Mbak, Kamu Sungguh Cantik - Bab 22 Kemarahan Jeki
Setelah pulang ke rumah, aku berbaring di tempat tidur sendirian tidak bisa tidur, memikirkan apa yang terjadi selama ini.
Bisa dikatakan hidupku berubah drastis sejak menjadi menantu Clarisa.
Ketika memikirkan ini, tiba-tiba hp-ku berdering, aku terkejut melihat nama yang ada di hp-ku.
Yang menelepon bukan orang lain, tapi Jeki
Ada hal apa Jeki yang meneleponku saat ini? Apakah dia kekurangan uang? Ingin berhutang?
Aku berpikir seperti itu dan pada saat yang sama menjawab telepon, dan terdengar suara pria asing dari ujung telepon.
“Apakah kamu teman Jeki? cepat datang kemari, alamatnya di......”ucap orang itu di ujung telepon, lalu menutup telepon, tidak memberikanku kesempatan untuk bertanya.
Dari telepon, aku bisa mendengar orang di ujung telepon tampak tidak sabar, dan aku tahu telah terjadi sesuatu pada Jeki.
Aku buru-buru turun dan memanggil taksi ke alamat yang dikatakan pria itu.
Ketika aku tiba, aku menemukan ini sebuah bangunan kecil, dan seluruh bangunan diselimuti lampu merah.
Melihat ini, aku tidak sempat berpikir tempat apa ini, dan dalam hatiku tidak tahan memarahiJeki.
Saat aku baru turun dari mobil, ada orang yang menyambutku, dan aku mengenal orang ini, dia adalah teman yang makan bersama dengan kami tadi.
“Bang Rey, Bang Jeki dalam masalah!” ucap pria itu dengan cemas begitu muncul di hadapanku.
Mendengar perkataannya, aku langsung mengerutkan kening, ketika aku datang, aku sudah berpikir Jeki pasti dalam masalah, melihat ekspresi orang ini, aku tahu masalah yang disebabkan oleh Jeki cukup besar.
Mengingat hal ini, hatiku cemas, dibawah arahan orang ini aku sampai di ruang lantai tiga.
Pintunya terbuka, dan ketika aku berjalan ke depan pintu, aku sudah melihat Jeki.
Jeki terbaring di lantai, tubuhnya penuh memar biru, sampai saat ini, aku baru menyadari orang yang berada di sampingku juga memiliki wajah bengkak.
Karena terlalu mengkhawtirkan Jeki, aku tidak memperhatikan hal ini.
Di dalam ruangan ini ada puluhan orang, selain Jeki dan beberapa teman yang makan bersama, sisanya orang lain.
“Apa yang kalian lakukan?”ucapku begitu masuk ke dalam ruangan.
Pada saat yang sama aku melirik ke orang-orang yang berada di dalam ruangan, dan menyadari ada seorang pria duduk di sofa dengan sebatang rokok tergantung di mulutnya dan rantai emas tebal tergantung di lehernya, lalu wajahnya memiliki sebuah bekas, aku tidak tahu apa yang terjadi hingga bisa seperti ini.
Di sampingnya duduk seorang wanita dengan kepanikan di wajahnya, meskipun bersembunyi dengan baik, tapi aku tetap bisa melihatnya.
Aku melihat wanita yang duduk di sofa itu dan merasa pernah melihatnya di suatu tempat, tapi dimana aku pernah melihat wanita ini.
Bukankah wanita itu pacar Jeki? Mengapa dia muncul di sebelah pria ini?
Pada saat ini, orang itu sepertinya menyadari tatapanku dan menatapku.
Aku melihat sebuah sindiran dari tatapan pria itu, perasaan ini membuatku sangat tidak nyaman, dan ada keinginan untuk langsung menghajarnya.
Tapi melihat situasi yang ada di depan mata, aku hanya bisa menahan perasaan ini, menatap langsung ke pria yang ada di depanku dan berkata dengan segan: “Bro, apa maksud kalian?”
Aku tidak tahu apakah kesopananku yang membuat sikap pria itu berubah atau karena hal lain.
Pria itu bangkit dari sofa, tersenyum padaku dan berkata: “Bro, temanmu ini membuat onar di tempatku, menurutmu bagaimana menyelesaikan masalah ini?”
Saat ini Jeki berdiri dari lantai, ketika Jeki berbalik, aku baru melihat tampang Jeki dengan jelas.
Wajahnya penuh dengan memar dan ada bekas darah mengalir dari sudut mulutnya.
Jeki menatapku dengan mata merah, tubuhnya bergoyang seolah akan jatuh kapan saja.
“Rey ,kamu tidak perlu mempedulikan masalah ini!”ucap Jeki dengan mata merah, dan air mata mengalir dari sepasang mata merah itu.
Melihat pemandangan ini, tidak tahu mengapa, aku merasa mataku lembab.
Jeki, sejak kecil tumbuh besar bersama denganku, aku belum pernah melihat dia seperti ini.
Aku ingat ketika masih muda, ada suatu kali Jeki berkelahi dengan orang dewasa, dirinya dipukuli hingga babak belur, dan tidak pernah melihat dia menangis seperti ini, kala itu Jeki tersenyum dan berkata: “Tunggu setelah aku dewasa, aku pasti akan membalas orang itu, saat itu dia pasti sudah tua, pasti tidak bisa mengalahkanku!”
Meskipun ini hanya lelucon, tapi aku tahu karakter Jeki, dia bukanlah orang yang mudah menangis, tapi saat ini dia menangis.
“Sebenarnya apa yang terjadi? Katakan padaku dengan jelas!” aku menatap Jeki yang terhuyung-huyung di depanku dengan suara serak.
Aku bukan orang yang sentimental, tapi ketika melihat Jeki seperti ini, tidak tahu mengapa hatiku merasa sangat tidak nyaman.
“Aku memintamu untuk tidak ikut campur, cepat minggir!”saat ini Jeki tiba-tiba menjadi marah, tubuhnya yang terhuyung-huyung dengan emosi besar membuatnya jatuh ke lantai.
Aku tidak berencana bertanya kepada Jeki lagi, aku tahu karakternya, ketika dia sedang keras kepala, siapa pun tidak bisa membujuknya.
Aku mengalihkan pandanganku ke pria di samping sofa dan pacar Jeki.
Ketika melihat keduanya berdiri bersama, tiba-tiba muncul sebuah pemikiran di benakku, masalahJeki pasti ada hubungannya dengan pacarnya.
Seperti yang aku pikirkan, pria itu menatapku dan tersenyum lalu berkata, “Aku tidak menyangka akan melihat drama emosional ini, bukankah pacarmu keluar untuk melakukan pekerjaan ini? Layakkah kamu seperti ini?”
Kata-kata pria itu menusuk telingaku, dan amarah di hatiku tiba-tiba naik.
“Bukankah pacarmu keluar untuk melakukan pekerjaan ini? Layakkah kamu seperti ini?”
Kalimat ini terus bergema di benakku, dan aku mengerti apa yang sedang terjadi saat ini.
Aku memandang pria di depanku dan berkata sambil mencibir: “Kalau itu masalahnya, mengapa kamu main tangan?”
Ketika pria itu mendengar perkataanku, dia mematikan puntung rokok yang ada di tangannya, ekspresi wajahnya tiba-tiba berubah menjadi mengerikan, dan berkata dengan kejam kepadaku: “Main tangan? Keparat ini main tangan di tempatku, menurutmu apakah aku tidak akan membalasnya? Apakah aku perlu bersikap baik denganmu?”
Ketika pria itu selesai mengatakan ini, semua orang yang hadir tertawa, tentu saja, mereka semua adalah bawahan pria itu yang seolah menertawakan kenaifan kami.
Melihat pemandangan ini, aku tidak berbicara dengan pria itu dan langsung memapah Jeki.
Aku tidak pernah berpikir, ketika aku baru menaruh tanganku di lengan Jeki, wajahku dipukul dengan keras.
Orang yang memukuliku bukanlah orang lain, melainkan Jeki.
Aku terkejut menatap Jeki, dan memarahinya: “Apakah otakmu rusak! Bukankah hanya karena seorang wanita? Apakah layak seperti ini? Masih tidak mau pergi ingin dipermalukan disini?”
Kata-kataku penuh amarah, mana mungkin Jeki tidak mengetahuinya.
Meskipun begitu, Jeki tiba-tiba tertawa, dia mendorongku menjauh, lalu tersenyum dan berkata: “Rey ,cepat pergi, ini masalahku.”
Ketika percakapanku dengan Jeki terdengar di telinga pria itu, pria itu tertawa.
Pemandangan selanjutnya adalah puluhan orang berkumpul dan memukuli kami dengan kejam.
Aku berbaring di atas tubuh Jeki melindungi tubuhnya, aku tidak akan pernah melupakan kebaikan Jeki kepadaku, kalau bukan karena Jeki, mungkin sekarang aku sudah mnejadi kotoran ikan.
Ketika aku melindungi Jeki, aku bisa merasakan dengan jelas, Jekiterus-menerus meronta di bawah tubuhku, dia yang seperti itu mana bisa meronta?
Setelah dilempar keluar dari gedung kecil itu, aku baru bisa menghembuskan nafas, karena nafas ini juga, aku merasa paru-paruku hendak meledak dan sakit.
Aku terbaring di tanah, menoleh melihat Jeki, dan tiba-tiba tertawa.
Sudah berapa lama kita tidak seperti ini.
Mengingat ketika masih kecil aku ikut Jeki pergi berkelahi, aku yang pernah memiliki pengalaman seperti ini, tidak disangka hari ini akan mengalaminya sekali lagi.
Meskipun pengalaman seperti ini tidak menyenangkan, tapi entah kenapa, beberapa hal yang terpendam di hati sepertinya sudah jauh lebih baik saat ini.
Ketika aku menoleh melihat Jeki, Jeki juga melihat kemari, air matanya masih mengalir di matanya yang memerah.
Ketika seorang pria menangis, itu artinya masalah yang dihadapi benar-benar sangat menyedihkan
Aku tiba-tiba mengerti arti kalimat ini, Jeki adalah orang yang keras kepala, aku tidak pernah berpikir dia akan menangis suatu hari nanti.
Tidak tahu sudah berapa lama kami berbaring. Teman-teman yang membantu kami adalah teman yang makan malam bersama tadi. Mereka dipukuli bersama dengan kami, tapi mereka tidak sekuat Jeki dan aku.
Setelah dipapah, kami terhuyung-huyung memanggil dua taksi dan pulang.
Aku mengetahui keseluruhan cerita ini setelah aku tiba.
Malam itu, setelah aku pergi, mereka membahas apa yang harus dilakukan, ke mana lagi laki-laki ini bisa pergi?
Salah satu dari mereka menyarankan untuk pergi ke gedung kecil untuk bermain, tapi yang tidak diharapkanJeki adalah pacarnya juga ada di sana dan bekerja di sana.
Saat itu Jeki langsung membawa pacarnya keluar, tentu saja hal seperti ini akan dipukuli.
Selanjutnya, aku bertanya kepadaJeki, mengapa dia seorang gangster kecil, jatuh hati pada wanita itu.
Dia tidak hanya tidak menjawab pertanyaanku, tapi malah menggelengkan kepalanya, seolah bisa melihat seluruh dunia.
Setelah aku dan Jeki naik taksi bersama, kami tidak langsung pulang ke rumah, aku meminta supir mengantar kami ke rumah sakit, setelah melakukan pemeriksaan, kami dirawat di rumah sakit.
Aku dan Jeki sepakat untuk tidak mengungkit masalah ini, tidak mengatakan apakah perlu balas dendam atau tidak dan juga tidak mengatakan mengapa masalah ini bisa terjadi.
Keesokan pagi harinya aku dan Jeki keluar dari rumah sakit, setelah pulang ke rumah, aku meminta Jeki beristirahat dengan baik.
Dan aku kembali ke Keluarga Maman, aku tahu sifat Jeki, membujuk dan menghiburnya saat ini sama sekali tidak berguna, yang ada malah sebaliknya akan membuat dia semakin sedih.
Sebenarnya aku tidak bersedia pulang ke Keluarga Maman,masalah di Keluarga Maman terlalu banyak sampai membuatku merasa sesak, kalau aku tidak kembali ke Keluarga Maman ke mana lagi aku pergi? Apakah ke rumah Rena? itu tidak mungkin!
Novel Terkait
Love And War
JaneThe Revival of the King
ShintaBalas Dendam Malah Cinta
SweetiesPengantin Baruku
FebiThat Night
Star AngelCantik Terlihat Jelek
SherinYour Ignorance
YayaMbak, Kamu Sungguh Cantik×
- Bab 1 Menjadi Seorang Pria Harus Tahu Menaati Tiga Peraturan Dan Empat Kebijakan
- Bab 2 Diberi Obat
- Bab 3 Berhasil
- Bab 4 Memberitahu Kakakku
- Bab 5 Tidur Di Atas Lantai
- Bab 6 Berpura-Pura Tetapi Melakukan Tindakan Nyata
- Bab 7 Permintaan Rena
- Bab 8 Kecuali Menjadi Wanitaku
- Bab 9 Wanita Ini Mesum
- Bab 10 Aku Memeliharamu Versi Pria
- Bab 11 Kelinci Akan Menggigit Ketika Terpaksa
- Bab 12 Keputusan Ibu Halim
- Bab 13 Tinggal
- Bab 14 Toko Pijat
- Bab 15 Riska Cahyana
- Bab 16 Dua Orang di Rumah
- Bab 17 Cinta Pertama
- Bab 18 Kebetulan
- Bab 19 Istirahat Siang
- Bab 20 Masa Lalu Sandra Suntin
- Bab 21 Trainer
- Bab 22 Kemarahan Jeki
- Bab 23 Toko
- Bab 24 Pesta
- Bab 25 Uang Bukan Segalanya
- Bab 26 Kakak Keempat Yang Berani
- Bab 27 Lukisan Palsu
- Bab 28 Kemampuan Orang Berbudaya
- Bab 29 Gunakan Kekuatanmu
- Bab 30 Ibu Mertua Marah
- Bab 31 Tidak Ada Yang Bodoh
- Bab 32 Rahasia Di Dunia Seni
- Bab 33 Butuh Kakak Membantu Kamu Tidak
- Bab 34 Hubungan Yang Tidak Diketahui Orang
- Bab 35 Seniman Yang Hebat Itu Seniman Yang Telah Meninggal
- Bab 36 Aku Yang Memberikan Kehidupanmu
- Bab 37 Lukisan Rose
- Bab 38 Bertemu Lagi Dengan Elang
- Bab 39 Aku Tidak Mengerti Dengan Cara Pikir Wanita
- Bab 40 Misi Blue Sky Nature
- Bab 41 Ketakutan Wanita Klub Malam
- Bab 42 Lelucon keluarga Halim
- Bab 43 Masih Punya Trik Dan Gaya Bermain
- Bab 44 Video Putriku, Ibu Sudah Melihatnya
- Bab 45 Tolong Tinggalkan Kehidupanku
- Bab 46 Aku Akan Berjuang Dan Tidak Takut Berkorban Demi Jalan Hidupku
- Bab 47 Masalah Posisi
- Bab 48 Perjuangan Sia-Sia Juga Tidak Berguna
- Bab 49 Masalah Sikap Dalam Menangani Masalah
- Bab 50 Tidak Ada Gunanya Berjuang Sia-Sia
- Bab 51 Wanita Yang Hampa. Tamat