Mbak, Kamu Sungguh Cantik - Bab 6 Berpura-Pura Tetapi Melakukan Tindakan Nyata
Ada revisi nama Ricko Wijaya > Direktur Wijaya 4/9/20
Memikirkan hal ini, aku tiba-tiba tersenyum konyol, merasa bahwa kehidupan seperti ini tidaklah buruk.
Selain itu, sikap Clarisa terhadap diriku seperti sikap seorang senior terhadap junior, membuat diriku merasa sangat tidak nyaman dan memiliki niat untuk balas dendam kepadanya.
Jadi aku berkata sambil tersenyum konyol saja.
Dan Cindy duduk di tempat tidur, bak seperti anak domba kecil yang menunggu untuk disembelih, Cindy juga cekikikan sambil berkata bahwa bagaimanapun juga di rumah hanya ada Ibu kita, jangan biarkan mereka berdua tahu, hehe...
Cindy menatapku dengan diam sambil menekan bibirnya, kedua matanya lurus menatap diriku.
Kemudian aku menyadari sesuatu dan mencium bibirnya yang basah, saat ini napasnya tiba-tiba menjadi berat. Jelas sekali bahwa Cindy terlalu gugup.
Tiba-tiba, terdengar suara dari luar: " Rey, di mana kamu, keluar!"
Itu suara Clarisa!
Aduh, bukankah Clarisa keluar pergi memukul Direktur Wijaya hari ini? Mengapa kembali begitu awal?
Saat itu, aku merasa bersalah dan melirik Cindy, kemudian menyadari bahwa wajahnya juga pucat, seolah-olah tertangkap basah karena melakukan kesalahan. Awalnya, Cindy masih memeluk pinggangku, tapi saat ini Cindy sudah melepaskanku, kemudian dengan gugup menarik selimutnya dan menutupi tubuhnya.
Aku bergegas berkata kepada Cindy : "Kakakmu memanggilku, aku harus keluar."
Cindy berbisik padaku untuk tunggu sebentar, kemudian aku berbalik dengan curiga, Cindy tiba-tiba menutupi bibirnya yang basah dengan tangannya, lalu mengecupku, setelah itu, mengucapkan muach, selamat malam. Kemudian menutupi selimut tanpa menoleh ke belakang.
Setelah kembali ke kamar, aku berbaring di lantai dan berselimut. Emosiku masih belum stabil. Memikirkan postur tubuh Cindy barusan, benar-benar menawan. Alangkah baiknya jika bisa melakukan sesuatu dengannya.
Keesokan paginya ibu Clarisa sudah memasak banyak sekali makanan, dalam hatiku berpikir: Pagi-pagi begini sudah memasak begitu banyak hidangan, ada ayam rebus dan berbagai macam sup.
Lalu aku bertanya: "Apakah hari ini hari spesial?"
Ibu Clarisa menatapku dengan tatapan hina, seolah-olah diriku sangat norak: "Itu hanya makanan biasa."
Aku langsung mengerti arti tatapan matanya, karena yang mereka sebut makanan biasa, bagiku adalah makanan satu minggu, itu sudah termasuk mewah.
Aku makan bersama dengan Clarisa. Ibu Clarisa duduk di seberang. Ibu Clarisa duduk di seberang sambil menunjuk ke hidungku: "Kamu juga! Karena kamu sudah menikah dengan Clarisa, harusnya memenuhi beberapa tanggungjawab."
“Keluarga kami tidak kekurangan apapun. Aku sudah cukup puas dengan hidup ini. Satu-satunya keluhanku adalah aku belum memiliki cucu. Kamu lihat, kalian berdua berusaha lebih giat lagi dan lebih banyak berolahraga, kapan akan memberiku seorang cucu?”
Setelah ibu Halim selesai berbicara, pada saat yang sama, Clarisa dan Cindy menatapku, wajah Cindy memerah dan ada sedikit rasa cemburu.
Tapi Clarisa tidak mengubah ekspresi wajahnya dan berkata: "Waktu Rey terlalu singkat."
