Mbak, Kamu Sungguh Cantik - Bab 24 Pesta
Kecepatan gerakan tanganku tidak cepat, tapi juga tidak lambat, saat aku hampir mencapai bagian itu, saat ini juga tangan kecilnya Cindy yang panas meraih tanganku.
"Jangan … jangan!" nafas Cindy tampak terengah-engah saat ini, dan pada saat yang sama kata-kata yang diucapkan menjadi sedikit samar.
Aku tahu jika situasi seperti ini hanya membutuhkan diriku untuk sedikit lebih proaktif saja, dan aku akan mendapatkan Cindy .
Nafsu semulanya pun sudah banyak menghilang pada saat ini, bagi para pria, berhenti di saat seperti ini pada dasarnya sangat tidaklah mungkin.
Aku punya prinsip sendiri, selama aku belum bercerai dengan Clarisa, aku tidak akan mendapatkan Cindy , pelajaran yang diberikan pada Cindy tadi sudah cukup, jika terus seperti ini, aku sangat takut jika aku tidak bisa menahannya lagi pada saat itu.
Namun kebeteluan sekali, ponselku berdering pada saat ini, aku mengangkat ponsel dan menemukan ternyata adalah Rena, yang akhir-akhir ini terus tidak menghubungiku.
Aku juga tidak tahu apa yang disibukkan Rena selama beberapa waktu terakhir ini, tetapi ketika melihat panggilan itu darinya, aku pun tetap mengangkatnya.
Aku mendorong tubuh Cindy sedikit menjauh dengan lembut dan berkata dengan nada rendah: "mbak Rena , kenapa hari ini kamu bisa memikirkanku?"
Saat ini Cindy masih belum bereaksi, dia langsung menoleh melihatku karena aku mendorongnya, ketika dia melihatku sedang bertelepon, dan baru mendekatkan telinganya untuk mendengarkan.
Bagaimana bisa percakapanku dengan Rena didengar oleh gadis kecil ini, jika membiarkannya mendengar percakapan ini, aku sendiri tidak berani memikirkan hal apa yang akan terjadi.
Aku menahan wajah kecilnya Cindy dan mengerutkan alis kepadanya.
Cindy melihat diriku yang tidak membiarkannya untuk mendengarkan, amarahnya pun menaik dan sebaliknya malah semakin berusaha.
"mbak Rena , aku akan meneleponmu nanti, aku ada urusan sekarang!" ketika aku selesai berbicara, aku langsung menutup telepon.
Aku segera meletakkan ponsel, mengangkat kepala dan melihat Cindy , berpura-pura marah: "Gadis kecil, apa yang ingin kamu lakukan?"
Sebelum Cindy menggila, terdengar suara langkah kaki di lantai bawah, aku tahu Clarisa seharusnya kembali pada saat ini, dan aku tidak bisa menahan untuk merasa lega di dalam hati.
Aku tidak pernah begitu berterima kasih kepada Clarisa seperti saat ini, dia pulang di saat yang sangat tepat, jika dia kembali lebih lambat saja, aku pasti akan diinterogasi oleh Cindy .
Cindy menatapku dengan pandangan mengeluh, lalu dengan enggan berjalan keluar dari kamar.
Tidak lama setelah Cindy pergi, Clarisa sudah sampai di luar kamar, melihat ekspresi wajahnya, aku tahu dia pasti menghadapi masalah yang merepotkan.
Aku tentu saja merasa senang ketika dia menghadapi masalah, tetapi pada saat ini aku juga jarang mengatakan hal ini kepadanya, di hadapan Cindy langsung menelepon Rena.
"Hei, mbak Rena , kamu mencariku ada keperluan apa?" kataku langsung tanpa merendahkan suara.
Terdengar suara Rena dari balik ponsel, berkata: "Rey, malam ini kami punya sebuah pesta, dihadiri oleh banyak teman bisnis, maukah kamu datang? Saling berkenalan."
Mendengar kata-kata ini, aku tidak ragu-ragu dan langsung menyetujuinya, setelah Rena memberi tahu alamatnya, dia pun menutup telepon.
Ketika telepon ditutup, aku menatap Clarisa dan menemukan Clarisa sedang menatapku dengan mata yang membelalak.
"Kamu … beraninya kamu masih berhubungan dengan Rena? Apakah kamu tidak takut mati?" suara Clarisa penuh amarah, seolah-olah dia takut jika aku akan mencari masalah untuknya karena hal ini.
Aku memandang Clarisa, dan sebagian besar bisa menebak apa yang dipikirkannya, hatiku tak tahan untuk mencibir, dan kemudian berbisik: "Clarisa, aku tidak memberitahu masalah terakhir kali itu, tetapi jika mbaknya Rena tahu kali ini, aku tidak akan tahu apakah aku akan memberitahu masalah itu atau tidak."
Ancaman di balik kata-kataku benar-benar terdengar jelas, selama Clarisa bukan orang bodoh, dia pasti bisa memahaminya.
Aku sekarang, bukan lagi pemuda yang baru datang ke Keluarga Maman lagi, selama Clarisa berani melakukan sesuatu yang tidak menguntungkanku, aku pastikan dia akan menerima perlakuan yang sama seperti yang aku dapat.
Aku langsung bangkit berdiri dari tempat tidur, mengenakan pakaian dan turun ke bawah.
Saat ini, Cindy sedang menonton TV di aula, ketika dia melihat aku pergi, dia langsung bergegas menghampiriku dan bertanya dengan nada suara rendah: "Mengapa kamu pergi?"
Aku tahu, gadis kecil Cindy ini pasti menghalangiku di pintu, aku memikirkan satu alasan dan berkata: "Temanku Jeki mengatakan jika dia ada hal penting denganku nanti malam."
Cindy menatapku dengan curiga dan berkata: "Kalau begitu pulanglah lebih awal."
Tidak tahu kenapa ketika aku mendengar kata-kata Cindy ini, ada perasaan hangat di dalam hatiku, aku tersenyum dan mengangguk kepada Cindy lalu pergi.
Aku mengatakan bahwa Jeki ada kepentingan mencariku, seharusnya yang benar adalah aku ada kepentingan mencari Jeki, aku memutuskan mengajak Jeki untuk pergi ke pesta malam ini.
Aku langsung naik taksi dan bergegas menuju ke rumah Jeki.
Sesampainya di rumah Jeki, sudah sekitar jam lima sore, aku sudah menelepon Jeki di jalan sebelumnya.
Ketika aku turun dari mobil, aku langsung melihat bocah Jeki itu yang sedang berdiri di pinggir jalan, aku bergegas berjalan ke depan dan berkata: "Jeki, kamu sekarang bersiap-siaplah, nanti malam kita pergi ke pesta."
Jeki melirikku, mengerutkan sudut bibirnya dan berkata dengan suara rendah: "Aku begini apakah masih harus bersiap-siap?"
Sambil berkata, Jeki menundukkan kepala dan melirik tubuhnya.
Sepertinya Jeki sudah bersiap dengan sangat baik, aku menggaruk kepala dengan canggung dan berkata: "Uh, tidak perlu!"
Tepat ketika aku mengatakan kata-kata ini, Jeki memandangiku dari atas ke bawah, dan berkata kepadaku sambil tersenyum: "Aku lihat sepertinya orang yang harus bersiap-siap bukanlah aku, tetapi kamu."
Sampai dimana ketika Jeki mengatakan kata-kata ini, aku baru memperhatikan pakaianku, yang aku kenakan adalah sebuah T-shirt dan celana jeans.
Aku yang diganggu oleh Clarisa ketika akan keluar tadi, membuatku jadi lupa untuk mengganti pakaian.
Ada pakaianku di rumah Jeki, jadi aku langsung pergi ke rumah Jeki dan berganti pakaian formal, kemudian baru turun ke bawah.
Aku sangat jarang memakai pakaian formal, tapi juga terlihat bagus ketika aku memakainya.
Kemudian kami pun langsung naik taksi dan bergegas menuju tempat yang dikatakan Rena, ketika kami sampai di sana, aku baru tahu ternyata ada tempat seperti ini di kota.
Ini adalah bangunan yang memiliki halaman rumah, jika dilihat dari luar sama sekali tidak ada bedanya, tapi saat ini di pintu halaman sudah penuh dengan berbagai jenis mobil.
Ada banyak mobil mewah di dalamnya, dengan jenis yang harganya puluhan miliar, meskipun aku dulu adalah seorang pecundang, tapi meskipun seorang pecundang juga tidak bisa menghentikan rasa pencinta mobil.
Aku menoleh untuk melihat Jeki, dan menemukan bocah ini telah membelalakan mata dan tampak terkejut.
Karena ketika datang ke sini, aku sama sekali tidak memberi tahu Jeki apa tujuan kami, ketika naik taksi, aku langsung memberikan lokasi kepada pak supir, jadi dari awal sampai akhir Jeki tidak tahu tempat yang akan kami pergi.
Aku melihat Jeki dan berkata sambil tersenyum: "Apakah kamu belum pernah melihat rumah berhalaman yang begitu luar biasa?"
Tepat ketika aku baru bersuara, Jeki langsung menampar pundakku, aku hanya mendengar suara bersemangat Jeki yang bersuara saat ini.
"Gila, Rey, apa kamu tahu tempat apa ini? Bisa-bisanya kamu datang ke sini, ini sangat luar biasa!"
Mendengar kata-kata Jeki, aku tak tahan untuk tertegun, lalu melhat rumah berhalaman di hadapanku, bukankah hanya begitu saja? Hanya ada banyak orang kaya yang datang saja.
Aku langsung berkata: "Apakah di sini begitu langka? Memang kamu belum pernah melihat begitu banyak mobil mewah?"
Aku pikir yang dibicarakan Jeki adalah masalah mobil, tetapi aku pun mengerti apa yang dimaksud oleh Jeki.
"Yaampun, Rey, apakah kamu benar-benar bodoh atau pura-pura bodoh? Tahukah kamu tempat apa ini? Mobil-mobil ini dihitung seperti bola! Bahkan jika kamu mengendarai Ferrari pun belum tentu kamu bisa masuk ke sini." Kata Jeki bersemangat.
Mendengar perkataan Jeki, aku tak bisa menahan diri untuk tidak tercengang, tempat ini bukanlah tempat yang bisa didatangi oleh semua orang kaya?
Memikirkan hal ini, aku jadi semakin penasaran dengan tempat ini, pada saat yang sama aku juga berpikir tentang Rena yang berani mengundangku ke tempat ini, apakah dia tidak takut ketahuan oleh suaminya?
Di tempat yang seperti ini, pasti ada banyak orang yang mengenal suaminya, di lingkungan yang seperti ini terdapat berbagai macam orang, siapapun mengerti tentang kebenaran ini, jika tidak dikerjakan dengan baik, ada orang yang membocorkan sesuatu, mungkin hidupku tidak akan baik lagi.
Pikiran ini muncul dibenakku, dan dihilangkan olehku secara paksa, bahkan diri sendiri pun tidak memberi kepercayaan diri pada diri sendiri, lalu siapa yang bisa memberimu perhatian?
Aku dan Jeki berjalan menuju gerbang rumah berhalaman itu, dan jarak kami hanya ada 20 meter ke pintu gerbang halaman.
Tetapi dalam jarak 20 meter ini, Jeki bertanya padaku sepuluh kali penuh, bisakah kita memasuki tempat ini.
Aku sudah sedikit kesal mendengarnya, biasanya juga tidak melihat bocah Jeki ini begitu cerewet, mengapa hari ini ketika datang ke tempat ini, dia bicara banyak sekali?
Dengan jarak dua puluh meter, kamu dengan cepat mencapai gerbang halaman.
Saat ini, ada dua orang penjaga sedang berdiri di depan gerbang halaman, dilihat dari posisi berdiri mereka bisa diketahui adalah tentara yang pensiun, tubuh yang berdiri sangat tegak.
Ketika aku baru ingin masuk ke dalam, salah satu dari mereka tiba-tiba mengulurkan tangan dan menghentikanku, lalu berkata dengan sopan: "Permisi, apakah kalian ada surat undangan?"
Ketika mendengar dua kata "Surat undangan" ini, aku tidka bisa menahan diri untuk tidak tertegun, Rena juga tidak memberitahuku tentang surat undangan di telepon, aku tersenyum canggung dan berkata: "Maaf, temanku yang mengundangku untuk datang ke sini, sama sekali tidak ada surat undangan."
Sikap penjaga sangat baik, dan tidak bertindak tidak sopan kepada kami karena kami tidak memiliki surat undangan, dan ini membuatku memiliki kesan baik terhadap penjaga itu.
Aku melangkah kembali ke sisi pintu, mengeluarkan ponsel dan menelepon Rena.
Ketika telepon baru terhubung, terdengar suara Rena dari sisinya sana.
"Rey, apakah kalian telah sampai?"
"Ya, mbak Rena , kami baru saja sampai, di sini membutuhkan surat undangan baru bisa masuk ke dalam." Kataku kepada orang yang ada di balik telepon.
"Lihat aku, bagaimana bisa aku melupakan hal ini, kamu tunggu aku sebentar, aku akan segera ke sana!" kata Rena sambil menutup telepon.
Ketika aku baru saja menutup telepon, aku merasa seperti ada sesuatu yang menabrakku, ketika aku menoleh ke belakang, dan menemukan ada seorang pemuda yang menabrakku dari samping.
Aku tanpa sadar langsung mengerutkan kening, dan tepat ketika aku mengerutkan kening, pemuda itu menoleh lalu menatapku sekilas, dia seolah-olah tidak puas dengan tindakanku yang mengerutkan kening, langsung berbalik dan menghampiriku, menatapku dan berkata: "Ada apa?"
Novel Terkait
That Night
Star AngelAdieu
Shi QiLove And Pain, Me And Her
Judika DenadaPerjalanan Selingkuh
LindaThe Revival of the King
ShintaCinta Dan Rahasia
JesslynCinta Tapi Diam-Diam
RossieMbak, Kamu Sungguh Cantik×
- Bab 1 Menjadi Seorang Pria Harus Tahu Menaati Tiga Peraturan Dan Empat Kebijakan
- Bab 2 Diberi Obat
- Bab 3 Berhasil
- Bab 4 Memberitahu Kakakku
- Bab 5 Tidur Di Atas Lantai
- Bab 6 Berpura-Pura Tetapi Melakukan Tindakan Nyata
- Bab 7 Permintaan Rena
- Bab 8 Kecuali Menjadi Wanitaku
- Bab 9 Wanita Ini Mesum
- Bab 10 Aku Memeliharamu Versi Pria
- Bab 11 Kelinci Akan Menggigit Ketika Terpaksa
- Bab 12 Keputusan Ibu Halim
- Bab 13 Tinggal
- Bab 14 Toko Pijat
- Bab 15 Riska Cahyana
- Bab 16 Dua Orang di Rumah
- Bab 17 Cinta Pertama
- Bab 18 Kebetulan
- Bab 19 Istirahat Siang
- Bab 20 Masa Lalu Sandra Suntin
- Bab 21 Trainer
- Bab 22 Kemarahan Jeki
- Bab 23 Toko
- Bab 24 Pesta
- Bab 25 Uang Bukan Segalanya
- Bab 26 Kakak Keempat Yang Berani
- Bab 27 Lukisan Palsu
- Bab 28 Kemampuan Orang Berbudaya
- Bab 29 Gunakan Kekuatanmu
- Bab 30 Ibu Mertua Marah
- Bab 31 Tidak Ada Yang Bodoh
- Bab 32 Rahasia Di Dunia Seni
- Bab 33 Butuh Kakak Membantu Kamu Tidak
- Bab 34 Hubungan Yang Tidak Diketahui Orang
- Bab 35 Seniman Yang Hebat Itu Seniman Yang Telah Meninggal
- Bab 36 Aku Yang Memberikan Kehidupanmu
- Bab 37 Lukisan Rose
- Bab 38 Bertemu Lagi Dengan Elang
- Bab 39 Aku Tidak Mengerti Dengan Cara Pikir Wanita
- Bab 40 Misi Blue Sky Nature
- Bab 41 Ketakutan Wanita Klub Malam
- Bab 42 Lelucon keluarga Halim
- Bab 43 Masih Punya Trik Dan Gaya Bermain
- Bab 44 Video Putriku, Ibu Sudah Melihatnya
- Bab 45 Tolong Tinggalkan Kehidupanku
- Bab 46 Aku Akan Berjuang Dan Tidak Takut Berkorban Demi Jalan Hidupku
- Bab 47 Masalah Posisi
- Bab 48 Perjuangan Sia-Sia Juga Tidak Berguna
- Bab 49 Masalah Sikap Dalam Menangani Masalah
- Bab 50 Tidak Ada Gunanya Berjuang Sia-Sia
- Bab 51 Wanita Yang Hampa. Tamat