Mbak, Kamu Sungguh Cantik - Bab 15 Riska Cahyana
Setelah panggilan terputus, Rena melihat ekspresiku, tersenyum dan berkata: "Apakah sedang mengkhawatirkan masalah pinjaman?"
Aku mengangguk, juga tidak berbicara.
"Untuk masalah ini, tenang saja, serahkan saja kepadaku!" Rena tersenyum dengan ceria, setelahnya kami pun meninggalkan puncak gunung.
Rena membawa mobil kembali ke daerah kota, atau mungkin diluar dari perlindunganku, daerah yang dipilih Rena lebih jauh, disebuah toko teh kecil di pinggiran kota.
Toko teh ini dilihat tidak begitu besar, tapi orang yang datang tidak kecil, ini membuatku sedikit terkejut.
Rena melihatku yang terkejut, berkata: "Jangan remehkan toko teh ini, biasanya orang yang datang kesini semuanya beberapa orang kaya, disini adalah merek lama, orang yang bisa datang kesini minum teh artinya pasti ada status dan identitas."
Saat Rena mengatakannya, aku baru mengerti, rupanya Rena bukan karena memikirkan keamananku, sedangkan karena alasan khusus disini.
Memikirkan ini, tidak tau kenapa hatiku sedikit kecewa.
Kami naik ke ruangan VIP di lantai dua, dekorasi kuno sederhana menambahkan tidak sedikit gaya pada ruangan ini, saat ini karyawan bank yang dikatakan Rena masih belum sampai.
Di dalam ruangan hanya ada aku dan Rena berdua, Rena duduk di sebelahku.
Aku sedang memikirkan masalah pinjaman kali ini, tiba-tiba merasakan sebuah tangan diletakkan di atas pahaku, aku memutar kepalaku melihat, tampak Rena sedang tertawa melihatku, wajahnya juga lebih merah, tampak sangat menggoda.
Meskipun aku panggil Rena, mbak Rena, tapi usia Rena tidak begitu tua, malah dia tampak sedikit lebih muda dariku, kulitnya yang putih tampak sedikit kemerahan.
Hari ini Rena memakai sebuah cheongsam, aku tidak tau apakah setiap wanita menyukai cheongsam, tapi dipakai Rena, tubuhnya yang indah pun terpaparkan.
Tentu saja ada sebuah daerah yang mematikan, yaitu senjata pembunuh Rena, tampak begitu besar dan spektakuler, tidak perlu dikatakan lagi bagaimana rasanya saat diremas.
Kemarin dipermainkan seperti itu, sudah lupa bagaimana rasanya, saat ini di dalam ruangan ini, hanya ada aku dan Rena berdua, hatiku tanpa sadar mempunyai niat lain.
Niatku masih belum sempat aku lakukan, Rena sudah duluan meletakkan tanganku di dadanya.
Aku hanya merasakan kehangatan yang datang dari tangan, detak jantung Rena yang berdegup juga bersamaan menjalar kemari dari tangan.
Rena duduk di sebelahku, mata besar yang berkaca-kaca melihatku dari atas sampai bawah, Rena berkata: "Rey , kita mau tidak?"
Perkataan Rena hanya setengah, tapi memberi orang imajinasi tak terbatas, mau apa?
Aku terkekeh, tangan yang terletak di tangan Rena tiba-tiba menurun sedikit, lalu meremas dengan kuat.
"Ah!"
Desahan Rena masuk ke dalam telingaku, aku tersenyum iblis, berkata: "mbak Rena , kamu bilang mau apa?"
Melihat senyuman iblis di wajahku, wajah Rena tidak tau entah karena perkataanku, atau karena perbuatanku, berubah menjadi lebih merah, seperti apel yang sudah masak.
Kejadian dengan Rena kemarin, bisa dibilang dalam kondisi aku sangat tidak ingin, tapi kali ini berbeda.
Karena saat itu di dalam ktv, aku tidak melihat jelas wajah Rena, saat itu di mataku, Rena adalah wanita dengan riasan menor.
Sedangkan saat pergi ke hotel, karena lampu di sepanjang jalan lebih gelap, aku juga masih belum melihat jelas wajah Rena, ditambah sampai ke kamar hotel, Rena juga tidak menghidupkan lampu.
Sampai hari itu saat Rena datang mencariku, akhirnya aku bisa melihat jelas wajah Rena.
"Dasar jahat, menurutmu mau apa?" Marah Rena dengan manja.
Aku tersenyum iblis lagi, dengan kuat mempermainkan senjata mematikan Rena, Rena kubuat seperti itu, bisa-bisanya mengerang.
Suara erangan ini masuk ke telingaku, aku merasa seluruh tubuhku tidak baik-baik saja, seluruh tubuhku mulai memanas.
Memikirkan kejadian tadi pagi dengan Clarisa, apinya belum disemburkan, sekarang ada orang yang menghidupkan api lagi, tentu saja tidak akan segan-segan.
Aku merangkul pinggang kecil Rena, dengan kuat mengangkat tubuhnya, langsung mendudukkannya di atas meja.
Kedua paha Rena terbuka, berada di luar kedua pahaku, aku memeluk pinggang Rena, melihat dia seperti ini, nafasku menjadi lebih berat.
Karena rok cheongsam yang dipakai Rena lebih pendek, paha putihnya terpampang diluar, aku mengelus paha Rena, rasa itu adalah kenyamanan yang tidak bisa dijelaskan.
Sedangkan Rena kuelus seperti itu, kedua matanya pelan-pelan menyipit, wajahnya tampak menikmati.
Adegan ini tanpa sadar membuatku teringat dengan film porno yang saat itu aku tonton di asrama dengan diam-diam, kondisi aku dengan Rena mirip sekali dengan adegan didalamnya.
Memikirkan pose memalukan di dalam itu, aku tanpa sadar ingin sekali mengikutinya sekali.
Saat aku akan melakukan gerakan selanjutnya, pintu ruangan tiba-tiba bersuara.
"Kriaakk!"
Seorang wanita dewasa dan menawan masuk ke dalam, keadaanku dengan Rena seperti ini tepat masuk ke dalam matanya.
Aku melihat wanita itu, sedikit panik, langsung melepaskan tangan yang sedang memeluk Rena, dengan canggung melihat wanita itu.
Rena melihatku tiba-tiba diam, membuka matanya melihatku, aku menggunakan tatapan memberitahu Rena ada yang datang.
Tapi reaksi Rena malah diluar dugaanku, dia tidak merasa panik karena kedatangan wanita itu, malah tersenyum iblis melirikku.
"Riska, kenapa hari ini cepat sekali datang? Biasanya kenapa tidak melihatmu datang secepat ini?" Rena turun dari meja, merapikan roknya yang terangkat, berkata.
Saat ini, wanita yang bernama Riska itu berdehem ringan, lalu berkata: "mbak Rena , kali ini bukan aku yang cepat datang, tapi kamu sedang sibuk, lupa waktu saja."
"Dasar anak gadis, pintar sekali berbicara, hati-hati aku pukul kamu sampai mati." Rena tertawa, sedikitpun tidak keberatan dengan perkataan Riska .
"Tapi ngomong-ngomong, mbak Rena , dulu saat mbakku membawamu pergi, kenapa tidak melihatmu mencari, saat ini malah mencari seseorang? Makan sendiri?" Riska tertawa iblis, bertanya.
"Anak gadis, mbak ini sudah bertemu cinta sejati, kamu tau apa?" Rena memutar matanya, berkata.
Dari percakapan mereka berdua, aku mendapatkan tidak sedikit informasi, yang paling membuatku terkejut adalah, dulu Rena tidak pernah mencari berondong, aku adalah yang pertama, ini juga berarti Rena sungguh ada perasaan terhadapku?
"mbak Rena , kamu tidak memperkenalkannya kepadaku?" Riska melirikku, menggunakan tatapan penasaran melihatku sambil berkata.
"Namanya Rey , sama denganmu baru lulus kuliah tidak lama." Setelah Rena selesai merapikan, berkata.
"Ini adalah Riska , Riska Cahyana, juga karyawan bank yang aku katakan kepadamu, kamu jangan lihat gadis ini masih kecil, sebenarnya hal yang dia tau masih lebih banyak dariku, hati-hati jangan sampai dimakan olehnya." Rena duduk di bangku, berkata dengan tersenyum sambil melihatku.
Mendengar perkataan ini, aku tidak sadar menggaruk kepalaku, juga tidak tau harus mengatakan apa.
Waktu selanjutnya, adalah membicarakan masalah tentang peminjamanku, aku memberitahu kepada Riska tentang keadaanku.
Setelah mendengar keadaanku, Riska menunjukkan ekspresi serba salah, berkata: "mbak Rena , apakah kamu sedang menjebakku? Keadaan Rey seperti ini, jangankan meminjam 14 miliar, bahkan meminjam 100 juta saja sulit sekali."
Mendengar perkataan Riska, aku menunjukkan ekspresi tidak terkejut, dalam hatiku juga tau, aku paling tau keadaanku sendiri, kalau bisa meminjam 14 miliar baru aneh.
Rena melototi Riska, seperti sedang menyalahkan perkataan Riska, lalu berkata: "Apakah aku ada bilang memberi dia pinjaman seperti ini saja? Aku berikan kepadanya sebuah salon kecantikan milikku, biarkan dia menggunakan salon kecantikan sebagai jaminan, apakah begini masih tidak cukup untuk dia meminjam?"
Riska mendengar perkataan Rena, matanya terbelalak, dengan terkejut berkata: "mbak Rena , kamu tidak sedang bercanda bukan? Kamu mau memindahkan salon kecantikan itu atas namanya?"
"Apakah aku seperti bercanda?" Rena memutar bola matanya.
Aku tidak tau bagaimana skala salon kecantikan Rena itu, tapi dilihat dari ekspresi Riska, aku sudah tau kalau harga salon itu tidaklah kecil.
Riska melirikku, menggunakan nada bicara yang aneh berkata: "Juga tidak tau kamu mengumpulkan kebajikan selama berapa kehidupan, membuat mbak Rena membantumu seperti ini, kamu tau tidak berapa perkiraan harga konservatif toko mbak Rena itu? 60 miliar!"
Mendengar perkataan Riska, aku terdiam sesaat, aku tidak menyangka Rena bersedia mengeluarkan toko seharga 60 miliar sebagai jaminan untukku.
Aku secara tidak sadar melirik Rena, saat ini Rena juga sedang melihatku, rasa terimakasih membuncah dari hatiku.
Tampaknya aku terlalu sederhana melihat perasaan Rena, aku bahkan mempunyai keimpulsifan, ingin menikahi Rena.
Tapi pemikiran seperti ini sekejap sirna, karena dengan keadaanku saat ini, jangankan menikahi Rena, bahkan mau menikahi wanita biasa saja sulit.
Setelah selesai membicarakannya, Riska melihatku dengan niat tidak baik, berkata: "Rey , malam ini ada waktu tidak? Bagaimana kalau kita pergi menonton?"
Aku masih belum berbicara, Rena sudah duluan memarahi dengan tersenyum: "Dasar hadis, kalau mau menggoda pria, cari pria lain saja!"
Riska tersenyum, berkata "Kalian lanjutkan", lalu pergi dari sana.
Melihat Riska pergi, aku baru menghela nafas lega, memutar kepala melihat Rena di sebelah.
Hanya melihat Rena saat ini juga melihatku, matanya berbunga-bunga, aku juga mengerti maksudnya, ini juga maksud di dalam hatiku.
Aku berpikir kali ini tidak ada yang mengganggu kami berdua lagi, tapi baru saja aku berpikir seperti itu, telepon Rena langsung berdering.
Rena mengambil teleponnya, melihat layar handphonenya, rasa benci dan kesal bisa dilihat di matanya.
Aku melihat kata 'suami' di layar atas sana.
Mungkin hidupku memang seperti ini, setiap kali sampai waktu paling penting, akan muncul berbagai keadaan.
Setelah Rena menjawab panggilan itu, lalu pergi dengan cepat, menyuruhku jangan mengkhawatirkan masalah peminjaman, dia akan membantuku menyelesaikannya.
Di hari itu juga sore harinya, handphoneku menerima sebuah pesan dari bank.
Di dalam rekeningku bertambah 6 miliar, total saldoku adalah 8 miliar.
Sampai saat ini, aku baru tau, waktu itu Rena sudah mentransfer 2 miliar ke rekeningku.
Sedangkan perasaanku kepada Rena juga bertambah rumit.
Novel Terkait
Istri Pengkhianat
Subardi1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaJalan Kembali Hidupku
Devan HardiGaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangAngin Selatan Mewujudkan Impianku
Jiang MuyanMy Greget Husband
Dio ZhengMbak, Kamu Sungguh Cantik×
- Bab 1 Menjadi Seorang Pria Harus Tahu Menaati Tiga Peraturan Dan Empat Kebijakan
- Bab 2 Diberi Obat
- Bab 3 Berhasil
- Bab 4 Memberitahu Kakakku
- Bab 5 Tidur Di Atas Lantai
- Bab 6 Berpura-Pura Tetapi Melakukan Tindakan Nyata
- Bab 7 Permintaan Rena
- Bab 8 Kecuali Menjadi Wanitaku
- Bab 9 Wanita Ini Mesum
- Bab 10 Aku Memeliharamu Versi Pria
- Bab 11 Kelinci Akan Menggigit Ketika Terpaksa
- Bab 12 Keputusan Ibu Halim
- Bab 13 Tinggal
- Bab 14 Toko Pijat
- Bab 15 Riska Cahyana
- Bab 16 Dua Orang di Rumah
- Bab 17 Cinta Pertama
- Bab 18 Kebetulan
- Bab 19 Istirahat Siang
- Bab 20 Masa Lalu Sandra Suntin
- Bab 21 Trainer
- Bab 22 Kemarahan Jeki
- Bab 23 Toko
- Bab 24 Pesta
- Bab 25 Uang Bukan Segalanya
- Bab 26 Kakak Keempat Yang Berani
- Bab 27 Lukisan Palsu
- Bab 28 Kemampuan Orang Berbudaya
- Bab 29 Gunakan Kekuatanmu
- Bab 30 Ibu Mertua Marah
- Bab 31 Tidak Ada Yang Bodoh
- Bab 32 Rahasia Di Dunia Seni
- Bab 33 Butuh Kakak Membantu Kamu Tidak
- Bab 34 Hubungan Yang Tidak Diketahui Orang
- Bab 35 Seniman Yang Hebat Itu Seniman Yang Telah Meninggal
- Bab 36 Aku Yang Memberikan Kehidupanmu
- Bab 37 Lukisan Rose
- Bab 38 Bertemu Lagi Dengan Elang
- Bab 39 Aku Tidak Mengerti Dengan Cara Pikir Wanita
- Bab 40 Misi Blue Sky Nature
- Bab 41 Ketakutan Wanita Klub Malam
- Bab 42 Lelucon keluarga Halim
- Bab 43 Masih Punya Trik Dan Gaya Bermain
- Bab 44 Video Putriku, Ibu Sudah Melihatnya
- Bab 45 Tolong Tinggalkan Kehidupanku
- Bab 46 Aku Akan Berjuang Dan Tidak Takut Berkorban Demi Jalan Hidupku
- Bab 47 Masalah Posisi
- Bab 48 Perjuangan Sia-Sia Juga Tidak Berguna
- Bab 49 Masalah Sikap Dalam Menangani Masalah
- Bab 50 Tidak Ada Gunanya Berjuang Sia-Sia
- Bab 51 Wanita Yang Hampa. Tamat