Ibu Clarisa berkata "Situasi macam apa ini, apakah kalian sudah pergi melihat dokter?"
Wajahku dingin dan tidak berkata apa-apa.
Clarisa melanjutkan perkataannya: "Aku akan membawa Rey ke rumah sakit besok. Aku rasa dia sepertinya tidak bisa melakukannya. Jika tidak dapat disembuhkan, maka usir saja dia."
Ibu Clarisa menghela nafas, karena selama beberapa waktu ini aku membantunya memasak dan sudah beradaptasi beberapa waktu, Ibu Clarisa juga memiliki perasaan kasih sayang padaku, lalu berkata "Kalau begitu, Rey, kamu makan lebih banyak untuk gizi tubuhmu. Tetapi, kamu seringkali di rumah dan makanan di rumah tidak terlalu baik, jadi gizinya mungkin tidak mencukupi, bibi di rumah akan memasak untukmu.
Setelah berbicara, Ibu Clarisa mengambil mangkuk besar dengan banyak sup, lalu meletakkannya di depanku.
Setelah makan, Ibu Clarisa tampak sedikit tidak senang dan memanggil Clarisa ke kamar, Mereka berdua sepertinya sedang berbicara, tapi aku tidak bisa mendengarnya.
Tetapi setelah Clarisa keluar, tatapan matanya melihat diriku sepertinya ada yang tidak beres. Awalnya, Clarisa selalu memperlakukanku seperti biasa-biasa saja. Meskipun kadangkala sedikit merendahkanku, tetapi tatapan matanya menatapku kali ini terlihat seperti seekor lalat.
Saat malam kembali ke kamar, Clarisa berkata kepadaku dengan sedikit kesal: Naiklah ke tempat tidur, tapi jangan sentuh aku.
Hah?
Mungkinkah Clarisa berbicara lama dengan ibunya karena membahas hubungan seks denganku?
Tapi apa maksudnya tidak membiarkanku menyentuhnya? Padahal sudah berada di satu tempat tidur, aku bahkan tidak boleh menyentuhnya?
Sebagai seorang pria, tidak peduli seberapa jujurnya diriku, ada seorang wanita di sebelahku, aku sudah pasti tidak bisa mengendalikan diri.
Aku tak berdaya, mungkin karena adik perempuannya jatuh cinta padaku dan membuat diriku bersikap sembrono, mungkin karena Clarisa membiarkanku tidur dengan Rena kemarin, kemudian membuatku merasa tidak suka dengannya.
Mungkin juga aku mendadak bernyali besar, jadi aku tidak bisa menahan diri, kemudian menggulurkan tangan dan menyentuh tubuhnya.
Tetapi pada saat ini, Clarisa menatapku dengan benci dan berkata dengan suara dingin kepadaku "Berani-beraninya kamu menyentuhku?"
Secara naluriah aku menghentikan gerakan tanganku, tetapi tak lama kemudian, tindakanku menjadi semakin liar, mengertakkan gigi dan berkata: Kamu membiarkan aku tidur di sampingmu, kamu begitu cantik, siapapun pasti tidak ada yang bisa menahan diri.
Dalam kegelapan, aku merasakan senyum tipis di wajahnya, tetapi setelah itu Clarisa menjadi serius: Maka kamu harus mengendalikannya.
Aku bilang tidak bisa, Clarisa bilang berani kamu.
Saat ini, aku sedikit bergairah. Aku tidak peduli dengan kontrak yang telah aku tandatangani dengannya, aku mengancamnya dan berkata jika Clarisa tidak mengizinkanku menyentuhnya, maka aku akan memberitahu ibu Clarisa bahwa Clarisa tidak mengizinkanku menyentuhnya, bukan aku yang tidak bisa melakukannya, karena kamu menghina kepribadianku, meskipun ada kontrak, aku tidak bisa membiarkan kamu memfitnahku.
Kamu……
Meskipun Clarisa terlihat marah, kemudian ragu-ragu sejenak dan tidak mengatakan apa-apa.
Dan hatiku sangat gembira, kemudian mengambil kesempatan menyentuh tubuhnya, tiba-tiba terasa semuanya berjalan lancar.
Dan Clarisa tampak sedih, seperti ada belalang yang merayap di tubuhnya.
Aku tahu, membiarkanku memanfaatkannya tubuhnya itu sudah melewati batasnya, karena Clarisa sebenarnya tidak pernah ingin melakukan hal itu denganku. Jika aku benar-benar berani memaksanya, Clarisa pasti akan sudah mengusirku dan tidak akan membiarkanku melakukannya. Bagaimanapun juga, aku hanya sedang ingin melakukannya, tentu saja hatiku sangat cemas.
Sebaliknya, meskipun dari lubuk hati Clarisa memang tidak menyukaiku, karena respons tertekan dari tubuh manusia, Clarisa tetap mendengus saat aku menyentuhnya, meskipun Clarisa mencoba menahannya, tetapi tetap tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri...
Novel Terkait
Pernikahan Tak Sempurna
Azalea_Adore You
ElinaWahai Hati
JavAliusMenantu Hebat
Alwi GoUangku Ya Milikku
Raditya DikaBaby, You are so cute
Callie WangMbak, Kamu Sungguh Cantik×
- Bab 1 Menjadi Seorang Pria Harus Tahu Menaati Tiga Peraturan Dan Empat Kebijakan
- Bab 2 Diberi Obat
- Bab 3 Berhasil
- Bab 4 Memberitahu Kakakku
- Bab 5 Tidur Di Atas Lantai
- Bab 6 Berpura-Pura Tetapi Melakukan Tindakan Nyata
- Bab 7 Permintaan Rena
- Bab 8 Kecuali Menjadi Wanitaku
- Bab 9 Wanita Ini Mesum
- Bab 10 Aku Memeliharamu Versi Pria
- Bab 11 Kelinci Akan Menggigit Ketika Terpaksa
- Bab 12 Keputusan Ibu Halim
- Bab 13 Tinggal
- Bab 14 Toko Pijat
- Bab 15 Riska Cahyana
- Bab 16 Dua Orang di Rumah
- Bab 17 Cinta Pertama
- Bab 18 Kebetulan
- Bab 19 Istirahat Siang
- Bab 20 Masa Lalu Sandra Suntin
- Bab 21 Trainer
- Bab 22 Kemarahan Jeki
- Bab 23 Toko
- Bab 24 Pesta
- Bab 25 Uang Bukan Segalanya
- Bab 26 Kakak Keempat Yang Berani
- Bab 27 Lukisan Palsu
- Bab 28 Kemampuan Orang Berbudaya
- Bab 29 Gunakan Kekuatanmu
- Bab 30 Ibu Mertua Marah
- Bab 31 Tidak Ada Yang Bodoh
- Bab 32 Rahasia Di Dunia Seni
- Bab 33 Butuh Kakak Membantu Kamu Tidak
- Bab 34 Hubungan Yang Tidak Diketahui Orang
- Bab 35 Seniman Yang Hebat Itu Seniman Yang Telah Meninggal
- Bab 36 Aku Yang Memberikan Kehidupanmu
- Bab 37 Lukisan Rose
- Bab 38 Bertemu Lagi Dengan Elang
- Bab 39 Aku Tidak Mengerti Dengan Cara Pikir Wanita
- Bab 40 Misi Blue Sky Nature
- Bab 41 Ketakutan Wanita Klub Malam
- Bab 42 Lelucon keluarga Halim
- Bab 43 Masih Punya Trik Dan Gaya Bermain
- Bab 44 Video Putriku, Ibu Sudah Melihatnya
- Bab 45 Tolong Tinggalkan Kehidupanku
- Bab 46 Aku Akan Berjuang Dan Tidak Takut Berkorban Demi Jalan Hidupku
- Bab 47 Masalah Posisi
- Bab 48 Perjuangan Sia-Sia Juga Tidak Berguna
- Bab 49 Masalah Sikap Dalam Menangani Masalah
- Bab 50 Tidak Ada Gunanya Berjuang Sia-Sia
- Bab 51 Wanita Yang Hampa. Tamat