Mbak, Kamu Sungguh Cantik - Bab 16 Dua Orang di Rumah
Aku langsung naik taxi pulang kerumah, sepanjang jalan supir terus mengobrol denganku, tapi aku malah tidak mendengar satu kata pun.
Seluruh otaknya penuh dengan masalah Rena, mbak Rena adalah presdir Wijaya , dia adalah salah satu orang yang aku bersiap untuk balas dendam, sedangkan suami Rena tentunya tidak perlu dikatakan lebih bayak lagi.
Tunggu nanti, saat aku benar-benar balas dendam, Rena di tengah harus bagaimana?
Cepat sekali aku sudah sampai di rumah keluarga Halim, melihat pintu besar rumah keluarga Halim, entah kenapa hatiku tiba-tiba mempunyai sebuah pemikiran.
Apakah keluarga Halim adalah tempat yang harus aku tempati? Tidak peduli entah itu Clarisa ataupun Cindy , dua wanita ini mempunyai hubungan yang tidak bisa dijelaskan denganku, Clarisa masih bisa dijelaskan, tapi bagaimana dengan Cindy ?
Hari ini adalah hari Rabu, yang juga artinya saat ini Cindy pasti tidak di rumah, kalau begitu Clarisa mungkin juga tidak akan dirumah.
Memikirkan sendirian di rumah, pasti akan bosan, lalu langsung pergi ke swalayan membeli beberapa bir, berencana pulang minum bir.
Tapi saat aku pulang ke rumah keluarga Halim, memang benar seperti dugaanku, rumah kosong melompong, mama Halim mungkin pergi bermain kartu, mengenai dua mbak adik itu, satunya pergi sekolah, satunya lagi mungkin pergi kencan lagi.
Aku menghidupkan televisi, sambil minum bir sambil menonton, tak terasa sudah menghabiskan 4 kaleng, efek alkohol membuat otakku mulai sedikit tidak sadar.
Saat ini, aku samar-samar mendengar suara pintu terbuka, aku memutar kepala melihat, seorang wanita berdiri di belakangku.
Orang yang pulang ini, aku tidak menyangka rupanya Cindy .
Bukankah hari ini hari Sabtu? Kenapa Cindy bisa pulang di jam belajar? Masalah seperti ini muncul di kepalaku, aku masih belum berpikir, merasakan Cindy memeluk leherku.
Lengan Cindy yang lembut bersentuhan dengan kulit leherku, rasa dingin dan nyaman dari lengan Cindy membuatku bersemangat.
Aku melihat Cindy , Cindy juga sedang melihatku, empat mata bertatapan, aku merasakan kasih sayang dari tatapan Cindy .
Cindy sekarang adalah mahasiswa tahun ketiga, tentunya hal yang dia ketahui juga tidak sedikit, dari tatapannya aku bisa melihat ketulusannya kepadaku.
"Rey , tebak kenapa aku hari ini bisa pulang?" Cindy memeluk leherku, berkata dengan tersenyum, kedua gigi taringnya muncul saat dia tersenyum, tampak sangat lucu, membuatku ingin menggigitnya.
"Sengaja pulang menemaniku?" Aku hanya menjawab asal, tapi tidak menyangka Cindy memang sengaja pulang untuk menemaniku.
Cindy memberitahuku, kelas sore ini adalah kelas sains, jadi dia minta izin pulang, karena nilai mata pelajaran sosial Cindy selalu paling bagus di kelas, jadi wali kelas pun menyetujuinya.
Tapi Cindy memberitahuku, alasan dia izin pulang bukan karena pelajaran sains, tapi sakit karena datang bulan!
Mendengar ini, aku tidak sadar langsung kecewa sekali.
"Kalau datang bulan maka istirahatlah, cepat kembali ke kamar tidur!" Setelah aku mendengarnya, dengan pelan melepaskan tangan Cindy di leherku, berkata.
Cindy melihatku yang serius sekali, tertawa terbahak, berkata dia tidak sedang datang bulan, hanya membohongi guru saja.
"Kuberitahu padamu, Rey , bulananku semalam lusa baru selesai!" Cindy menyipitkan matanya, berkata dengan senyum jahat di sebelah telingaku.
Merasakan nafas hangat yang ditiupkan sangat Cindy berbicara, ditambah dengan wangi khasnya, tubuhku tanpa sadar sedikit bergetar.
Saat nafas hangat itu ditiup di telingaku, membuat telingaku gatal sekali, setelah gemetaran sebentar, aku tanpa sadar mengulurkan tanganku ingin menggaruk telingaku.
Tapi tidak disangka saat ini Cindy malah menggigit daun telingaku, dalam sekejap aku merasa diriku seperti tersetrum.
Rasa kebas menjalar di seluruh tubuh, dari atas kepala sampai bawah kaki, aku tidak sadar gemetaran.
Dalam hati berpikir, gadis ini masih kecil sudah pandai sekali menggoda orang, tunggu dia lebih dewasa bukankah akan lebih mematikan?
Setelah berpikir-pikir, sebagai seorang pria mana mungkin bisa menerima rangsangan seperti ini, aku dengan tajam melihat Cindy , lalu melihat dada Cindy , tersenyum jahat.
Kedua tanganku langsung menyerang dada Cindy , tidak menyangka Cindy malah tidak menghindar, membiarkan kedua tanganku menyerang dadanya.
Saat tanganku menyentuh, rasa kelembutan itu, membuatku tidak bisa berhenti.
Hari ini Cindy memakai kaos putih, samar-samar bisa melihat adegan warna pink di dalamnya, yang paling mematikan adalah, tidak hanya bisa melihat warna pink, bahkan titik kecil menonjol di atas juga nampak.
Tanganku saat ini seperti kesurupan, sama sekali tidak bisa kukendalikan, meremas titik kecil itu.
Saat menyentuh titik kecil itu, ada semacam perasaan yang tidak bisa kujelaskan, aku bahkan curiga apakah aku sedang bermimpi.
Sedang reaksi Cindy lebih sengit, saat baru disentuh, seluruh tubuhnya bergetar hebat, tangan yang awalnya menggantung di leherku, tiba-tiba menjadi erat, membuatku tidak bisa bernafas.
Tapi tidak bisa bernafas seperti ini, aku sungguh ingin merasakannya, karena saat Cindy mengeratkan lengannya, kepalaku langsung menindih ke atas barang yang lembut ini.
Wajahku bersetuhan dengan titik menonjol itu, rasanya aku tidak ingin berhenti.
Tidak tau apakah Cindy sudah mengetahui tujuanku, tiba-tiba dia melepaskan tangannya, langsung mendorongku.
Saat ini aku baru melihat, wajah Cindy saat ini sudah merah, terdapat rona merah di kedua pipi putih itu, seperti sedang tersipu.
"Rey , ini adalah ruang tamu......." Ucap Cindy dengan malu-malu.
Tapi aku malah mendapatkan informasi sangat besar dari perkataannya.
"Ini adalah ruang tamu....."
Apakah ini sedang menyuruhku berpindah tempat perang? Pikirku dalam hati.
Berpikir dalam hati seperti itu, bersamaan juga dengan nakal melihat Cindy , bertanya: "Jadi dimana lebih bagusnya?"
Meskipun kata-kataku sedang mencari tau, tapi juga sedang menggoda secara tidak langsung.
Cindy memajukan bibir kecilnya, mengembangkan kedua pipinya, melihatku, seperti itu tampak sangat lucu.
"Ke kamar saja!" Cindy berkata dengan pelan, setelahnya dia langsung pergi ke kamar di atas.
Mendengar perkataan Cindy , aku semangat sekali, tidak mengatakan apapun, langsung ikut di belakang Cindy .
Di dalam kamar Cindy , ada semacam aroma feminim, lebih tepatnya wangi wanita perawan, wangi ini lebih harum dari wangi apapun.
Masuk ke dalam kamar Cindy , aku menarik nafas dalam, setelahnya hanya merasa lebih nyaman daripada orang yang merokok.
Cindy melihatku terbengong, tertawa, lalu melihatku, berkata: "Rey , tunggu kamu cerai dengan mbak, kita menikah ya?"
"Baik! Baik! Asalkan mbakmu bersedia bercerai denganku!" Ucapku langsung ingin menyerangnya.
Tapi aku tidak menyangka, Cindy malah mendorongku, dengan wajah serius melihatku dan berkata: "Tapi mamaku bilang kita tidak boleh bersama, karena......"
Cindy berkata sampai sini, tiba-tiba berhenti, langsung menundukkan kepalanya.
"Bilang apa? Karena apa?" Aku tidak berpikir lagi, langsung bertanya.
"Karena......Karena kamu dengan mbak akan melahirkan anak!" Terdengar kesedihan di suara Cindy , ketidakrelaan, dan juga mengeluh.
Mendengar sampai sini, tidak tau kenapa, seluruh tubuhku seperti disiram air dingin, sekejap langsung sadar.
Aku baru tersadar dari keadaanku, melihat batas yang tidak boleh dilewati di depanku degan Cindy .
Meskipun usiaku dengan Cindy tidak begitu jauh, tapi kalau dalam ikatan moral, malah ada semacam tekanan, semacam ikatan, semacam hambatan.
Aku sekejap juga tidak tau harus bagaimana menjawab Cindy , aku terdiam, Cindy juga terdiam.
Kamar dalam sekejap menjadi hening, atmosfir berubah aneh.
Yang dulu memecahkan kecanggungan ini bukan aku, tapi Cindy .
"Rey , apakah kamu bisa berjanji denganku, jangan berbuat itu dengan mbak?" Cindy membuka kedua mata yang berkaca-kaca, bertanya sambil melihatku.
Tidak berbuat itu dengan Clarisa, aku pasti bisa melakukannya, bagaimana juga aku dengan Clarisa hanya hubungan kontrak, tapi ini adalah masalah dulu.
Saat hari itu mama Cindy berlutut di hadapanku, sudah berubah.
Cindy sepertinya menyadari keraguanku, air matanya jatuh dari wajah kecilnya, membuatku sedih.
"Aku berjanji padamu! Aku berjanji padamu!" Ucapku langung.
Dalam hatiku malah sudah memutuskan, tidak peduli bagaimanapun, aku dengan Clarisa tidak mungkin, hanya bisa menunggu Cindy tamat kuliah.
Saat Cindy mendengarku berjanji, dia langsung berkata dengan senang: "Rey , kamu sudah berjanji denganku, tidak boleh menyesal!"
Sambil mengatakannya, Cindy sudah melompat ke dalam pelukanku, kedua tangannya langsung melingkari leherku, aku tanpa sadar memeluk punggung Cindy .
Saat ini, pintu tiba-tiba terbuka, aku melihat kesana, Clarisa sedang berdiri di luar pintu melihat kami berdua.
Aku melihat Clarisa tersenyum dengan sulit tegas, hatiku langsung tersadar.
Harusnya bilang Cindy yang pertama menyadari Clarisa, tapi penampilan Cindy malah diluar dugaanku.
"Mbak, kalau kamu tidak suka pria ini, maka kamu jangan mencampuri urusannya lagi ya?"
Suara Cindy masuk di telingaku, aku tidak menyangka Cindy akan berkata seperti itu.
Clarisa yang sama denganku tidak menyangka seperti itu, aku melihat ekspresi Clarisa menjadi tidak baik sekali, seperti sedang meredam kekesalannya, kemungkinan akan meledak kapan saja.
Melihat ini, hatiku menyusut, aku takut dua mbak adik ini akan bertengkar.
"Rey , kamu kemari!" Suara dingin Clarisa terdengar, aku melihat ekspresi wajahnya, dalam hatiku langsung sedikit bersalah.
"Jangan kesana!" Ucap Cindy dengan kesal, lalu tangannya yang memelukku menjadi lebih erat, memasang wajah tidak lemah.
"Sebenarnya kamu mau kemari atau tidak? Rey !" Suara Clarisa semakin dingin, tapi Cindy malah memelukku erat, tidak ingin melepaskannya.
Clarisa melihatku tidak bergerak, dalam sekejap langsung berjalan ke arah kami berdua, tampaknya......aku merasa dua orang mbak adik ini akan bertengkar.
Aku baru saja ingin melepaskan tangan Cindy , tapi Cindy tiba-tiba menciumku, adegan ini terjadi terlalu mendadak, membuatku tidak bisa melakukan apapun.
Novel Terkait
Menantu Bodoh yang Hebat
Brandon LiCinta Tak Biasa
SusantiMeet By Chance
Lena TanTen Years
VivianLoving The Pain
AmardaTakdir Raja Perang
Brama aditioMbak, Kamu Sungguh Cantik×
- Bab 1 Menjadi Seorang Pria Harus Tahu Menaati Tiga Peraturan Dan Empat Kebijakan
- Bab 2 Diberi Obat
- Bab 3 Berhasil
- Bab 4 Memberitahu Kakakku
- Bab 5 Tidur Di Atas Lantai
- Bab 6 Berpura-Pura Tetapi Melakukan Tindakan Nyata
- Bab 7 Permintaan Rena
- Bab 8 Kecuali Menjadi Wanitaku
- Bab 9 Wanita Ini Mesum
- Bab 10 Aku Memeliharamu Versi Pria
- Bab 11 Kelinci Akan Menggigit Ketika Terpaksa
- Bab 12 Keputusan Ibu Halim
- Bab 13 Tinggal
- Bab 14 Toko Pijat
- Bab 15 Riska Cahyana
- Bab 16 Dua Orang di Rumah
- Bab 17 Cinta Pertama
- Bab 18 Kebetulan
- Bab 19 Istirahat Siang
- Bab 20 Masa Lalu Sandra Suntin
- Bab 21 Trainer
- Bab 22 Kemarahan Jeki
- Bab 23 Toko
- Bab 24 Pesta
- Bab 25 Uang Bukan Segalanya
- Bab 26 Kakak Keempat Yang Berani
- Bab 27 Lukisan Palsu
- Bab 28 Kemampuan Orang Berbudaya
- Bab 29 Gunakan Kekuatanmu
- Bab 30 Ibu Mertua Marah
- Bab 31 Tidak Ada Yang Bodoh
- Bab 32 Rahasia Di Dunia Seni
- Bab 33 Butuh Kakak Membantu Kamu Tidak
- Bab 34 Hubungan Yang Tidak Diketahui Orang
- Bab 35 Seniman Yang Hebat Itu Seniman Yang Telah Meninggal
- Bab 36 Aku Yang Memberikan Kehidupanmu
- Bab 37 Lukisan Rose
- Bab 38 Bertemu Lagi Dengan Elang
- Bab 39 Aku Tidak Mengerti Dengan Cara Pikir Wanita
- Bab 40 Misi Blue Sky Nature
- Bab 41 Ketakutan Wanita Klub Malam
- Bab 42 Lelucon keluarga Halim
- Bab 43 Masih Punya Trik Dan Gaya Bermain
- Bab 44 Video Putriku, Ibu Sudah Melihatnya
- Bab 45 Tolong Tinggalkan Kehidupanku
- Bab 46 Aku Akan Berjuang Dan Tidak Takut Berkorban Demi Jalan Hidupku
- Bab 47 Masalah Posisi
- Bab 48 Perjuangan Sia-Sia Juga Tidak Berguna
- Bab 49 Masalah Sikap Dalam Menangani Masalah
- Bab 50 Tidak Ada Gunanya Berjuang Sia-Sia
- Bab 51 Wanita Yang Hampa. Tamat