungan dengan Deddy, dia……”

“Aduh istriku, itu adalah masalah yang sudah berlalu selama bertahun-tahun, kenapa kamu masih membencinya?” Aku tidak terlalu peduli mengatakannya.

Seperti yang dikatakan sebelumnya, saat kuliah, aku dan Deddy pada saat bersamaan menyukai Milka, Deddy demi mengejarnya, sering sekali memberinya bunga, memberinya makanan ringan dan lain-lainnya, akhirnya semua itu dibuang olehnya, malah memilihku yang pintar dalam belajar, dalam hal ini membuatku merasa sangat bangga.

Dia pernah mengatakan padaku bahwa dia benci sifat gegabah dan playboy Deddy, jadi selama ini selalu memiliki pendapat buruk padanya.

Awalnya mengira tadi mereka bergaul dengan baik, semua kebencian lama sudah lenyap sepenuhnya, jika dilihat dari sekarang semua itu hanyalah imajinasi saja.

“ Deddy orang seperti apa, dalam hatiku sangat jelas sekali, yang sudah berlalu biarkanlah dia berlalu, seharusnya kamu bisa menerima dia yang sekarang, apalagi, selama beberapa tahun ini begitu aku bertemu dengan kesulitan, dia selalu membantuku tanpa pamrih, bukankah kita seharusnya……”

Tidak menungguku selesai bicara, Milka mengerutkan kening.

“Baiklah, aku akan mencoba menerimanya……”

Menurutku kalimat ini jelas sekali hanya asal menjawab saja, tapi aku sudah mengatakan bahwa akan berubah, bagaimana bisa bertengkar dengannya, lebih baik ikuti saja semua kemauannya.

Begitu terpikir Deddy sudah banyak membantuku, sedangkan aku tidak pernah baik-baik membalasnya, dalam hati merasa sangat bersalah.

Untuk itu aku membohongi Milka, mengatakan ada hal penting yang harus aku urus dulu di luar sana lalu meninggalkan rumah sakit.

Di depan gerbang rumah sakit, aku mengambil ponsel dan menelepon Deddy.

“ Deddy, kamu ada di mana?”

“Aku ada di……”

Dia masih belum selesai bicara, dari seberang telepon sudah terdengar suara berderak, selanjutnya suara caci maki yang keras: “Bagus sekali kamu Deddy, aku sudah begitu lama hidup bersamamu, mencuci baju dan memasak untukmu, tidur bersamamu, masih akan melahirkan seorang anak untukmu, tapi kamu malah mencari wanita lain di luar sana, pernikahan ini sudah tidak bisa dipertahankan lagi.”

“Tidak bisa dipertahankan maka tidak perlu dipertahankan.”

“Baiklah, kamu ingin bercerai? Aku malah tidak akan bercerai denganmu, aku masih mau pergi mencari si jalang itu, mengekspos semua skandal kalian ke publik, agar reputasimu hancur.”

“Kamu jaga ucapanmu, bisa dipertahankan maka pertahankan, tidak bisa dipertahankan maka cerai saja, aku juga sudah cukup menahannya.”

Hanya mendengar suara “planggg”, suara melempar barang semakin keras.

Deddy baru menenangkan diri dan mulai mengobrol denganku.

“Maaf, bertengkar dengan istriku, sudah membuatmu melihat lelucon.”

Aku malah tidak masalah, karena istrinya adalah wanita yang sudah terkenal galaknya, saat masih kuliah kami sekelas, saling memahami sifat satu sama lainnya, aku bisa memahami suasana hati Deddy saat ini.

“Sudahlah, suami istri hidup bersama, bertengkar adalah hal yang wajar.”

“Huh, jangan ungkit lagi, pusing, oh iya, ada tempat apa yang menyenangkan disekitar sini, bawa aku pergi menikmatinya? Aku yang bayar.”

Aku tahu “tempat menyenangkan” yang dimaksudnya adalah tempat hiburan malam, jujur saja, tempat seperti itu memang bisa menghilangkan depresi, untuk sesaat bisa melupakan semua kekhawatiran, tapi aku tidak suka pergi ke tempat seperti itu.

Mendadak aku terpikir dengan sebuah tempat bagus, yaitu bar tempat Ipank bernyanyi, katanya nama juga sangat unik, bernama Memories Bar.

Hanya mendengar namanya saja sudah menginginkannya, Memories Bar, apakah setelah meminum anggur yang ada di dalam sana bisa membuat orang melupakan perasaan?

“ Memories Bar, tempat ini lumayan bagus, aku juga sudah mengajak Ipank ……”

“ Ipank? Wah, aku juga sudah lama tidak bertemu dengan bocah itu, teringat pada waktu itu, kita adalah tiga tamu “murahan” di kampus, ke mana pun selalu menarik perhatian.”

Deddy tertawa, membuat janji denganku bahwa sebentar lagi akan tiba.

Aku menunggu sebentar di depan pintu rumah sakit, dia langsung tiba, mengendarai mobil membawaku pergi ke bar itu.

Bar ini tidak bergaya dengan suasana hiruk pikuk, ketika aku dan Deddy tiba, berdiri dan tertegun sejenak di depan pintu.

Deddy malah terpikat oleh pemandangan yang ada di depan pintu, sedangkan aku, malah ditarik oleh sebuah lagu.

“Ah ha, berikan aku segelas air untuk melupakan perasaan cinta, agar seumur hidup aku tidak meneteskan air mata……”

Suara ini aku sangat familiar, itu suara Ipank, selain dia, siapa lagi yang memiliki suara nyanyian yang begitu menarik untuk didengar dan semurni ini.

Novel Terkait

My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu