Mbak, Kamu Sungguh Cantik - Bab 35 Seniman Yang Hebat Itu Seniman Yang Telah Meninggal
"Ini benar-benar adalah lukisan Guru Hardi ?"
Kakak keempat saja tidak begitu percaya, jangankan Diva. Seperti yang lain, aku baru tinggal sebentar dan sudah berhasil mendapatkan lukisan yang diminati semua orang.
Diva bahkan mengulurkan tangannya mau menyentuh lukisan itu, dia terlihat sangat marah setelah aku menghentikannya.
"Kamu berkata lukisan ini adalah hasil karya Guru Hardi, tidak berarti hal itu benar"
Tiba-tiba kakak keempat pun tidak senang lagi, pada saat aku mau bersuara, kakak keempat menarikku dan berkata tanpa mempedulikan tatapan orang lain.
"Tidak mengerti lukisan? Pendidikan terakhir kamu itu apa? SMA saja tidak lulus kan? Rey adalah mahasiswa yang memiliki profesionalitas, dia pernah meniukuti Guru Hardi belajar melukis, buat apa dia membohongi kamu?"
Sementara para bos kaya yang mengenakan rantai emas menatapku dengan tatapan seolah-olah melihat sebuah harta karun, dia tertawa dan gigi dia semua itu berwarna emas.
Pada saat ini, aku melihat pria yang berada di samping Diva terus menatap kepadaku. Tadi Diva memperkenalkan dia sebagai murid Guru Hardi, seharusnya dia adalah orang yang menggunakan koneksi membeli kuota yang seharusnya milikku itu.
Waktu tahun keempat aku kuliah, Guru Hardi tiba-tiba merekrut siswa. Berbeda dengan siswa di sekolah, menjadi siswa Guru Hardi itu sama dengan di didik oleh dia secara langsung, termasuk hubungan seperti master dan pemagang.
Guru Hardi adalah selebritis di industri kaligrafi. Menjadi siswa dia pasti akan terkenal, berjalan sampai mana pun, asal orang yang berhubungan di industri seni, semua orang pasti akan memberi muka kepada siswa Guru Hardi.
Sama seperti lingkaran lain, lingkaran seni lukis dan kaligrafi juga cukup eksklusif. Bekerja keras sendiri sampai puluhan tahun pun tidak tentu bisa terkenal, bisa jadi untuk seumur hidup hanya bisa menjadi pelukis biasa dan tidak bisa terkenal.
Kalau ada Guru Hardi, semua ini akan berbeda. Menjadi siswa Guru Hardi tentu saja berarti kamu adalah orang lingkaran ini, bahkan kamu termasuk pemain benih yang mudah menjadi terkenal.
Menjadi siswa Guru Hardi bisa membuatmu dianggap memiliki posisi tertentu di lingkaran ini.
Meskipun Diva lebih pintar bermain licik daripada kakak keempat, mau bagaimanapun dia tidak cukup jujur dan terus terang. Lihatlah kakak keempat, di tempat seperti ini, dia tetap mengatakan apa yang dia pikirkan dengan mulutnya yang hebat. Melihat Diva tidak tahu harus berkata apa, kakak keempat pun tertawa dengan bahagia.
"Jangan sembarang berbicara jika kamu sendiri yang tidak memiliki penglihatan bagus. Kamu boleh sembarang berkata tentang yang lain, tetapi apakah Guru Hardi adalah orang yang bisa kamu sembarang berkata juga?" Kakak keempat tidak mau kalah, "Mau bagaimanapun aku juga merupakan kakakku. Kata-kataku tidak salah kapan? Ekspresi kamu itu kenapa?"
Pada saat itu, keinginan ingin mati Diva bahkan sudah ada. Dia dan kakak keempat itu musuh, waktu kenal mereka juga termasuk panjang, tetapi penampilan mereka sekarang terlihat seperti kakak keempat sebagai senior sedang mendidik seorang junior.
Dalam waktu sejenak, banyak orang mengelilingi kami, ada beberapa orang itu mengenal kakak keempat, ada beberapa orang itu temannya Diva dan ada beberapa itu datang karena mendengar sini ada karya Guru Hardi dan ingin membelinya.
Keramaiannya ini membuatku menyadari seberapa kuatnya kakak keempat. Keramaian ini bisa membuat orang merasa tertekan, ekspresi Diva sudah sangat buruk, tetapi kakak keempat masih sibuk mengomel dan memberi didikan, semua orang yang mendengar percakapan mereka bisa menyadari bahwa kakak keempat dan Diva itu bermusuhan.
Tetapi tidak bisa berkata kakak keempat salah juga, kakak keempat dari tadi terus mengatakan hal-hal baik mengenai Guru Hardi, kalau berkata kakak salah, berarti sama dengan sedang menampar wajah Guru Hardi.
Apakah Guru Hardi tidak dihormati dan terkenal di Jiangnan seperti yang dikatakan kakak?
"Jadi, kalau tidak mengerti kita bisa belajar, jangan hanya karena kamu tidak mengerti, kamu langsung berkata lukisan ini palsu, kalau begitu orang hanya akan merasa kamu tidak berpengetahuan!"
"Hasil karya Guru Hardi, bagaimana kalau lukisan ini palsu? Bukannya tujuan semua orang datang ke sini hari ini itu untuk membeli sebuah koleksi? Karena semua orang menghormati kepada Guru Hardi. Mulut kamu ini benar-benar masih sama seperti dulu...."
Ekspresi kakak keempat menjelaskan: Diva kamu sangat tidak berpengetahuan, aku malas berbicara denganmu.
Bos mengenakan rantai emas besar itu sangat berminat kepada lukisan Guru Hardi, pada saat kakak sedang ribut bersama Diva, pria itu menghampiriku dan memberikan aku sebuah kartu nama berwarna emas murni.
"Presdir Lin....."
Sebelum aku sempat berkata, pria itu sudah memotong: "Panggil bang gendut, kalau tidak, berarti kamu tidak memberiku muka"
Bos ini sudah melihat lukisan tadi, sementara identitas dia adalah pemilik perusahaan perhiasan terkenal di Jiangnan
"Uang bukan masalah. Kamu yang mendapatkan lukisan ini, kamu bukalah sebuah harga dan aku tidak akan tawar menawar. Temanku, aku benar-benar sangat suka, lukisan ini benar-benar sangat membuatku semangat. Jualah kepada aku, kamu tinggal katakan jumlah saja, asal harganya tidak melebihi 20M, aku pasti tidak akan menawarnya!"
Aku menatap ke pria itu dengan wajah tidak tahu harus berkata apa. Nama pria ini adalah Bobi Lin. Di dalam hatiku berpikir orang ini kenapa? Apakah dia tidak melihat kedua wanita ini hampir saja kelahi tadi?
Temannya kakak keempat dan Diva masing-masing berdiri di sisi samping mereka, adegan sekarang terlihat seperti dua pasukan yang sedang bertentangan. Kakak keempat dan Diva tidak suka terhadap sesama dan teman mereka juga anehya tidak menyukai sesama. Pada saat ini, yang dendam kepada sesama tidak hanya kakak keempat dan Diva, tetapi teman-teman mereka juga seolah-olah saling dendam.
Ada beberapa saingan bisnis yang merampok bisnis sesama dengan cara tidak bermoral, kemudian menggoda pria tampan dan wanita cantik yang disukai oleh sesama duluan.
Bahkan ada yang pernah kelahi karena saling merebut seorang gadis cantik di klub, beberapa orang yang melewati melihat kami sedang ribut di sini menggelengkan kepalanya dengan ketakutan.
Perhatikan etika kamu, tempat ini adalah tempat kelas atas, semua orang yang datang ke sini itu selebritas!
"Haha, temanku, kamu jangan peduli lagi kepada mereka. Tidak ada orang bisnis yang tidak mengetahui dendam Kakak Keempat dan Nona Soraya . Apakah kamu tidak melihat orang-orang yang tadinya ingin ke sini pun langsung melewati kita begitu saja?"
Jelas, aku juga tidak begitu tahu dendam antara kakak dan Diva ada apa saja.
"Sepertinya sangat ribet!"
"Wanita itu memang begitu, mereka tidak akan kelahi. Mendingan kita bahas masalah tentang kita sendiri dulu, kamu buka sebuah harga saja, asal jangan kelewatan, aku akan menerimanya"
Bobi tersenyum dengan licik, wajahnya sangat gendut dan besar.
"Apakah kamu tidak takut lukisan ini lukisan palsu?"
"Tidak. Aku sudah melihat kamu dari tadi. Kakak Keempat membeli lukisan palsu kemarin, semua orang di lingkaran tahu tujuan kedatangan dia hari ini. Kalau tidak mengapa Nona Soraya bisa muncul di sini? Kalau dalam hal melayani pria, dia memang sangat berkemampuan. Tetapi kalau dalam hal seni? Dia tidak tahu apa pun. Kalau bukan ada yang mendukungnya dari belakang, Kakak Keempat sudah menyelesaikannya dari kemarin"
"Tadi kamu pergi bertemu dengan Guru Hardi kan?"
Jantungku mengerat, Bobi ini benar-benar mengawasiku dari tadi, dia bahkan tahu aku pergi menjumpai Guru Hardi tadi.
"Aku tidak memiliki maksud lain, hanya saja Kakak Keempat sangat jarang membawa orang menghadiri acara publik, kalau membawa pun dia selalu membawa seorang wanita, kamu seorang pria muncul di sisinya, bagaimana aku bisa tidak memperhatikan kamu?"
Bobi menjelaskan dengan senyuman. Dia lumayan sering berjumpa dengan kakak keempat di berbagai acara, seperti pesta amal di Jiangnan, pesta koktail komersial, dll.
Semakin status kamu, orang yang berada di satu lingkaran dengan kamu akan semakin sedikit, karena orang yang bertingkat satu kelas dengan kamu terlalu sedikit.
Seperti orang-orang kaya di dalam negara, semua dari mereka itu berbisnis di bidang yang berbeda, tetapi tidak ada yang berani berkata tidak mengenal mereka.
Bidang bisnis Bobi dan kakak keempat berbeda, mereka pernah bekerja sama beberapa kali. Tujuan Bobi membeli lukisan Guru Hardi bukan karena benaran menyukai lukisannya, tetapi untuk investasi jangka panjang. Bobi juga memiliki masalah yang sama dengan kakak keempat, yaitu kurang berbudaya, mereka tidak memiliki kemampuan yang kuat untuk menikmati hasil karya Guru Hardi, sampai mereka tidak sanggup membedakan hasil karya asli dan palsu Guru Hardi.
Kali ini benar-benar terlalu bercanda.
Setelah aku dan kakak keempat datang ke acara pameran ini, pria gendut itu langsung terus memperhatikan kakak keempat dan aku.
"Investasi!" Kakak keempat dan Diva semakin ribut, tetapi seperti kata-kata Bobi , mereka tidak bermaksud berkelahi. Melihat sampai sini aku baru merasa tenang, "Lukisan Guru Hardi benar-benar bagus untuk investasi"
"Tidak hanya lukisan Guru Hardi, aku juga sedang mengoleksi tulisan Handoko Putro. Aku bermaksud mengeluarkan 200M untuk investasi di sana, bagaimana menurut kamu?"
Setelah berpikir, aku pun mengangguk. Pria ini memiliki tatapan yang bagus, sama seperti Guru Hardi, Handoko juga merupakan selebritas. Mereka berduda memiliki satu kesamaan, yaitu usia mereka sudah menua dan bisa jadi merekan akan meninggal kapan-kapan saja dan kalau mereka meninggal, hasil karya mereka sekarang akan menjadi semakin berharga"
Karya seni memang seperti ini, waktu seniman masih hidup, hasil karyanya tidak tentu berharga tetapi kalau senimannya meninggal, hasil karyanya pasti berharga.
Sebenarnya aku berpikir seperti ini agak bersalah kepada guru, tetapi hal ini adalah fakta. Seniman yang masih hidup semuanya tidak termasuk seniman hebat, kalau Guru Hardi meninggal, maka dia akan menjadi dewa.
Arah investasi Bobi adalah hasil karya seniman tua. Tidak tentu dia tidak berpikir seperti ini, tunggu Guru Hardi meninggal, semua harga hasil karyanya pasti akan naik berkali lipat.
"Tatapan Presdir Lin benar-benar sangat jauh!"
"Haha, aku itu berbisnis dalam bidang perhiasan, ada sedikit hubungan dengan lingkaran seni. Sekarang aku memang sudah mendapatkan lumayan banyak penghasilan, tetapi masih ada orang yang merasa aku tidak berbudaya. Sialan, aku tidak memiliki solusi lain lagi. Jadi aku mengoleksi sedikit hasil karya seniman terkenal untuk meningkatkan kelasku, sebenarnya aku hanya ingin dapat sedikit pembelajaran saja, menghasilkan uang itu tujuan kedua!"
Kalau aku percaya kepada kamu, maka aku adalah hantu.
"Kakak keempat menginginkan lukisan ini, maaf ya Presdir Lin"
"Jangan. Kakak keempat membayar kamu berapa? Aku akan membayar lebih darinya" Bobi berkata, "Aku tahu kamu dan kakak keempat bukan hubungan itu"
Tingkah laku aku di sisi kakak keempat sangat alami, karena aku tahu kakak keempat tidak menyukai orang yang suka omong kosong, sementara aku juga berusaha menunjukkan kekuatanku. Mungkin karena itu, aku sama sekali berbeda dengan orang-orang yang tidak memiliki harga diri.
Beberapa tempat di Jiangnan memiliki nona muda, kemakmuran adalah dalam maksud seperti ini, semua orang membayangkan kegembiraan.
Sementara juga ada nona yang khusus melayani pria, berarti juga ada pria yang khusus melayani wanita kaya seperti kakak keempat, sebenarnya, bisnis yang aku rancang juga memiliki prinsip yang mirip dengan hal ini.
Peranku berada di sisi kakak hari ini adalah sebagai konsultan seni, aku termasuk bawahan yang direkrut kakak, jadi tentu saja aku berbeda dengan pria yang bekerja khusus untuk melayani wanita. Aku berani bercanda dengan kakak dan membantahnya, mungkin karena ini kakak baru mengagumiku"
"Adikku, aku sudah menawarkan harga begitu tinggi. Jangan menolak uangku. Kakak mau mengoleksi, aku juga mau!"
Aku tertawa dan berpikir dalam hati, hal ini juga termasuk sebagai koneksi yang pasti berguna untuk perkembangan masa depanku, "Aku harus bertanya kepada kakak keempat, aku mencari lukisan ini untuk dia"
Melihatku tidak menolak langsung, Bobi sudah merasa puas, "Baik, aku percaya lukisan ini asli. Kalau kakak keempat tidak mau menjualnya kepadaku juga tidak apa-apa, kalau lain kali kamu masih bisa mendapatkan lukisan Guru Hardi, langsung menghubungiku saja, aku memesannya mulai sekarang"
Pada saat itu, seorang pria berkata.
"Lukisan itu pasti lukisan palsu. Aku adalah muridnya Guru Hardi, aku tidak pernah melihat guru melukis lukisan ini. Aku bisa memastikan lukisan ini palsu, kalian benar-benar sangat kelewatan, guruku ada datang hari ini, aku akan memberi tahu dia sekarang"
Setelah itu, Bobi melihatku dengan kaget dan kakak juga menoleh kepadaku, sementara aku melihat kepada orang yang berbicara itu dengan wajah 'kamu sedang sembarang berkata apa'
"Lukisan ini tentu saja adalah lukisan asli" Aku berkata di depan semua orang. Aku tahu kakak mau aku menjelaskannya, orang itu adalah seorang profesionalis, di sini juga hanya aku, orang yang mendapatkan lukisan hanya berhak berkata seperti ini, "Lukisan ini benar-benar adalah lukisan asli. Tetapi aku mengerti mengapa kamu berkata lukisan ini palsu, di antara semua ini memang ada sebagian yang bukan barang Guru Hardi "
Kakak baru saja menghela nafas lega, setelah mendengar kata-kataku, ekspresi dia berubah lagi sementara ekspresi Bobi tampak tidak percaya. Mereka berpikir, mengapa kata-kataku saling ambigu?
Novel Terkait
My Perfect Lady
AliciaAdieu
Shi QiPejuang Hati
Marry SuCinta Dibawah Sinar Rembulan
Denny AriantoSederhana Cinta
Arshinta Kirania PratistaMy Lady Boss
GeorgeIstri ke-7
Sweety GirlMbak, Kamu Sungguh Cantik×
- Bab 1 Menjadi Seorang Pria Harus Tahu Menaati Tiga Peraturan Dan Empat Kebijakan
- Bab 2 Diberi Obat
- Bab 3 Berhasil
- Bab 4 Memberitahu Kakakku
- Bab 5 Tidur Di Atas Lantai
- Bab 6 Berpura-Pura Tetapi Melakukan Tindakan Nyata
- Bab 7 Permintaan Rena
- Bab 8 Kecuali Menjadi Wanitaku
- Bab 9 Wanita Ini Mesum
- Bab 10 Aku Memeliharamu Versi Pria
- Bab 11 Kelinci Akan Menggigit Ketika Terpaksa
- Bab 12 Keputusan Ibu Halim
- Bab 13 Tinggal
- Bab 14 Toko Pijat
- Bab 15 Riska Cahyana
- Bab 16 Dua Orang di Rumah
- Bab 17 Cinta Pertama
- Bab 18 Kebetulan
- Bab 19 Istirahat Siang
- Bab 20 Masa Lalu Sandra Suntin
- Bab 21 Trainer
- Bab 22 Kemarahan Jeki
- Bab 23 Toko
- Bab 24 Pesta
- Bab 25 Uang Bukan Segalanya
- Bab 26 Kakak Keempat Yang Berani
- Bab 27 Lukisan Palsu
- Bab 28 Kemampuan Orang Berbudaya
- Bab 29 Gunakan Kekuatanmu
- Bab 30 Ibu Mertua Marah
- Bab 31 Tidak Ada Yang Bodoh
- Bab 32 Rahasia Di Dunia Seni
- Bab 33 Butuh Kakak Membantu Kamu Tidak
- Bab 34 Hubungan Yang Tidak Diketahui Orang
- Bab 35 Seniman Yang Hebat Itu Seniman Yang Telah Meninggal
- Bab 36 Aku Yang Memberikan Kehidupanmu
- Bab 37 Lukisan Rose
- Bab 38 Bertemu Lagi Dengan Elang
- Bab 39 Aku Tidak Mengerti Dengan Cara Pikir Wanita
- Bab 40 Misi Blue Sky Nature
- Bab 41 Ketakutan Wanita Klub Malam
- Bab 42 Lelucon keluarga Halim
- Bab 43 Masih Punya Trik Dan Gaya Bermain
- Bab 44 Video Putriku, Ibu Sudah Melihatnya
- Bab 45 Tolong Tinggalkan Kehidupanku
- Bab 46 Aku Akan Berjuang Dan Tidak Takut Berkorban Demi Jalan Hidupku
- Bab 47 Masalah Posisi
- Bab 48 Perjuangan Sia-Sia Juga Tidak Berguna
- Bab 49 Masalah Sikap Dalam Menangani Masalah
- Bab 50 Tidak Ada Gunanya Berjuang Sia-Sia
- Bab 51 Wanita Yang Hampa. Tamat