Mbak, Kamu Sungguh Cantik - Bab 30 Ibu Mertua Marah

Vania berjalan di jalan dengan wajah yang berat. Bahkan pejalan kaki di jalan yang melewatinya seolah-olah mereka lewat tanpa mempedulikannya. Tiba - tiba, ada getaran keras dari tas tangannya. Dia bingung, dan mengeluarkan ponselnya, ternyata itu adalah telepon dari Kenzi.

"Halo, Kenzi ..."

Suaranya selembut biasanya, sama sekali tidak terdengar acuh tak acuh seperti saat bertemu dengan Yuna.

"Oke, aku akan menemuimu."

Dia menutup telepon, demikian juga Kenzi yang juga menutup telepon pada saat yang bersamaan.

Audi A6 berhenti di pinggir jalan.

Namun pemilik kendaraan itu marah, dia sangat marah hingga melemparkan teleponnya ke dashboard mobil, rasa frustrasi yang tak sangat tak tertahankan. Dia seperti Napoleon yang merasa tertekan setelah dikalahkan di Battle of Waterloo. Dia ingin tahu apakah Napoleon pada saat itu juga akan merindukan Josephine?

"Sial sial..."

Dia memukuli kemudi lagi, lagi, dan lagi, dan kemarahan dari hatinya membuat ketampanan aslinya memudar.

"Aku bukan Napoleon ... Aku tidak bisa berakhir seperti ini!"

Dia menggertakkan gigi dan melihat ke arah pejalan kaki di luar jendela. Karena dia tidak bisa melupakan penghinaan ayah mertuanya di luar tempat tersebut.

...

"Kamu ... apa maksud semua ini?"

"Apa maksudmu? Hah, kamu itu tidak punya apa-apa, aku menyetujui putriku bertunangan denganmu karena karaktermu yang baik."

Ayah mertua menunjuk ke arahnya dengan marah, jari telunjuk yang terulur seperti palu.

"Kamu bajingan tidak tahu berterima kasih, kamu seharusnya menjaga putriku tetapi malah selingkuh diluar ..."

Segera, Kenzi sangat terkejut. Dia menyangka bahwa perselingkuhannya pasti akan terungkap, tetapi dia tidak akan pernah mengira bahwa perselingkuhan itu akan diketahui oleh ayah mertuanya terlebih dahulu. Yang pasti, masa depannya sudah hilang.

"Kenzi, kamu harus ingat bahwa masalah ini tidak akan pernah berakhir sesederhana ini. Di akademi, kamu tinggal menunggu waktu untuk berakhir. Selain itu, aku tidak cukup sabar untuk terus bersikap baik kepadamu... "

"Betul, bagaimana kamu bisa melakukan itu dengan muridmu sendiri? Kenzi, tapi jangan terlalu sedih soal itu. Lagipula, soal ini belum tentu juga salahmu."

"Oh, ngomong-ngomong, tolong jangan salah paham. Sebagai dokter Yuna, aku tentu hanya ingin mengatakan semua yang aku tahu."

Bradi berdiri di belakang ayah mertuanya yang sedang marah. Senyumnya sangat dingin sehingga Kenzi tanpa sadar menjadi gemetar.

'Setelah terbangun dari mimpiku, aku baru saja memikirkan tentang dirimu yang menghantui diriku tadi malam, Josephine, kamu, tidak tergantikan, sihir misterius macam apa yang kau berikan pada hatiku? '

Pada saat ini, Kenzi akhirnya mengerti mengapa Napoleon menulis bagian itu kepada Josephine. Karena cinta adalah jahat. Dia mengendalikanmu, selangkah demi selangkah ke jurang tak berujung, tanpa melihat matahari.

...

Kenzi melepas kacamatanya dan berbaring di kemudi karena kesakitan. Rasa sakit dan tekanan karena kehilangan segalanya membuatnya sengsara. Di saat yang sama, ada bayangan yang perlahan mendekati jendela mobil. Dia mengetuk jendela mobil perlahan. Apa yang muncul di depannya adalah seseorang yang terus menghantui dalam mimpinya.

"Ya, meskipun Napoleon kehilangan Josephine setelah pergi ke medan perang, tetapi aku masih memiliki Vania ..."

Kenzi menatap wajah Vania yang tersenyum. Senyumannya seperti angin musim semi, yang meniup hatinya yang tengah frustrasi. Jadi dia berbalik dan berhenti berbaring di kemudi. Tidak peduli betapa tidak terkendalinya air matanya, dia rela membuka hati padanya.

"Vania ..."

"Ya, ini aku."

Dia membuka pintu dan masuk ke samping. Tampaknya posisi itu selalu menjadi tempat eksklusifnya.

"Ternyata meski sudah menjadi seorang profesor, suatu saat pasti akan menangis yah?"

"Siapa yang menangis? Aku hanya beristirahat sebentar karena kelelahan ..."

"Pembohong..."

Vania dengan lembut menyeka air mata dari sudut matanya dan membelai wajah dingin Kenzi.

"Ayo pergi, Kenzi, jangan terlalu banyak berpikir, jangan lupa kamu masih memilikiku, biarkan aku menghiburmu ..."

Dia tersenyum. Kenzi, yang merasakan kehangatannya, juga tersenyum. Apakah itu benar-benar senyuman cinta?

Novel Terkait

More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu