Mbak, Kamu Sungguh Cantik - Bab 25 Uang Bukan Segalanya
Kata-katanya langsung memancing amarah di dalam hatiku, tetapi berpikir tentang Rena yang mengundangku datang ke sini, aku pun merasa tidak baik jika menimbulkan masalah di sini, selain itu, dilihat dari situasi di sini, tampaknya mereka semua adalah orang kaya, bukanlah orang yang mudah untuk dicari masalah.
"Tidak apa-apa!" untuk menghindari masalah yang tidak perlu, sehingga aku berkata begitu.
"Kalau memang tidak apa-apa, kenapa kamu mengerutkan kening kepadaku? Apa aku mengganggumu?" aku tidak menyangka aku yang ingin berdamai, tapi dia sebaliknya tidak ingin melepaskanku.
Memikirkan hal ini, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak marah, dan langsung berkata: "Kamu telah menabrakku, apakah aku masih perlu meminta maaf kepadamu?"
"Mengapa kalau menabrakmu?" setelah mendengar apa yang aku katakan, pemuda itu tiba-tiba mengulurkan tangan dan mendorong pundakku.
Aku tidak memiliki sedikit pun pertahanan terhadap dorongan yang tiba-tiba itu, kalau bukan karena Jeki berada di belakangku, aku hampir saja didorong sampai jatuh ke tanah.
Jeki melihat keadaan ini, langsung dengan cepat berjalan ke arahku dan berkata kepada pemuda itu: "Apa yang kamu lakukan?"
Ketika Jeki selesai mengatakan kata-kata ini, aku mendengar langkah kaki di belakangku, dari langkah kaki tersebut aku bisa menilai tidak kurang dari lima orang.
Ketika aku melihat ke belakang, aku menemukan orang yang datang berjumlah enam orang, semuanya berjas dan memakai sepatu kulit, datang dan mengelilingi aku dan Jeki.
Saat ini aku pun mengerti bahwa pemuda yang penuh kasih sayang ini merupakan generasi orang kaya kedua, tidak heran dia begitu sombong.
Keenam orang ini mengelilingi kami, dengan sikap yang sepertinya akan membunuh kami saja.
Pada saat ini, Jeki mengulurkan satu tangannya dan menahan di depan tubuhku, lalu berkata dengan suara rendah: "Rey, nanti kamu lari duluan!"
Setelah mendengar kata-kata Jeki, aku tidak tahu bagaimana harus menggambarkan suasana hatiku saat ini, karena Jeki tidak berubah, dari kecil sampai sekarang tetap tidak berubah.
Setiap kali menghadapi perkelahian, dia akan selalu melindungiku di belakangnya, inilah dia, Jeki kecilku.
Aku menekan tangan Jeki yang terulur itu dan berkata sambil tersenyum: "Jeki, kita bukan anak-anak lagi, jadi jangan lakukan kebiasaanmu itu lagi."
Kata-kataku dikatakan dengan sangat santai, tapi aku bisa dengan jelas merasakan tubuh Jeki yang sedikit gemetar.
Mungkin perasaan di antara pria memang seperti ini!
"Apa yang kalian lakukan?" pada saat ini, penjaga yang berdiri di depan pintu tiba-tiba berjalan mendekat, dan suara rendah keluar dari mulutnya.
Aku melihat pemuda itu melirik penjaga pintu, alisnya langsung berkerut, dan kemudian melambaikan tangan kepada enam orang yang mengelilingi kami, memberi isyarat kepada mereka untuk mundur.
Setelah melihat enam orang itu telah pergi, penjaga pintu itu baru kembali berdiri di depan gerbang halaman.
Ketika pemuda itu akan pergi, dia berkata dengan kejam kepada aku dan Jeki: "Sebaiknya jangan biarkan aku melihat kalian lagi."
Terhadap kata-kata pemuda ini, aku hanya menganggapnya sebagai kentut, berpikir dalam hati bahwa jangan sampai aku melihatmu lagi lain kali itu baru hal benar.
Saat ini, aku dan Jeki tetap menunggu di luar, dan Rena akan segera tiba.
Ketika dia melihatku dan Jeki berdiri di depan pintu, dia tersenyum padaku dengan sedikit tidak enak hati.
Jeki mengetahui tentang masalahku dengan Rena, tetapi Rena tidak mengenal Jeki.
"mbak Rena , ini Jeki!" aku menunjuk Jeki yang berada di sampingku dan memperkenalkan kepada Rena.
Setelah aku memperkenalkan Jeki, lalu aku pun memperkenalkan Rena kepada Jeki.
Setelah aku selesai memperkenalkan, Rena langsung mengulurkan tangan dan bersalaman dengan Jeki.
Tindakan Rena ini langsung membuat Jeki bingung, saat ini kedua tangannya tidak tahu harus berbuat apa yang lebih baik, mengulurkan tangan juga tidak, tidak mengulurkan tangan sepertinya juga tidak sopan.
Melihat Jeki yang seperti ini, aku dan Rena tidak bisa menahan diri untuk tertawa.
Jeki melihat kami berdua yang tertawa, dia langsung menggaruk-garuk kepala dengan canggung, seketika aku dan Rena semakin terhibur dengan tidakan itu.
Ketika Rena membawa kami ke pintu masuk, kedua penjaga pintu itu sepertinya mengenal Rena, dan langsung memberi jalan.
Aku pun bersama Jeki dengan patuh mengikuti di belakang Rena dan masuk ke dalam.
Dilihat dari luar, rumah berhalaman ini penuh dengan sejarah di dalamnya, tetapi setelah masuk ke dalam, aku baru menyadari bahwa kemiskinan membatasi imajinasiku.
Ketika kami berjalan melewati koridor dan memasuki bagian dalam rumah berhalaman itu, aku baru mengetahui apa itu dunia yang luar biasa.
Interior yang berteknologi tinggi membuat aku dan Jeki memperoleh banyak pengetahuan.
Tentu saja tema hari ini bukanlah ini, tetapi pesta, pada saat ini orang-orang di rumah berhalaman tersebar di segala tempat, dengan memegang gelas anggur di tangan mereka, berkumpul berdua atau bertiga sambil berbicara dengan suara rendah.
Rena berjalan di depan, dan begitu dia masuk, sudah ada orang yang menghampirinya dan menyapa Rena.
Bisa dikatakan bahwa kebetulan ada dimana-mana, orang yang berinisiatif datang menyapa Rena ini adalah pemuda yang baru saja kami temui di depan pintu itu.
Ketika pemuda itu datang mendekat, dia pun melihat kami berdua yang berada di belakang Rena.
"mbak Rena , mengapa kamu datang masih membawa dua pengawal hari ini?" pemuda itu berkata dengan anggun ketika dia berjalan ke hadapan Rena.
Ketika mendengar perkataan pemuda itu, sudut mulutku bergerak-gerak, tetapi tetap tidak berbicara.
"Zayn , mereka bukanlah pengawalku, mereka adalah teman kerja samaku." Rena tidak mengetahui kontradiksi antara aku dengan orang itu, berbicara sambil berbalik untuk memperkenalkan kepadaku.
"Rey, ini Zayn , putra tertua dari keluarga Cahyana !" setelah Rena selesai berbicara, dia lanjut berbicara kepadaku dengan suara yang hanya bisa aku dengar: "Zayn ini, orangnya tidak terlalu bagaimana, tapi ada sedikit hubungan dalam keluarganya, ditambah keluarganya yang sedikit kaya, dia baru bisa masuk ke sini, tidak pantas untuk ditemani."
Kata-kata Rena ini tidak perlu dia katakan, aku pun sudah mengetahuinya, tetapi aku sedikit penasaran tentang siapa Zayn Cahyana, perkenalan Rena sangat samar, yang hanya mengatakan keluarga Cahyana saja.
Tentu saja ini bukan yang terpenting, yang terpenting adalah, dari kata-katanya Rena, aku bisa mendengar rasa jijiknya terhadapa pemuda di hadapanku ini.
Namun dengan begini juga menambah wawasanku tentang keterampilan bersosial Rena, bahkan jika Rena membenci pemuda di depannya ini, tetapi saat ini Rena sama sekali tidak menunjukkannya.
"mbak Rena , kamu jangan bercanda denganku lagi, orang yang seperti ini saja bisa bekerja sama denganmu? Lelucon ini tidak begitu lucu." Pemuda itu melirik aku dan Jeki dengan jijik, hanya ada penghinaan di matanya.
