Mbak, Kamu Sungguh Cantik - Bab 17 Cinta Pertama

Clarisa melihat ini juga tidak menyangka, adiknya akan melakukan tindakan ini, langsung terdiam ditempat.

"Kamu lepaskan! Lepaskan!" Saat Clarisa bereaksi, melangkah maju, langsung memisahkan aku dengan Cindy .

Tapi saat ini Cindy malah memelukku dengan erat, ngotot tidak mau melepaskannya, sikap ini jelas sekali ingin bertengkar dengan mbaknya.

Clarisa melihat tidak ada cara untuk memisahkan Cindy dari tubuhku, nalurinya langsung tidak kemari menarik, malah mundur dua langkah, melihatku, dengan dingin berkata: "Rey , kalau kamu tidak melepaskannya, aku langsung lapor polisi!"

Saat Clarisa mengatakannya, bersamaan mengeluarkan handphone dari kantongnya, melihat Clarisa seperti ini, aku langsung panik, aku dengan Clarisa di depan hukum masih sah sebagai suami istri, sedangkan aku dengan Cindy adalah hubungan mbak-adik ipar.

Kalau ini benar-benar dilaporkan, meskipun polisi tidak akan mengurusinya, tapi kalau tersebar keluar juga tidak enak didengar, tampaknya Clarisa sungguh marah.

Melihat Clarisa seperti ini, aku mendorong tubuh Cindy , tapi Cindy sedikitpun tidak bereaksi, malah melihatku berkata: "Kamu ini pria atau bukan? Apakah kamu tidak menyukaiku?"

Perkataan Cindy ini langsung membuatku terdiam, tentu saja kau pria! Tapi kondisi seperti ini, siapapun yang mengalaminya pasti tidak mudah diselesaikan.

"Cindy , yang nurut, kamu lepaskan dulu, biarkan aku bicara dengan mbakmu." Aku melihat Cindy belum ada niat untuk melepaskan, baru berkata.

Perkataanku, Cindy tidak mendengarnya, malah pelukannya semakin mengerat.

Aku memasamkan wajahku melihat Cindy , berkata: "Yang nurut, Cindy , kalau masalah ini tidak dibicarakan sampai jelas, aku dan kamu juga tidak akan mungkin, apakah kamu mengerti?"

Perkataanku sudah jelas sekali, Cindy tidak bodoh, tentunya mengerti maksud perkataanku, baru melepaskan tangannya yang memeluk leherku.

Saat ini, aku memutar kepalaku melihat Clarisa, menyadari kalau ekspresinya sudah pucat sekali, tidak ada sedikitpun aliran darah.

"Ayo, kita keluar bicarakan!" Aku berjalan di depan Clarisa, berkata, lalu langsung berjalan keluar.

Saat berjalan ke depan pintu, aku mengeluarkan rokok dari kantongku, menghidupkan sebatang, lalu menghisapnya, baru terdengar suara langkah kaki di belakang.

"Aku ingin bertanya padamu, Rey , sebenarnya apa maumu? Kamu ini sedang balas dendam kepadaku ya? Malah berselingkuh dengan adiku? Apa kamu tidak merasa kamu kekanakan sekali?" Clarisa baru saja berjalan keluar sudah langsung berkata.

Mendengar perkataan Clarisa ini, aku langsung tersenyum, apakah masalah ini boleh menyalahkanku?

Aku memang ada perasaan terhadap Cindy , ataupun semacam perasaan yang tidak bisa dijelaskan, mengenai niat untuk balas dendam kepada Clarisa, sebenarnya dari awal aku memang ada, tapi setelahnya terlalu lama berhubungan dengan Cindy , baru menyadari ini bukan balas dendam kepada Clarisa.

Dulu saat datang ke keluarga Halim, satu-satunya orang yang baik kepadaku adalah Cindy , aku tidak mungkin menggunakan Cindy melakukan hal sekanak-kanak ini.

Tapi meskipun aku memberitahu Clarisa pemikiranku, apakah Clarisa akan percaya? Dia pasti tidak akan percaya!

Aku langsung tidak menjawab pertanyaannya, aku berkata: "Clarisa, kita bicarakan masalah kita, kamu jangan menyeret adikmu ke dalam."

"Atas dasar apa tidak boleh diseret? Hubunganmu dengan adikku, apakah kamu merasa bangga? Apa kamu merasa kamu seorang pria?" Emosi Clarisa menggebu-gebu sekali.

"Clarisa, kalau kamu merasa aku sungguh orang seperti itu, maka aku juga tidak bisa berbuat apa-apa, dulu saat datang ke keluarga Halim, apakah kamu pernah baik kepadaku? Pernah? Hanya adikmu yang baik kepadaku!" Awalnya tidak ingin meributkan masalah ini dengan Clarisa, tapi ucapannya malah semakin kelewatan.

Kalau dibicarakan, yang kelewatan bukan Clarisa, memang di masalah ini aku yang kelewatan.

Tapi apa hubunganku dengan Clarisa? Suami-istri kontrak, semacam yang harus berpisah kalau waktunya sudah tiba, jadi kenapa aku tidak boleh mencari orang lain? Apa tidak boleh mencari adiknya?

Mungkin orang sepertiku, di mata orang adalah pria sampah, tapi dulu bagaimana sikap Clarisa kepadaku? Aku mengingatnya dengan sangat jelas, masalah Cindy , aku boleh mengalah, tapi mengalah pun tidak boleh terlalu banyak.

Clarisa langsung terdiam oleh ucapanku, dalam sekejap tidak berbicara, sampai beberapa saat, baru berkata: "Rey , aku beritahu padamu, kamu juga jangan berharap mau cerai, nantinya, aku akan berada di sampingmu setiap hari, aku lihat bagaimana kamu dengan Cindy ......"

Saat Clarisa mengatakan sampai sini, dia langsung terdiam, aku tau Clarisa tidak sanggup mengatakannya.

Saat mendengar Clarisa tidak mungkin bercerai denganku, aku langsung emosi, memarahi: "Clarisa, atas dasar apa kamu tidak bercerai denganku? Apakah kamu sudah lupa dengan hubungan kita? Kamu boleh mencari pria di luar, lantas apakah aku tidak boleh?"

"Yang kamu cari adalah adikku!! Yang kamu cari adalah adikku! Kamu ini binatang!" Clarisa saat ini sudah mengangkat tangannya, menampar wajahku dengan kuat.

Aku tidak menghindari tamparan Clarisa itu, setelah ditampar dengan kuat, aku berkata kepada Clarisa: "Hehe, kalau bukan hari itu mamamu berlutut, apakah kamu mengira aku akan berama denganmu?"

Setelah mengatakannya, aku langsung berjalan keluar pintu, meninggalkan Clarisa sendirian di depan pintu.

Setelah meninggalkan keluarga Halim, aku naik taxi sendirian, pergi ke rumah Jeki.

Di perjalanan, handphoneku berdering, aku mengambil dan melihatnya, rupanya Cindy yang menelepon, aku langsung menolaknya.

Saat ini aku tidak ingin menerima telepon dari orang keluarga Halim, tapi setelah kupikir-pikir, merasa seperti ini terlalu keterlaluan bagi Cindy , lalu membalas dengan pesan.

"Aku pergi ke tempat temanku beberapa hari dulu."

Setelah mengirimkan pesan itu, tidak sampai 2 detik, Cindy langsung membalas.

"Aku tidak ingin kuliah lagi, aku mau bersama denganmu!"

Melihat balasan pesan Cindy ini, aku tidak menyangka kalau Cindy akan berkata seperti ini, tapi kalau sungguh menyuruh Cindy tidak kuliah dan ikut denganku, aku sungguh tidak bisa melakukannya.

"Lebih baik kamu bagus-bagus belajar, karena mbakmu seperti ini, tunggu kamu sudah tamat, kita baru bicarakan masalah ini."

Lalu Cindy tidak membalas pesanku lagi, aku tidak tau Cindy mau berbuat apa, langsung meneleponnya, takut kalau sesuatu terjadi pada Cindy , maka aku menjadi orang bersadalh.

Panggilan baru tersambung, suara Cindy sudah terdengar dari ujung sana.

"Rey , kamu sungguh akan menungguku?" Suara Cindy sedikit tersendat, membuatku yang mendengarnya menjadi sedih.

"Aku pasti menunggumu, kamu sekarang bagus-bagus belajar tunggu kamu tamat kuliah, kita baru......" Perkataanku sampai sini lalu tidak kuteruskan lagi.

Karena aku tidak tau harus mengatakan apa, mama Halim meminta aku dengan Clarisa mempunyai anak, kalau aku dengan Clarisa mempunyai anak, lalu bersama dengan Cindy lagi, ini termasuk apa?

Cindy mendengar perkataanku, suaranya masih tersendat, berkata: "Baik!"

Setelah mengatakannya, Cindy sudah memutuskan sambungan itu.

