Mbak, Kamu Sungguh Cantik - Bab 1 Menjadi Seorang Pria Harus Tahu Menaati Tiga Peraturan Dan Empat Kebijakan
"Kamu sudah menjadi suamiku, sebagai seorang suami, kamu harus tahu menaati tiga peraturan dan empat kebijakan, harus menghormati wanita sebagai karakter utama dan menghormati keluarga. Apakah kamu mengerti?" Clarisa mengajariku ketika kami tiba di depan vila mewahnya.
Clarisa Halim adalah istri yang diperkenalkan oleh teman sekelasku, kami baru saja mendaftar sebagai suami dan istri secara resmi. Pernikahan kami tidak memiliki pengertian internasional, juga bukan pernikahan mendadak, tetapi dia memberikanku gaji tahunan sebanyak 300 juta rupiah agar aku bekerja untuknya sebagai menantu rumahnya.
Sebelumnya, dia baru saja berbicara dengan pemimpin kantornya di depanku, mereka membicarakan tentang bisnis beberapa trilliun, bahkan waktu bicara dia menguap.
Setelah tiba di rumahnya, aku melihat ada 2 wanita duduk di ruang tamu.
Salah satu dari 2 wanita ini terlihat agak tua, sekitar 30 tahun lebih, wanita ini memiliki kulit putih dan bentuk tubuh yang sangat bagus, berbanding dengan Clarisa, wanita ini memiliki semacam kecantikan yang intelektual.
Sementara 1 gadis lagi berusia agak muda, dia tampaknya baru saja tumbuh dewasa dan tatapan dia terhadapku dipenuhi oleh tidak senang.
Waktu menjumpaiku, gadis itu bahkan mendengus dengan jijik di depan mukaku.
Wanita yang berusia lebih tua langsung berkata "Orang ini adalah suami yang kamu cari? Apakah matamu buta?"
Clarisa memasang wajah tidak peduli "Jangan ikut campur kehidupanku, aku mencari seorang sampah menjadi suami pun tidak berhubungan denganmu!"
"Baik, kalau begitu aku akan melihat apakah kamu bisa melahirkan seorang anak putra dengan sampah ini!" Wanita itu berkata dengan marah tanpa melihat ke Clarisa.
Aku ada satu tebakan, wanita yang tampaknya berusia 30 tahun lebih ini jangan-jangan adalah ibu Clarisa?
Jelas, tebakanku benar. Clarisa sepertinya juga sangat marah, dia berputar balik badan dan berkata kepadaku: "Sampah, apakah kamu bisa bersikap lebih berguna?"
Setelah itu dia pun kembali ke kamar sendiri.
Pada saat ini juga, gadis yang berusia lebih kecil berkata kepadaku: "Sampah, cepat pergi tuangkan secangkir teh untuk ibuku agar kemarahan dia bisa mereda, sekalian tuangkan satu cangkir untukku juga"
Etika mereka sekeluarga hanya segini saja?
Aku menggigit gigiku dan memilih untuk bersikap sabar.
Aku menghampiri mereka dan menuangkan mereka masing-masing secangkir teh, pada saat itu ekspresi kedua orang ini baru terlihat agak rega.
Gadis itu menunjukku dan berkata: "Kamu ikuti aku ke kamarku, aku mau bertanya beberapa pertanyaan kepadamu"
Melihat sikap anak gadisnya, ibunya pun bersuara dengan tegas: "Cindy, jangan sembarang bertingkah"
"Aku tahu..." Cindy Halim menunjukkan lidahnya kepada ibunya, kemudian melirikku dengan dingin dan menyuruhku segera pergi ke kamarnya.
Mau bagaimanapun, aku diberi gaji, jadi anggap saja aku sedang menjadi seorang pembantu.
Berpikir sampai sini, aku pun mengikuti dia pergi ke kamarnya.
Setelah masuk ke dalam kamar, Cindy bertanya kepadaku: "Siapa namamu?"
Aku memberitahu dia bahwa namaku adalah Rey Permadi, setelah mendengar namaku, dia memasang wajah jijik, kemudian menyuruhku menunggu sebentar dan dia sendiri berlari keluar, kemudian dia kembali lagi setelah beberapa saat dan bertanya pertanyaan satu lagi.
Mungkin karena dia telah menyadari berlari bolak balik seperti ini sangat merepotkan, akhirnya dia pun menutupi pintu kamar dan duduk di atas tempat tidur sambil menatap kepadaku.
"Aku ada beberapa pertanyaan mau tanya kepadamu, aku berharap kamu bisa menjawab dengan serius"
"Yang pertama, jurusan kuliah kamu apa? Kedua, berapa berat dan tinggi badan kamu? Ketiga, apakah kamu mau melahirkan satu anak dengan kakakku? Keempat, kampung kamu dimana? Kelima, yaitu pertanyaan yang paling penting, aku tinggal bersama ibuku, aku tahu diriku terlalu cantik, apakah kamu akan jatuh cinta kepadaku?!"
Setelah berkata semua itu, dia bahkan melirikku dengan tatapan tidak senang dan menambah "Kamu harus menjawab dengan jujur, jawabanmu akan memengaruhi apakah kamu bisa terus tinggal di rumah kami"
Aku sama sekali tidak mengerti kondisi rumah mereka, tetapi satu hal yang membuatku penasaran adalah kenapa aku tidak melihat ayahnya Cindy? Dia dimana?
Tetapi, aku memang tidak menyukai Cindy dari tadi. Aku langsung menjawab: "Jurusan kuliahku adalah seni lukis, tinggi tubuh 180cm, berat badan 75kg, kampungku di desa"
Berpikir tentang sekeluarga ini yang memanggilku sampah, mereka mengira mereka semua sangat luar biasa, kalau memang tidak bisa aku akan mengembalikan semua uang yang aku terima dan meninggalkan tempat ini. Jangan mengira aku begitu menyukai uang kalian.
Jadi, untuk pertanyaan terakhir, aku pun berkata dengan jahat: "Sebenarnya, tidak tahu mengapa aku merasa diriku menyukaimu pada saat pertama kali aku menjumpaimu. Aku, aku ini memiliki siap yang sangat jujur, aku tidak suka berbohong. Aku merasa kamu jauh lebih baik dari kakakkmu, jadi aku juga tidak tahu apakah aku akan jatuh cinta kepadamu"
"Kamu!" Cindy melirikku dengan malu.
Pada saat ini, jarak antara aku dan dia lumayan dekat, sementara mataku yang menatapnya dengan dalam membuat wajah Cindy langsung memerah.
Mungkin karena usia Cindy masih kecil, dia belum pernah mengalami hal seperti ini, jadi dia terlihat agak panik.
Awalnya aku mengira dia akan langsung mengadu kepada ibunya tentang hal ini, tetapi tidak menyangka dia malah memberanikan dirinya dan berkata kepadaku: "Tidak boleh! Kita berdua tidak boleh saling jatuh cinta, aku adalah adik iparmu!"
Aku tidak berharap dia akan bereaksi seperti itu, dia melangkah ke depan sebanyak 2 langkah dengan panik, kemudian menutupi mulutku dengan wajah yang panik dan malu.
"Bodoh, walaupun kamu berpikir begitu dalam hati, kamu tidak boleh mengatakannya juga. Kamu tidak boleh membiarkan kakakku mengetahui masalah kamu menyukaiku, kalau tidak kita berdua akan dihabisin begitu saja!"
"Tetapi aku tidak bisa mengontrol diriku..." Pada detik ini, aku merasa diriku sangat mirip seperti pria jahat yang membohongi perasaan gadis kecil.
Padahal aku itu sangat pemalu, tetapi Cindy ini, kalau melihat secara penampilan dia sangat tidak menyukaiku, sikapnya kepadaku juga tidak sopan, tetapi ketika membahas tentang masalah pria dan wanita, saat yang tepat Cindy langsung melemah dan tertekan olehku.
Secara diam-diam, aku merasa senang. Sepertinya kecerdasan emosi aku masih termasuk tinggi.
Cindy berkata lagi: "Kamu, kamu jangan begitu, sembunyikan dari kakakku dulu. Aku, kamu berikan aku sedikit waktu untuk berpikir, masalah ini terlalu mendadak, aku tidak kebiasaan, harus berpikir sebentar lagi"
Kali ini, aku merasa terkejut. Sebenarnya aku hanya bercanda dengan dia, siapa saangka dia malah menganggap serius dan bahkan mau berpikir apakah mau berpacaran denganku.
Karena dulunya aku merasa hal ini tidak mungkin, jadi hatiku terasa sangat santai, tetapi reaksi Cindy sekarang membuatku tidak tahu harus maju ataupun mundur.
Kebetulan pada saat itu juga, pintu kamar Cindy diketuk.
Seperti selingkuhan yang takut diketahui, Cindy segera kembali ke tempat tidurnya dan memasang ekspresi tidak ada apa pun yang terjadi dengan wajah memerah.
Orang yang masuk adalah Clarisa, dia menyuruh Cindy jangan ikut campur masalah aku dan dia, kemudian menarikku ke kamarnya.
Alasan Clarisa menarikku kamarnya itu karena dia takut aku akan mengekspos hubungan kami berdua.
Malam itu, aku tidur di atas lantai dan Clarisa tidur di atas tempat tidur.
Hal ini membuatku merasa agak kecewa, aku berpikir, kalau dia bisa menemani presdir 刘 itu ke hotel, seharusnya dia juga bisa tidur bersamaku. Siapa tahu sebelum tidur dia malah berkata: "Meskipun tahu kamu tidak memiliki keberanian itu, aku tetap harus memberitahu kamu, jangan salahkan aku tidak mengingatkanmu. Kalau kamu berani sentuh aku, aku akan membuatmu dan sekeluarga kamu bangkrut, tolong bersikap agak sadar diri"
Novel Terkait
My Greget Husband
Dio ZhengCinta Adalah Tidak Menyerah
ClarissaCinta Dibawah Sinar Rembulan
Denny AriantoMy Tough Bodyguard
Crystal SongMenunggumu Kembali
NovanMr. Ceo's Woman
Rebecca WangThick Wallet
TessaCinta Yang Berpaling
NajokurataMbak, Kamu Sungguh Cantik×
- Bab 1 Menjadi Seorang Pria Harus Tahu Menaati Tiga Peraturan Dan Empat Kebijakan
- Bab 2 Diberi Obat
- Bab 3 Berhasil
- Bab 4 Memberitahu Kakakku
- Bab 5 Tidur Di Atas Lantai
- Bab 6 Berpura-Pura Tetapi Melakukan Tindakan Nyata
- Bab 7 Permintaan Rena
- Bab 8 Kecuali Menjadi Wanitaku
- Bab 9 Wanita Ini Mesum
- Bab 10 Aku Memeliharamu Versi Pria
- Bab 11 Kelinci Akan Menggigit Ketika Terpaksa
- Bab 12 Keputusan Ibu Halim
- Bab 13 Tinggal
- Bab 14 Toko Pijat
- Bab 15 Riska Cahyana
- Bab 16 Dua Orang di Rumah
- Bab 17 Cinta Pertama
- Bab 18 Kebetulan
- Bab 19 Istirahat Siang
- Bab 20 Masa Lalu Sandra Suntin
- Bab 21 Trainer
- Bab 22 Kemarahan Jeki
- Bab 23 Toko
- Bab 24 Pesta
- Bab 25 Uang Bukan Segalanya
- Bab 26 Kakak Keempat Yang Berani
- Bab 27 Lukisan Palsu
- Bab 28 Kemampuan Orang Berbudaya
- Bab 29 Gunakan Kekuatanmu
- Bab 30 Ibu Mertua Marah
- Bab 31 Tidak Ada Yang Bodoh
- Bab 32 Rahasia Di Dunia Seni
- Bab 33 Butuh Kakak Membantu Kamu Tidak
- Bab 34 Hubungan Yang Tidak Diketahui Orang
- Bab 35 Seniman Yang Hebat Itu Seniman Yang Telah Meninggal
- Bab 36 Aku Yang Memberikan Kehidupanmu
- Bab 37 Lukisan Rose
- Bab 38 Bertemu Lagi Dengan Elang
- Bab 39 Aku Tidak Mengerti Dengan Cara Pikir Wanita
- Bab 40 Misi Blue Sky Nature
- Bab 41 Ketakutan Wanita Klub Malam
- Bab 42 Lelucon keluarga Halim
- Bab 43 Masih Punya Trik Dan Gaya Bermain
- Bab 44 Video Putriku, Ibu Sudah Melihatnya
- Bab 45 Tolong Tinggalkan Kehidupanku
- Bab 46 Aku Akan Berjuang Dan Tidak Takut Berkorban Demi Jalan Hidupku
- Bab 47 Masalah Posisi
- Bab 48 Perjuangan Sia-Sia Juga Tidak Berguna
- Bab 49 Masalah Sikap Dalam Menangani Masalah
- Bab 50 Tidak Ada Gunanya Berjuang Sia-Sia
- Bab 51 Wanita Yang Hampa. Tamat