Ketika aku hendak berbicara, lalu mendengar pemuda itu lanjut berbicara: "Kamu lihat pakaian yang dikenakan oleh mereka, aku takut itu adalah pakaian yang diambil di warung pinggir jalan? Merek apa? Aku belum pernah melihatnya!"
Kata-kata pemuda itu membuat amarah di hatiku terbakar, suaranya saat ini jauh diperbesar, seolah dia ingin menarik lebih banyak orang datang.
Ternyata benar, dia telah mencapai hasil yang diinginkannya, di saat dia sengaja meningkatkan volume suaranya, banyak orang telah memperhatikan situasi kami di sini, semuanya memandang ke arah kami dengan pandangan aneh.
Pemuda itu mengenakan pakaian formal Armani, tentu saja harganya tidak perlu disebutkan lagi.
Rena menatapku ketika dia mendengar kata-kata Zayn , dan aku menemukan ketika Rena menatapku, sebuah senyuman muncul di sudut mulutnya, senyuman ini membuatku memiliki perasaan yang aneh.
"Rey, aku ada membawakan pakaianmu, aku tahu hari ini kamu terlalu sibuk dan tidak punya waktu untuk mengganti pakaian, jadi aku sengaja membawakan untukmu." Kata Rena saat ini.
Ketika aku mendengar kata-kata ini, aku sudah tahu arti senyuman Rena tadi, dan dalam hati merasa sangat berterima kasih.
"Baik, terima kasih mbak Rena !" aku menjawab dengan suara rendah, lalu berjalan keluar rumah di bawah pimpinan Rena.
Ketika aku pergi, aku melihat wajah Zayn berubah sedikit suram saat ini, tetapi masih dengan hinaan itu, seolah dia sedang menunggu untuk melihat keributan apa yang bisa kami perbuat.
Setelah keluar dari rumah berhalaman itu, aku meraih Rena dan berkata: "mbak Rena , terima kasih atas bantuanmu, pesta seperti ini mungkin tidak cocok untuk kami."
Aku tidak bermaksud untuk meremehkan diriku sendiri, tetapi saat ini aku tahu di mana posisiku, menghadiri pesta seperti ini tentu saja akan membuat mereka meremehkan saja.
Tepat ketika aku selesai mengatakan ini, Rena tersenyum kepadaku, dan kemudian berkata sambil tersenyum: "Rey, aku tidak bercanda denganmu, aku tahu hal ini akan terjadi, dan aku memang menyiapkan jas untukmu, jauh beberapa tingkat lebih baik daripada milik Zayn itu."
Melihat ekspresi Rena, aku tahu mengapa dia bisa memiliki ekspresi seperti itu, karena aku membawa Jeki ke sini tiba-tiba, dan sama sekali tidak memberitahu Rena jika aku akan membawa Jeki ke sini.
"Namun, aku hanya menyiapkan satu set saja, temanmu ini aku …." Ternyata, kata-kata yang diucapkan Rena seperti apa yang aku perkirakan.
Jeki tertawa saat ini dan berkata dengan sembarangan: "mbak Rena , tidak apa-apa jika kamu tidak menyiapkan untukku, bagaimanapun aku adalah seorang pekerja kasar dan tidak terbiasa memakai pakaian seperti itu."
Kata-kata Jeki membuatku merasa sedikit tidak nyaman, Jeki sejak kecil tumbuh besar bersamaku, kenyataannya, keadaan keluarga Jeki jauh lebih baik daripada diriku.
Kalau bukan karena aku bertemu Rena, mungkin situasiku tidak akan lebih baik dari dia.
Kata-kata Jeki sangat menyentuhku, aku menatap Rena sekilas dan berkata dengan suara rendah: "mbak Rena , menurutku pesta ini lupakan saja, atau tidak aku akan mentraktirmu makan lain kali."
Aku tidak ingin meninggalkan Jeki sendirian, dan pergi ke pesta yang munafik ini.
Tentu saja Rena melihat apa yang aku pikirkan dan tidak bermaksud untuk menahan, ketika dia berpikir ingin berbicara dengan kami, terdengar sebuah suara yang tidak asing yang datang dari belakang.
Suara ini jika bukan Zayn , jadi siapa lagi.
"mbak Rena , bukankah kamu ada membawakan pakaian untuk teman kerja samamu ini? Mengapa aku tidak melihat mereka pergi mengganti pakaian?"
Mendengar perkataan Zayn , aku tidak bisa menahan diri untuk mengerutkan kening, aku tidak menyangka bahwa kami pun sudah keluar, dan dia masih ikut keluar.
Saat ini ekspresi wajah Rena juga berubah dan langsung berkata: "Zayn , sepertinya ini tidak ada hubungannya denganmu, kan?"
Ketika Zayn mendengar kata-kata Rena, dia langsung tertawa terbahak-bahak, terus melambaikan tangan dan berkata: "Memang tidak ada hubungannya denganku, tetapi apakah itu ada hubungannya dengan suamimu?"
Ketika Zayn mengatakan kata-kata ini, hatiku langsung "Berdetak".
Saat ini, wajah Rena juga berubah menjadi sangat tidak enak dipandang, aku terus menatap Zayn yang berdiri di depanku, jika dia benar-benar memberitahu suaminya Rena, maka aku pun berakhir.
Novel Terkait
Perjalanan Selingkuh
LindaDark Love
Angel VeronicaPernikahan Tak Sempurna
Azalea_Precious Moment
Louise LeeThe True Identity of My Hubby
Sweety GirlMy Goddes
Riski saputroNikah Tanpa Cinta
Laura WangHei Gadis jangan Lari
SandrakoMbak, Kamu Sungguh Cantik×
- Bab 1 Menjadi Seorang Pria Harus Tahu Menaati Tiga Peraturan Dan Empat Kebijakan
- Bab 2 Diberi Obat
- Bab 3 Berhasil
- Bab 4 Memberitahu Kakakku
- Bab 5 Tidur Di Atas Lantai
- Bab 6 Berpura-Pura Tetapi Melakukan Tindakan Nyata
- Bab 7 Permintaan Rena
- Bab 8 Kecuali Menjadi Wanitaku
- Bab 9 Wanita Ini Mesum
- Bab 10 Aku Memeliharamu Versi Pria
- Bab 11 Kelinci Akan Menggigit Ketika Terpaksa
- Bab 12 Keputusan Ibu Halim
- Bab 13 Tinggal
- Bab 14 Toko Pijat
- Bab 15 Riska Cahyana
- Bab 16 Dua Orang di Rumah
- Bab 17 Cinta Pertama
- Bab 18 Kebetulan
- Bab 19 Istirahat Siang
- Bab 20 Masa Lalu Sandra Suntin
- Bab 21 Trainer
- Bab 22 Kemarahan Jeki
- Bab 23 Toko
- Bab 24 Pesta
- Bab 25 Uang Bukan Segalanya
- Bab 26 Kakak Keempat Yang Berani
- Bab 27 Lukisan Palsu
- Bab 28 Kemampuan Orang Berbudaya
- Bab 29 Gunakan Kekuatanmu
- Bab 30 Ibu Mertua Marah
- Bab 31 Tidak Ada Yang Bodoh
- Bab 32 Rahasia Di Dunia Seni
- Bab 33 Butuh Kakak Membantu Kamu Tidak
- Bab 34 Hubungan Yang Tidak Diketahui Orang
- Bab 35 Seniman Yang Hebat Itu Seniman Yang Telah Meninggal
- Bab 36 Aku Yang Memberikan Kehidupanmu
- Bab 37 Lukisan Rose
- Bab 38 Bertemu Lagi Dengan Elang
- Bab 39 Aku Tidak Mengerti Dengan Cara Pikir Wanita
- Bab 40 Misi Blue Sky Nature
- Bab 41 Ketakutan Wanita Klub Malam
- Bab 42 Lelucon keluarga Halim
- Bab 43 Masih Punya Trik Dan Gaya Bermain
- Bab 44 Video Putriku, Ibu Sudah Melihatnya
- Bab 45 Tolong Tinggalkan Kehidupanku
- Bab 46 Aku Akan Berjuang Dan Tidak Takut Berkorban Demi Jalan Hidupku
- Bab 47 Masalah Posisi
- Bab 48 Perjuangan Sia-Sia Juga Tidak Berguna
- Bab 49 Masalah Sikap Dalam Menangani Masalah
- Bab 50 Tidak Ada Gunanya Berjuang Sia-Sia
- Bab 51 Wanita Yang Hampa. Tamat