Setelah sampai di rumah Jeki, aku melihat kalau pintu terbuka, jadi langsung masuk ke dalam.

Tapi baru saja masuk, aku langsung melihat adegan erotis, membuatku langsung keluar.

Tidak lama, seorang wanita muda berjalan keluar dari kamar, wajahnya memerah, saat melihatku, juga menggunakan tangannya menutupi.

Tapi apakah aku tidak bisa melihat apabila dia menutupi wajahnya?

Saat ini Jeki juga berjalan keluar dari kamar, dia melihatku dengan tajam, dengan tidak ramah berkata: "Kenapa kamu bisa kemari?"

"Lain kali, kalau mau melakukan bisa tidak tutup pintu dulu? Tau tidak aku seberapa canggung?" Aku tidak menjawab pertanyaan Jeki, melainkan bercanda.

Awalnya suasana hati tidak begitu bagus, tapi begitu aksi Jeki ini, suasanaku lebih baik sedikit.

"Dasar, rumahku selain kamu yang bisa langsung masuk, siapa lagi bisa langsung masuk?" Jeki melirikku dan berkata padaku.

"Tidak berbasa-basi denganmu lagi, bagaimana orang yang kamu cari?" Aku langsung bertanya topik penting.

Jeki mendengar perkataanku, langsung terdiam sebentar, lalu berkata: "Rey , apakah kamu sudah mempersiapkan dananya?"

Aku beritahu kepada Jeki bahwa masalah dana sudah hampir selesai, hanya butuh dia mencarikan orang kepadaku saja.

Untuk Rena, aku percaya dia akan menyelesaikannya dengan cepat, ini adalah semacam insting.

Setelah mendengar perkataanku, Jeki memberitahu padaku, permulaan sudah ada dua orang, dan juga dua orang ini masih belum begitu bisa, masih harus dilatih.

Membicarakan masalah melatih, Jeki bertanya padaku lagi masalah mencari guru, mendengar pertanyaan Jeki, aku juga tidak tau harus mencari kemana, Jeki bilang dia tidak bisa menemukan guru untuk datang melatih.

Dalam waktu singkat juga tidak bisa memikirkan cara bagus, kami juga tidak memusingkan masalah ini, terakhir Jeki bertanya padaku lagi kenapa bisa kemari.

Aku menceritakan dengan sederhana kepada Jeki, setelah mendengarnya, dia langsung mengancungkan jari jempol untukku, mengatakan aku hebat.

Aku tertawa pahit dalam hati, ini juga bisa dibilang hebat?

Jam 8 malam, aku dengan Jeki mencari sebuah warung, memesan sedikit makanan, lalu duduk sambil makan.

Saat kami makan, aku menyadari sebuah bayangan yang familiar muncul di pandanganku, orang ini bukan orang lain, tapi Riska, karyawan bank itu.

Riska juga melihatku, dia langsung berjalan ke arahku, berkata: "Bukankah ini adik kecil mbak Rena ?"

Perkataan Riska membuatku kecewa, apanya adik kecil mbak Rena ? Adik kecil?

Aku memutar bola mataku, berkata: "Kenapa kamu bisa ada disini?"

Riska bilang kalau dia kemari menemani temannya, tidak menyangka bertemuku disini.

Mendengar sampai sini, aku langsung terdiam, harusnya Riska muncul di tempat kalangan atas bukan? Kenapa bisa muncul disini menemani teman?

Saat aku berencana untuk bertanya lagi, Riska bilang temannya sudah datang, mengambil handphone dan pergi.

Tidak lama, Riska pun kembali, saat melihat orang dibelakang Riska, seluruh tubuhku tidak baik.

Karena aku juga mengenali teman Riska ini, lebih tepatnya dia adalah teman SMA ku, Sandra Suntin .

Sandra melihatku, reaksinya juga sama, tercengang, lalu Riska di sebelahnya menepuk dia, baru bereaksi.

"Rey ?" Sandra bertanya.

"Ehn!" Aku menjawab dengan senyum pahit.

Sandra teman SMA-ku, dan juga cinta pertamaku!

Dalam sekejap suasana menjadi canggung, aku tidak tau harus mengatakan apa, Sandra juga begitu.

Saat ini Jeki melihat Sandra , dalam sekejap berkata: "Oh, cinta pertamamu!"

Aku melototi Jeki, memarahi dalam hati: Tidak ada yang menganggapmu bisu kalau kamu diam!

Novel Terkait

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu