Cinta Yang Berpaling - Bab 29 Pemikiran lain
Aku menceritakan kejadiannya kepada Winda. Winda berkata dengan marah: “Orang seperti ini, mengapa Emilia memperkenalkannya padaku, sudah kerterlaluan.”
Setelah berhasil mengagalkan rencana Emilia, aku berkata: “Kak, aku belum pernah memberitahu siapapun tentang hal ini kecuali kamu, sudah cukup jika kamu mengetahui dia orang seperti apa.”
Winda mengangguk, lalu pergi ke ruang tamu bersamaku.
Setelah makan malam di rumah Ibu mertua, Denny Teigen mengundang kami semua untuk pergi bernyanyi. Aku dan Winda langsung menolak, Emilia mengedipkan mata padaku, aku juga berpura-pura tidak melihatnya.
“Pergilah, semua pergilah. Kita sekeluarga juga sudah lama tidak keluar bersenang-senang.” Kata Ibu mertua dengan membujuk.
“Aku sungguh tidak mau pergi.” Winda berkata: “Aku sudah berjanji dengan orang lain nanti, aku pergi dulu.”
“Kak.” Emilia menariknya, lalu bergumam sebentar.
Winda tidak tergerak, Emilia menghampiriku dan berkata: “Suamiku, kamu juga pergi bujuklah kakak, hanya bernyanyi, bagaimanapun harus memberikan wajah kepada pihak lain, bukan. Kalau tidak nanti Ibu akan mengomeli kakak.”
Aku memikirkannya sejenak, lalu pergi berkata kepada Winda: “Kalau tidak pergi saja, lagipula juga sangat membosankan.”
Winda berbalik, dan berkata kepada lainnya: “Aku membatalkan janjiku, ayo pergi.”
Ibu mertua sekeluarga duduk di mobil Audi A6 milik Denny Teigen, aku dan Emilia naik mobil sendiri.
Emilia berkata: “Suamiku, mengapa aku menyadari, Kakak sangat mendengarkanmu dalam segala hal?”
“Adakah?” Aku bertanya dengan bingung: “Bukankah kalian semua sudah membujuknya, aku juga pergi membujuk, jika Kakak tidak pergi lagi, bukankah akan dikucilkan oleh kita sekeluarga.”
“Sedikit masuk akal.” Emilia memikirkannya dan berkata.
Sebenarnya, yang dikatakan Emilia tidak salah, Winda akan mendengarkan semua yang kukatakan. Harus tahu bahwa sifatnya lebih keras, meskipun Ayah mertua bicara begitu banyak, dia juga belum tentu akan mendengarkannya. Tetapi terhadapku, aku juga tidak mengerti.
Di KTV, Denny Teigen mengaturnya dengan baik, memesan minuman untuk Ibu mertua dan Lilis, dan kami yang lainnya minum alkohol. Emilia menekan lagu cinta untuk dinyanyikan Denny Teigen dan Winda, tetapi Winda tidak mau menyanyikannya, jadi Emilia yang pergi menyanyi sendiri.
Ini membuatku merasa tidak nyaman, meskipun ini tidak bisa mencerminkan apapun, tetapi perilaku seperti ini memang sangatlah tidak pantas. Aku juga pergi menekan sebuah lagu, dan meletakkan lagu itu ke bagian atas, begitu Denny Teigen selesai bernyanyi, aku pergi mengambil mikrofon, lalu Emilia menghindar dan tidak ingin memberikannya, berkata dengan keras: “Suamiku, kita bernyanyi bersama.”
“Kakak menyukai lagu ini.” Kataku.
“Kalau begitu, berikan mikrofon ditanganmu kepada Kakak.” Kata Emilia.
Aku hanya bisa bernyanyi bersama Emilia. Selesai bernyanyi, Caesar dan istrinya mengambil mikrofon. Denny Teigen juga tidak menganggur, meletakkan mesin menekan musik dihadapan Ibu mertua, lalu membiarkannya mencari lagu tua untuk dinyanyikan.
Aku duduk disamping Winda, berkata: “Kak, kamu sudah dalam masalah. Denny Teigen berperforma begitu baik, Ibu mertua pasti akan sangat puas dia menjadi menantunya, mulai besok, kamu akan didesak menikah.”
Winda berkata: “Kamu mengira hanya aku yang dalam masalah? Bukankah kamu juga dalam masalah.”
“Apa hubungannya denganku?” Aku bertanya dengan tidak mengerti.
Winda berkata: “Jika Denny Teigen bersama denganku, Ibu memiliki menantu yang berperforma begitu bagus, bukankah kamu akan dibandingkan setiap hari.”
Aku berkata dengan bercanda: “Kalau begitu, kita bergabung saja.”
“Baik.” Winda mengulurkan tangan.
Ketika kami hendak bertepuk tangan, Emilia berjalan kemari lalu menghalangi tangan kami yang diangkat, kemudian duduk dibagian tengah kami. Dia mengangkat gelas, kita bertiga minum bir segelas, setelah itu, Emilia menyeretku duduk di sisi lain.
Setelah meninggalkan KTV, Denny Teigen mentraktir semua orang untuk makan sedikit camilan lagi, lalu mengantar Ibu mertua dan sekeluarga hingga depan pintu rumah baru pergi. Winda bahkan dengan aneh mengajukan untuk mengantar Denny Teigen.
Didalam lift, WInda diam-diam menarik ujung bajuku. Setelah aku mengerti, aku mengajak Emilia untuk bersama-sama mengantar Denny Teigen. Setelah Denny Teigen pergi, Winda juga mengemudi mobil dan pergi.
“Kak, kamu mau pergi kemana?” Emilia bertanya: “Jangan-jangan kamu akan pergi berkencan dengan Denny.”
“Apakah kamu mau pergi?” Winda bertanya dengan sengaja.
“Tidak, aku ada suami.” Emilia memeluk lenganku, kepalanya bersandar di pundakku.
Pulang ke rumah, begitu masuk rumah, Emilia mulai muntah. Aku baru teringat masalah anak, setelah dia keluar, berkata: “Emilia, besok kamu tidak sibuk, kan?”
“Tidak, kenapa? Kamu ingin mengajakku pergi bermain?” Tanya Emilia dengan gembira.
Aku mengangguk: “Baik kalau begitu, besok kita memiliki waktu luang, ayo kita pergi ke rumah sakit untuk memeriksa. Tampaknya, kamu sungguh sudah hamil. Oh iya, Ibu sepertinya tidak begitu mendesakmu belakangan ini?”
Emilia duduk di sofa, mengambil sebuah bantal lalu memeluknya: “Dia tidak punya waktu untuk memperdulikanku beberapa hari ini, para orang tua dikomunitas membuat sebuah organisasi bernama Kelompok Menari Sunset, mereka berlatih menari setiap hari.”
“Oh, besok kita bangunlah lebih awal dan pergi.” Kataku.
Emilia terjerat sesaat, melempar bantalnya, lalu memelukku dan berkata: “Suamiku, aku juga merasa diriku sungguh sudah hamil, tetapi bolehkah kita jangan memiliki anak terlebih dahulu? Tunggu beberapa tahun lagi, aku pasti akan melahirkan banyak anak untukmu.”
“Apakah kamu babi, masih ingin melahirkan banyak anak.” Kataku sambil tertawa.
“Kamu yang babi.” Emilia meletakkan kepalanya ke dalam pelukanku: “Suamiku, kita masih belum melunasi hutang, jika sekarang memiliki anak, maka kapan kita bisa melunasi hutangnya? Bisakah kamu mempertimbangkan dengan baik sebentar?”
Masalah yang disebutkannya, sungguh sudah menyulitkanku. Uang adalah kunci dari segalanya. Jadi aku berkata: “Kita bicarakan lagi setelah pemeriksaan besok.”
“Baik.” Emilia menjawab, lalu mengulurkan tangan: “Suamiku, gendong aku pergi mandi.”
Setelah aku mengantar Emilia masuk ke dalam kamar mandi, berbalik badan dan bersiap pergi, tetapi dia tiba-tiba menarikku, lalu aku bertanya dengan bingung: “Apa maksudmu, masih perlu aku membantumu melepas pakaian?”
Emilia berkata dengan manja: “Suamiku, ayo kita mandi bersama.”
Pikirkanku bersinar, mengapa tidak mengatakan lebih awal ide bagus ini. Segera masuk ke dalam kamar mandi, menutup pintu. Setelah selesai mandi, aku menggendongnya kembali ke kamar, setelah berbaring, Emilia berinisiatif mulai panas, aku menahan diri, berkata: “Tidak boleh, harus memikirkan anak.”
“Huh, meskipun aku sudah hamil, juga hanyalah satu atau dua bulan, tidak apa-apa.” Emilia berkata dengan acuh tak acuh.
Aku menutupi wajah: “Sungguh tidak boleh.”
Emilia memukuliku dua kali, lalu masuk ke dalam selimut, setelah beberapa saat, perasaan aneh membuatku seperti disetrum listrik, pada akhirnya aku tidak bisa menahannya, dan bersenang-senang dengannya.
Setelah selesai, aku bertanya dengan perhatian: “Emil, perutmu tidak sakit, kan?”
“Tidak apa-apa.” Emilia meringkuk dalam pelukanku: “Suamiku, sebentar lagi, aku masih mau.”
Setelah memikirkannya, aku bangkit dan bertanya: “Emilia, kamu memaksa melakukan hal ini, jangan-jangan ingin menggunakan cara ini untuk mengugurkan anak?”
Emilia tertegun, ikut bangkit dan membantah: “Rey, kamu bicara sembarangan, apakah aku orang seperti itu? Apakah kamu tidak tahu betapa baiknya aku? Terlebih lagi, anak ini adalah anakku sendiri.”
Setelah berbicara, dia mulai menangis. Aku segera menenangkannya, menyuruhnya untuk berbaring dan tidur. Jika berdebat lagi, hal selanjutnya tidak bisa dibicarakan lagi.
Ketika kami pergi ke rumah sakit untuk memeriksa, Emilia juga memanggil Caesar dan istrinya, ketika sedang mengemudi menuju tempat parkir, Cherry Onsu menelefon.
“Kalian pergilah dulu, aku akan menjawab telefon sebentar.” Kataku sambil memegang ponsel.
Setelah mereka berjalan lebih jauh, aku baru menjawab telefonnya, Cherry Onsu mengatakan dirinya sakit, sedikit parah, dan Fenny sedang keluar bersenang-senang, lalu bertanya padaku apakah bisa menemaninya pergi ke rumah sakit.
Novel Terkait
Istri Yang Sombong
JessicaMenantu Hebat
Alwi GoStep by Step
LeksHidden Son-in-Law
Andy LeeMy Beautiful Teacher
Haikal ChandraPria Misteriusku
LylyKamu Baik Banget
Jeselin VelaniCinta Yang Berpaling×
- Bab 1 Mempelai Perempuan Menghilang
- Bab 2 Pengganti
- Bab 3 Kesalahpahaman Pertama
- Bab 4 Pemeriksaan Kamar
- Bab 5 Keluarga
- Bab 6 Meminjam Uang
- Bab 7 Pertemuan Kembali Dengan Cinta Pertama (1)
- Bab 8 Pertemuan Kembali Dengan Cinta Pertama (2)
- Bab 9 Mabuk
- Bab 10 Canggung
- Bab 11 Dinas
- Bab 12 Curiga
- Bab 13 Keadaan Darurat
- Bab 14 Kecelakaan 1
- Bab 15 Kecelakaan 2
- Bab 16 Bangga
- Bab 17 Tamu Tidak Diundang
- Bab 18 Salah Paham
- Bab 19 Pipi Yang Berlinangan Air Mata
- Bab 20 Tersesat
- Bab 21 Bercerai
- Bab 22 Bercerai? (2)
- Bab 23 Tidak menjawab telefon
- Bab 24 Tidak menyukai (1)
- Bab 25 Tidak menyukai (2)
- Bab 26 Hal yang tidak berarti
- Bab 27 Dekat
- Bab 28 Perjodohan
- Bab 29 Pemikiran lain
- Bab 30 Membingungkan
- Bab 31 Tidak Boleh Sembarangan Melihat
- Bab 32 : Kebohongan Putih
- Bab 33 Menyatakan Perasaan
- Bab 34 Bercerai Tanpa Membawa Harta
- Bab 35 Tidak Akan Menyerah
- Bab 36 Urusan Rumah Sulit Diselesaikan
- Bab 37 Diberi Hati Minta Jantung
- Bab 38 Serangan Balasan
- Bab 39 Sulit untuk dijelaskan
- Bab 40 Panggilan Video