Mbak, Kamu Sungguh Cantik - Bab 8 Kecuali Menjadi Wanitaku

Ada revisi nama Ricko Wijaya > Direktur Wijaya 4/9/20

Rena sangat cantik dan lebih menarik dari Clarisa. Ketika Rena duduk di sana sambil minum, aku tiba-tiba menyadari bahwa Rena adalah seorang wanita yang memiliki banyak cerita.

Cerita wanita ini sering kali berkaitan dengan pria. Saat ini hampir jam sepuluh malam. Wanita normal biasanya ada di dalam rumah saat ini. Para siswi saat ini pasti sedang beristirahat, kalau tidak pasti sedang menggoda pacar mereka. Wanita muda kerah putih setelah ini, mereka seharusnya sudah berganti wajah dan pergi ke berbagai tempat malam, para wanita dari dua keluarga seharusnya sedang melayani suami mereka masing-masing.

Minum sendirian di hotel? Entah hidup yang tidak menguntungkan atau ada masalah dalam hubungan.

Aku rasa Rena dua-duanya iya. Rena masih belum berbicara dan aku juga tidak berbicara. Makam nyata yang senyap di ruangan itu mengubur kami dalam beberapa menit.

Rena memakai baju lengan pendek sutra merah yang berpotongan rendah, yang sangat seksi dan modis, tidak begitu sembrono dengan rok berwarna krem, seperti daun pohon. Aku rasa, saat Rena berjalan, betis kecilnya pasti terasa seperti dihembus oleh angin yang bertiup.

Warna merah itu menyilaukan mata dan warna kuning itu menghangatkan. Hanya sedikit orang yang bisa mengontrol kedua warna ini. Sebagai mahasiswa seni, aku jarang menggunakan dua warna ini. Wanita memakai pakaian sama seperti aku sedang melukis. Untuk dua warna ini, hanya ada dua hasil.

Entah itu ceria dan centil, menyentuh hati orang, atau vulgar dan membosankan, membuat orang yang melihatnya ingin mati.

Rena tidak diragukan lagi adalah hasil yang pertama, ditambah lagi, matanya setenang air yang tergenang dan tatapan mata yang telah melihat dan mengetahui semuanya, membuatku merasa sangat tertekan.

Ketika botol anggur kosong, Rena melihat anggur merah yang hanya cukup untuk seteguk dengan penyesalan, matanya benar-benar terfokus pada seteguk anggur merah itu.

Helaan napas yang panjang membuat orang menjadi sedih.

"Kamu menatapku sudah cukup lama!"

Aku membayangkan bagaimana Rena akan memulai percakapan pertama di antara kami, Rena akan membuatku berlutut dengan tatapannya yang agresif seperti harimau, ataupun Rena akan membenciku dengan amat sangat, sama seperti Clarisa, menatapku seperti seorang gigolo.

Rena sama sekali tidak seperti itu, matanya tidak bersinar dan juga tidak emosional, seperti air yang tergenang, tenang dan acuh tak acuh.

Saat berbicara, Rena mendongak dan menatapku.

" Kak Rena..."

Begitu aku mengingat bahwa aku baru saja mengintipnya, aku merasa sangat segan.

" Clarisa benar-benar memiliki pemikiran seperti itu."

Rena merasa bahwa hubunganku dengan Clarisa sangat ironis. Rena sangat mengenal Clarisa dan banyak mendengar tentang hubungan Clarisa dengan Direktur Wijaya dan Rena adalah adik perempuan Direktur Wijaya.

"Apakah kamu seorang pria?"

Bagi seorang pria biasa, jika dikambinghitamkan oleh Clarisa, tentu saja akan merasa tidak ada harga diri lagi.

"Pria macam apa kamu ini!"

"Kamu rela membiarkan Clarisa dipermainkan oleh orang lain dan diselingkuhi, apakah kamu tidak memiliki sedikit pendapat tentang ini?"

Aku menarik napas dalam-dalam, menatap Rena dan menatapnya seperti itu, lalu membuat alasan untuk diriku sendiri: "Aku dan dia hanyalah kontrak dan bukan pasangan suami istri yang normal."

"Kamu berpikir seperti itu?"

Rena tampak seperti tersenyum, tegukan terakhirnya telah habis di minum dan gelasnya kosong.

"Apakah kamu tahu siapa aku?"

Aku menggelengkan kepalaku, Rena tertawa "Aku adalah adik perempuan kekasih Clarisa."

Hatiku berdebar kencang, Clarisa ternyata membawaku bertemu dengan adik perempuan Direktur Wijaya dan memintaku untuk menjual diri?

Brengsek, bagaimana Clarisa bisa terpikir untuk mengrim seorang pria kepada Rena!

Clarisa ingin menyenangkan hati Rena. Meskipun aku tidak tahu alasannya, tetapi begitu memikirkan sikap Clarisa terhadap Rena sebelumnya, aku yakin bahwa Rena terhadap Clarisa tidak memiliki keramahan seperti orang normal biasanya.

Tampaknya seperti tidak menyukai Clarisa!

Tapi nyatanya, pemikiranku itu sangat sederhana. Direktur Wijaya sudah menikah dan Rena dan kakak iparnya sangat rukun. Keluarga Rena bukanlah keluarga biasa. Orang tuanya sudah lama meninggal dan Direktur Wijaya juga sudah lama menikah. Rena biasanya dijaga oleh kakak iparnya dan cara kakak iparnya memperlakukan Rena seperti seorang ibu dan anak.

"Menurutmu, bisakah aku membiarkan dia masuk ke dalam keluargaku?"

Melihat Rena bertanya padaku, aku menggelengkan kepala tanpa memikirkannya dan mengatakan bahwa Clarisa terlalu tidak tahu malu. Jika di kampungku, seorang wanita seperti ini sudah lama dipukuli sampai mati.

"Lalu mengapa kamu ingin menurutinya!"

Aku menuruti Clarisa, apakah dengan sukarela? Aku mengatakan bahwa diriku memiliki kesulitan sendiri, Rena kemudian mencibir "Kalian para pria selalu mengatakan bahwa kalian memiliki kesulitan, tetapi siapa yang tahu kesulitan para wanita seperti kami?"

Kakak Rena yaitu Direktur Wijaya. Semenjak berkembang pesat, Direktur Wijaya sekarang berpikir untuk menceraikan kakak ipar Rena. Jika bukan karena Rena yang selalu mendukung kakak iparnya, kakak ipar yang bagaikan seperti seorang ibu itu telah lama bunuh diri.

Aku tidak tahu harus berkata apa. Saat ini, Rena tidak mendominasi seperti sebelumnya. Rena hanyalah seorang wanita biasa dan menceritakan kepadaku masalah dirinya.

Aku seketika langsung menjadi seorang dokter psikolog!

Aku mendengarkan Rena berbicara tentang masalahnya, dalam hatiku berpikir, awalnya aku bisa mendapatkan keuntungan dari tubuhnya. Sejujurnya, tidak masalah jika aku harus menjadi gigolo dan dipertemukan dengan Rena, wanita yang sangat cantik dan temperamental.

Tentu saja, aku tidak boleh berinisiatif sendiri. Mulutku harus berkata tidak mau, tetapi tubuh menerimanya dengan jujur baru bisa. Kemudian setelah semuanya selesai, aku dapat mengatakan bahwa aku melakukannya dengan tidak sukarela.

Rasanya cukup membosankan, tapi sekarang, Rena sama sekali tidak bermain kartu sesuai perkiraan, Rena membiarkanku tinggal di sini bukanlah untuk memainkan diriku, tapi membiarkan aku mendengarkan dirinya berbicara.

Ternyata, pernikahannya juga tidak berjalan dengan baik. Sama seperti kakaknya, suaminya juga selingkuh, bahkan sering melakukannya dan seperti, aku sudah tahu kamu selingkuh, tetapi kamu masih tidak tahu malu di hadapannya dan mengakuinya dengan lapang dada.

Suami Rena berkata bahwa Rena dingin dan tidak menarik secara seksual. Mereka telah menikah selama lebih dari setahun dan hanya melakukannya pada hari pernikahan mereka. Suaminya tanpa malu-malu bermain dengan wanita lain dan tidak mau menyentuh dirinya.

Aku benar-benar ingin mengatakan, kalau begitu, kamu masih mau menikah?

"Kakakku yang merencanakannya!"

"Pernikahan terencana?"

"Seperti itulah!" Rena berkata sambil menatapku, matanya sedikit kabur. Baru saja Rena minum sangat banyak dan sekarang mulai mabuk.

Rena mabuk dan terjatuhdi tubuhku saat sedang berbicara. Aku bergegas membantunya. Tubuhnya selembut roti dan duduk di pangkuanku. "Apakah aku cantik?"

"Kamu sudah mabuk!"

Tentu saja, Rena sangat cantik, tadi saja sudah sangat cantik, sekarang sudah mabuk, wajahnya memiliki pesona yang lebih memikat hati.

"Kamu sudah mabuk, aku akan membantu membawamu beristirahat!"

Dalam hatiku berkata, Rena harus diselesaikan dengan cepat, jika tidak, jangan harap bisa pergi. Jika Rena masih sadar dan terjadi sesuatu di antara kami, aku masih bisa beralasan, tapi sekarang Rena sedang mabuk dan sulit untuk mengatakannya.

Aku hanya sendirian di Kota Jiangnan dan aku saat ini tidak boleh menyinggung perasaan siapapun. Memanfaatkan kesempatan dan mengambil keuntungan dari tubuh Rena, hatiku juga merasa tidak nyaman.

Meski cinta itu mustahil, tapi hal semacam itu hanya akan menyenangkan jika saling-saling menyukai.

Aku menggendong Rena, tidak ada cara lain, orang yang mabuk itu benar-benar tidak ada obatnya.

Aku membaringkan Rena di tempat tidur dengan baik, tetapi Rena tidak diam. Tepat saat aku menutupinya dengan selimut, tiba-tiba, saat aku membungkukkan tubuhku, lengan Rena memelukku dan aku tentu saja langsung terbaring di tubuhnya.

"Cium aku!"

“Kamu sudah mabuk!” Aku menarik nafas dalam-dalam, mulut Rena penuh dengan bau alkohol. Setelah menandatangani kontrak dengan Clarisa dan mengambil uang Clarisa, aku sudah menyembunyikan harga diriku sebagai seorang pria.

Aku berkata kepada diriku sendiri setiap hari, demi uang, demi keluarga, semuanya bisa ditoleransi, sekarang tidak tahu malu, asalkan nanti bisa sukses, maka semuanya sepadan.

Tapi melihat Rena saat ini, aku merasa sangat sedih, aku adalah seorang pria, tetapi aku benar-benar tidak boleh dijadikan sebagai alat pelampiasan sesuka hati, meskipun wanita di depanku ini secantik peri.

Aku bukan tipe orang yang memanfaatkan tubuh wanita dengan seenaknya. Hidupku ini juga sebuah kehidupan, aku benar-benar tidak boleh merosot sampai ke titik itu.

Aku menggunakan tenagaku untuk melepaskan tangan Rena, tiba-tiba menyadari bahwa Rena membuka matanya dan melototiku.

"Kamu sudah mabuk!"

Aku rasa ekspresiku saat ini, pasti sangat dingin. Aku menyelimuti Rena dan berkata "Istirahatlah dengan baik!"

"Mengapa kamu tidak menyentuhku, kamu adalah milikku malam ini!"

"Aku hanya milik diriku sendiri, bukan milik siapapun, begitu juga Clarisa dan dirimu."

Aku menarik nafas dalam-dalam, duduk di pinggir tempat tidur dan menyalakan rokok, Rena tidak tahan dengan bau rokok dan mengusirku keluar.

Aku berbalik dan menatap wanita itu, sama seperti Rena, membicarakan masalahku.

"Aku tahu, Baik kamu atapun Clarisa, aku bukan seorang pria di mata kalian. Aku hanyalah alat yang bisa digunakan sesuka hati. Siapapun bisa menggunakannya saat membutuhkan. Apakah kamu tahu apa yang aku rasakan saat kamu bertanya kepadaku apakah aku tahu hubungan antara kakakmu dengan Clarisa? "

"Hatiku merasa sangat buruk, tapi aku memikirkannya. Aku tidak ada hubungannya dengan Clarisa. Dengan siapa dia tidur, itu adalah urusannya. Meskipun kami memiliki kontrak, kami bukan suami-istri. Jika suatu hari, wanitaku melakukan hal yang sama seperti Clarisa... "

Aku berhenti dan melihat Rena, lalu berkata secara perlahan "Aku akan membunuhnya."

"Haha, apakah kamu punya nyali seperti itu?"

"Jika kelinci itu dalam keadaan yang terjepit pasti akan menggigit. Siapa yang tidak memiliki binatang buas di dalam hatinya?" Aku berkata: "Kamu juga sama, karena suamimu berselingkuh, makanya kamu berpikir untuk membalaskan dendam padanya."

"Aku bisa menidurimu, kamu benar-benar sangat cantik, tapi aku tidak bisa menidurimu!"

"Apakah kamu takut?"

"Lelucon, seorang pria jika ingin meniduri seorang wanita, kecuali wanita itu tidak mau, maka tidak ada yang perlu ditakuti, masalah paling besar hanyalah sebuah kematian!"

Aku dengan tenang berkata dengan kemampuan naluri saat ini "Aku tidak menyentuhmu, karena kamu tidak dengan sukarela, kamu hanya ingin melampiaskan dendammu."

"Aku bukan binatang buas!"

Rena tertawa, tiba-tiba meraih roknya dan merobeknya dengan ganas, dengan suara robekan itu, memperlihatkan kakinya yang panjang dan mulus. Bagian bawah roknya juga terang dan bersih, tidak memakai apapun. Rambut tipis yang halus, seperti sepetak kecil rumput.

Rena menatapku dan menatap bawahnya, lalu tersenyum puas "Sekarang sudah bisa, aku harap kamu bisa menjadi binatang buas!"

Tidak ada pakaian dalam!

Aku hampir tidak bisa menggerakkan mataku, tetapi pemikiranku mengatakan kepada diriku bahwa aku tidak boleh seperti itu, aku berusaha membujuk diri didalam hati, tidak boleh, sama sekali tidak boleh.

Untuk membalas suaminya, Rena berharap bahwa aku bisa menidurinya dengan ganas. Rena melakukan berbagai pose, sebentar-sebentar melebarkan kakinya, sebentar-sebentar berbaring tengkurap dengan punggung menghadapku, sebentar-sebentar duduk di belakangku sambil membelai tubuhku dengan tangannya.

"Tidak boleh! Aku bukan binatang buas," Aku berdiri, Rena memprovokasiku sekarang, aku sudah mulai bereaksi, yang membuatnya membenci perkataan dan perbuatanku yang tidak konsisten, tapi saat ini langsung tertegun.

"Apakah kamu seorang pria!"

Rena sangat marah, Rena telah membuat pengorbanan yang besar dan aku bahkan tidak ingin menyentuhnya.

Aku menarik nafas dalam-dalam: "Kak, jangan merusak dirimu sendiri, jika kamu benar-benar ingin menjalin hubungan denganku, maka harus dengan hati yang tulus, ataupun jadilah wanitaku."

Setengah dari kalimat terakhir hampir mengosongkan tenagaku. Aku merasa diriku sudah gila. Rena adalah adik perempuan Direktur Wijaya dan wanita yang ditakuti oleh Clarisa. Aku bahkan membiarkan dia menjadi wanitaku?

Novel Terkait

Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu