Mbak, Kamu Sungguh Cantik - Bab 23 Toko

Setelah kembali ke Keluarga Maman, sikap Clarisa terhadap diriku tetap tidak berubah, dan Cindy lebih menghindariku, aku tidak tahu apa yang dikatakan Clarisa kepadanya, tetapi aku dapat dengan jelas merasakan sikap Cindy yang sedikit asing terhadapku.

Awalnya aku pikir Cindy benar-benar mengasingkanku, tetapi yang tidak aku duga adalah semua ini sebenarnya dibuat pura-pura oleh gadis Cindy itu.

Siang hari itu, aku sedang beristirahat di kamar, sementara Clarisa duduk di depan komputer, sedang bermain komputer.

Aku awalnya berencana untuk pergi ke toilet, tetapi aku tidak menyangka jika Cindy akan mendorong pintu dan masuk, setelah aku masuk ke toilet.

Tindakan Cindy ini benar-benar membuatku terlonjak, sampai niatku untuk buang air kecil pun hilang.

Dia memelukku dan berkata: "Rey, aku sangat merindukanmu, aku rasa aku tidak bisa berpura-pura lagi."

Melihat wajah kecilnya Cindy , dengan sedikit ketidakdewasaan dan kepolosan di wajahnya, bisa-bisanya aku melakukan sesuatu terhadap gadis kecil seperti ini, aku sendiri pun memarahi diriku sendiri bajingan, tapi aku menyukainya.

Cindy mengenakan seragam sekolah hari ini, dengan kuncir kuda diikat tinggi di belakang kepalanya dan tanpa riasan di wajahnya, tapi Cindy seperti ini membuat hatiku tercengang.

Cindy bersandar di dadaku, mecium aroma tubuhnya yang wangi, dan aku tidak bisa menahan diri untuk menarik nafas dalam-dalam.

"Cindy , apa hari ini kamu tidak pergi ke kelas?" tanyaku pelan dengan memegang bahu Cindy .

"Aku meminta izin sore ini." Kata Cindy kepadaku, sambil mencibirkan mulutnya.

Setelah mengatakan kata-kata ini, Cindy masih tidak puas lalu memukul dadaku dua kali, maksudnya itu sangat terlihat jelas.

"Kamu cepat kembali ke kelas, jika sampai dilihat oleh mbakmu, kita berdua akan mendapat masalah lagi." Kataku sambil mendorong bahu Cindy dengan lembut.

Tapi saat ini Cindy malah memelukku dengan erat dan menolak untuk melepaskannya, untuk sementara, aku hanya bisa membiarkan Cindy memelukku seperti ini.

Sampai sepuluh menit berlalu, Cindy baru perlahan melepaskan tangannya, dan kemudian kembali ke sekolah di bawah bujukanku.

Setelah masalah Clarisa selesai, aku juga banyak menahan masalahku dengan Cindy , tapi meskipun demikian, Clarisa masih sangat mengkhawatirkan diriku.

Selama aku dan Cindy berada di rumah pada waktu yang sama, dia akan selalu mengikuti di belakangku, seperti takut aku akan memakan Cindy saja.

Tidak peduli pikiran apa yang ada di dalam hati Clarisa, apakah dia peduli dengan saudara perempuannya, atau membalas dendam denganku, setidaknya dapat dilihat bahwa Clarisa sedikit berubah.

Sejak saat itu, Clarisa semakin jarang keluar, terhadap masalah sekamar denganku, Clarisa masih tetap menyimpan dendam.

Clarisa tidak bersedia melakukan hal itu, dan aku tentu saja tidak akan memaksanya, jujur saja, Clarisa terlihat menarik dalam segala bagian, tetapi aku benar-benar tidak mampu sangat tertarik padanya.

Dengan begini, kami berdua mencapai kesepakatan diam-diam tentang masalah tidur bersama ini, kami tidak akan peduli selama Ibunya Clarisa tidak membahas masalah ini.

Pada hari ketiga setelah aku kembali ke Keluarga Maman, Jeki tiba-tiba meneleponku dan menyuruhku untuk melihat toko.

Aku naik taksi dan bergegas pergi menuju ke tempat yang dikatakan Jeki, satu jam kemudian, aku sudah sampai di sana.

Setelah turun dari mobil, aku melihat wajah Jeki yang sedang tersenyum menyeringai, aku tidak tahu mengapa aku merasa muram di dalam hati dan memaksa untuk tersenyum.

Toko ini adalah tempat yang disebutkan oleh salah satu teman pada hari itu, tetapi aku tidak terlalu tertarik ketika melihat toko di hadapanku itu.

Lokasi toko di hadapanku itu sangat bagus, tetapi mengapa aku bisa meremehkannya? Karena toko ini berada di kawasan pejalan kaki, tempat yang banyak orangnya.

Jika membuka tempat pijat di sini, sama saja untuk menunggu tidak ada penghasilan.

Selama seseorang memiliki rasa malu, siapa yang akan pergi pijat dihadapan umum? Tentu saja panti pijat resmi dikecualikan di sini, seperti aku yang akan membuka panti pijat, tidak akan cocok untuk dibuka di tempat ini.

Karena telah sampai di sini, kami pun mencari sebuah kafe dan duduk.

Aku dan Jeki seperti ada dan tiada membicarakan rencana saat ini dan tidak menyebutkan masalah hari itu, sampai dimana kami telah berbicara selama satu jam, Jeki mengatakan jika dia ada keperluan, dan kami baru berpisah.

Dalam beberapa hari ke depan, aku terus mencari toko yang cocok, toko yang aku minati tetapi orangnya tidak mau menyerahkannya, yang tidak cocok tentu saja tidak dilihat olehku.

Sampai setengah bulan kemudian, aku melihat sebuah pengalihan toko di samping salon kecantikan.

Toko ini bersebelahan dengan salon kecantikan, dan bisnis salon kecantikan ini juga lancar, menurutku membuka toko di sini seharusnya merupakan sebuah pilihan yang baik.

Aku langsung menelepon nomor yang tercantum di toko itu, dan dalam beberapa saat panggilan itu pun tersambung.

Aku mengobrol cukup lama dengan orang itu, dan akhirnya menyadari bahwa dia sama sekali bukan pemiliknya, tetapi agen real estat, ini membuatku merasa sangat canggung.

Namun sikap agen real estat ini sangat baik, terus memuji diriku, tentu saja aku tahu bahwa ini adalah keterampilannya para staf penjualan, tetapi memang sangat berguna.

Pada akhirnya kami sepakat untuk bertemu di hari jumat, dan pada saat itu dia akan mengajak pemilik toko untuk datang, agar aku berbicara dengan pemilik toko secara langsung, dan dia hanya mengambil sebagian komisi dari itu.

Segera, akhirnya sampai di waktu yang ditentukan, aku menelepon Jeki agar dia pergi bersamaku, anak itu berkata jika dia sibuk dan tidak bisa pergi.

Aku tentu saja tahu dengan apa yang disibukkan oleh Jeki, dia sedang sibuk merekrut orang untukku.

Kami sepakat untuk bertemu di sebuah kedai teh, kedai teh itu tidak besar tetapi memiliki dua lantai, bagian lantai dua adalah ruang pribadi, dan kami memesan di ruang pribadinya.

Karena aku tidak memiliki kesibukan apa-apa, jadi aku datang lebih awal, duduk sendirian di ruang pribadi sambil minum teh.

Setelah setengah jam berlalu, agen real estat itu datang dengan pemilik toko.

Pria perantara itu terlihat cukup tampan, tetapi kulitnya agak hitam karena sering keluar.

Dan pemilik toko itu memiliki tampang yang kaya, dengan dua telinga menggantung ke bawah mirip dengan Buddha Maitreya, dan seutas manik-manik Buddha di tangannya.

"Halo!" melihat keduanya masuk ke dalam, aku pun langsung bangkit berdiri, lalu berkata pada pemilik toko itu.

Kemudian aku tersenyum dan melihat ke pria perantara itu, dan berkata merepotkanmu.

Percakapan kami berjalan lancar, dan untuk bagian harga rata-rata telah dinegosiasikan, biaya sewanya satu miliar perbulan, perlu bayar tiga bulan dimuka dan satu bulan sebagai jaminan.

Dihitung-hitung, berarti membutuhkan empat miliar rupiah, dibandingkan dengan negosiasiku dengan Rena, ini lebih murah dua miliar, tentu saja aku sangat senang.

Tentu saja, pria itu juga mengambil 10% dari uang itu sebagai komisi, aku dan pemilik toko tidak keberatan dengan hal ini, bagaimanapun juga semua orang keluar untuk bekerja.

Setelah masalah toko diselesaikan, sekarang adalah masalah pekerja, untuk masalah ini aku serahkan pada Jeki untuk menanganinya.

Tentu saja Jeki juga tidak mengecewakanku, pada minggu berikutnya, dia telah membantuku untuk menemukan guru pelatih yang cocok, dengan gaji hanya 40 juta perbulan.

Setelah menyelesaikan semua ini, hanya tinggal menunggu dekorasi saja, pada dasarnya aku belajar desain pada saat kuliah, jadi aku pun mendesain sendiri gambarnya, dan dekorasinya berjalan lancar.

Hari ini, setelah Clarisa mengangkat telepon, dia langsung pergi dengan tergesa-gesa, melihat ini membuatku merasa sangat senang.

Karena hari ini kebetulan hari minggu, dan Cindy juga berada di rumah, dengan begini, aku bisa bermesraan sebentar dengan Cindy .

Memikirkan hal ini, aku tidak bisa menahan perasaan semangat di dalam hatiku.

Yang membuatku terdiam adalah Cindy jauh lebih semangat dariku, setelah melihat Clarisa pergi, dia langsung lari ke arahku.

Ibunya Clarisa setiap harinya berada di rumah pada pagi hari dan keluar bersama teman-temannya pada sore hari, dan sekarang sudah sore, ini juga memberiku waktu berdua bersama Cindy .

Aku awalnya berencana pergi mencari Cindy , tetapi yang tidak aku sangka adalah Cindy datang duluan ke kamarku.

Cindy mengenakan gaun setali merah muda hari ini, kulitnya yang cerah terlihat lebih ceria dengan latar belakang merah muda begitu.

Kuncir kuda yang diikat di belakang kepala menambah sedikit kepolosan, dan aku tidak bisa menahan hati untuk tergerak saat melihat ini.

Setelah Cindy masuk, dia langsung memelukku, mengusap wajahnya di dadaku, dengan begitu aku langsung memiliki sedikit reaksi.

Juga tidak tahu apakah gadis kecil ini sengaja atau tidak, kecepatan usapannya itu tidak terburu-buru juga tidak lambat, merasakan aroma istimewa dari tubuhnya, aku tersenyum garang di dalam hatiku.

Kemudian, aku menggendong Cindy , memegang pantatnya lalu meremasnya dengan keras, dan berkata dengan jahat: "Gadis kecil, biarkan kamu menggodaku!"

Wajah kecil Cindy memerah setelah diremas begitu kuat olehku, dengan ekspresi mengeluh di wajahnya dan berbisik kepadaku: "Rey, kamu tidak suka seperti ini?"

Mendengar kata-kata ini, aku rasa otakku hampir macet dan berkata dalam hati: pria mana yang tidak menyukainya? Kecuali otaknya sakit!

Tapi aku tidak bisa mengatakan keluar pikiran itu, siapa yang tahu gadis kecil ini bagaimana menyiksaku nanti.

"Tidak suka, ini bukanlah tingkah yang harus dimiliki oleh seorang siswi SMA!" aku memandang Cindy dengan senyum nakal.

Mendengar perkataanku, Cindy tiba-tiba mencemberutkan bibirnya, setelah mendengus, dia pun ingin melepaskan diri dari pelukanku.

Kesempatan yang baik mana mungkin dibiarkan pergi begitu saja? Aku menarik kembali Cindy , dan berbisik di telinganya: "Cindy , apa yang ingin kamu lakukan?"

Cindy tampak tidak nyaman dengan angin panas ketika aku berbicara, dia menggaruk telinganya dengan tangan, dan mencibir kepadaku: "Benci sekali! Membuat orang gatal!"

Setelah kata-kata ini dikatakan, aku langsung merasakan seluruh tubuhku mulai mendidih, dan gelombang panas yang terus datang dari bagian bawah perutku.

Juga tidak tahu apakah karena Cindy merasakan panas dari tubuhku, dia pun tanpa sadar terus bergerak di dalam pelukanku, dan ini juga membuat nafasku mulai menjadi terengah-engah.

Aku menarik nafas dalam-dalam, dan berkata pada diri sendiri: "Bagaimanapun apel tetap harus dimakan, meskipun dia sedikit hijau, tetapi apel itu sangat renyah dan manis."

Aku langsung membalikkan Cindy dan memeluknya, agar punggungnya menghadapku, sementara aku memeluk pusarnya.

Pada awalnya, Cindy seperti tidak bersedia, tetapi dengan desakanku yang berulang kali, akhirnya dia menyerah dengan patuh.

Gadis kecil ini benar-benar membuat orang sebal, bisa-bisanya dia menggerakkan pantat kecilnya, dan terus-menerus mengeluarkan tawa dari mulutnya.

orang suci bisa menahannya, aku tidak bisa tahan! Gadis kecil seperti ini, jika tidak diberi sedikit pelajaran, dia benar-benar akan nakal dan tidak patuh.

Memikirkan hal ini, tanganku meremas pahanya dengan kuat, dan kemudian tanganku turun perlahan-lahan dari pusar perutnya.

Novel Terkait

My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu