Cinta Yang Berpaling - Bab 1 Mempelai Perempuan Menghilang

Satu hari setelah aku menikah dengan Emilia, keesokan harinya pernikahan kami hampir saja akan langsung berakhir. Hal ini sangat klise memang. Dia menghilang pada malam sebelum kami menikah. Kejadian semacam ini sering kali dijumpai dalam drama drama di televisi, dan membuat hatiku menjadi tidak tenang. Tidak salah memang, Emilia memiliki seorang mantan yang sangat dia cintai, meskipun laki laki itu pergi ke Hongkong setengah tahun yang lalu, tapi tidak bisa dijamin jika dia akan kembali.

Satu satunya hotel bintang lima di Kota Minasa, kilauan sorot lampu di gedung lantai tiga yang lengkap dengan dekorasi pernikahan yang mewah dan megah sudah dipenuhi oleh kerumunan tamu. Aku masih berbolak balik dengan cemas di depan pintu masuk aula dengan tatapan kedua mataku yang terarah pada satu satunya foto pernikahan yang dipajang di depan pintu. Di dalam foto itu, Emilia terlihat mengenakan pakaian pengantin berwarna putih sedang duduk di atas kursi, senyumnya mengembang sangat bahagia di wajahnya, sedangkan aku terlihat berdiri di belakang kursi sambil menundukkan kepalaku menatapnya. Pemandangan itu terlihat sangat membahagiakan, tapi kenyataannya?

“Sebenarnya dia pergi kemana, teleponnya juga dimatikan, Keluarga Tanjung benar benar dibuat malu oleh kelakukannya.” Kakak Perempuan Emilia yang bernama Winda berjalan keluar dari dalam aula dengan kedua tangan di tekuk di depan dada menggerutu kesal.

“Kak, jangan cemas, aku sudah meminta beberapa temanku untuk mencarinya, kakak masuk dulu saja dan temani ibu, jangan sampai ibu juga menjadi cemas.” Hatiku sudah dibuat sangat kesal, tapi masih menyempatkan diri untuk menenangkannya.

Mertuaku, Farhan hanya memiliki dua putri, selain raut wajah mereka yang hampir serupa, mereka berdua tidak memiliki kemiripan lainnya. Ditempatnya bekerja, Winda dikenal sebagai pribadi yang ramah dan mudah bergaul, dia menganggapku layaknya adik kandungnya sendiri. Jadi aku memiliki penilaian yang baik terhadapnya.

“Kamu juga jangan terlalu cemas.” Winda menepuk pundakku, dan berkata penuh perhatian, “Kita tunggu satu jam lagi, jika dia masih tidak kunjung datang, maka kita lapor polisi.”

Aku menganggukkan kepala, setuju. Setelah Winda masuk ke dalam, aku menyandarkan punggungku di tembok, dan mencoba untuk menghubungi telepon Emilia.

“Maaf, nomor yang anda tuju sedang tidak aktif.”

Tanpa menunggu operator menyelesaikan kalimatnya, aku langsung mengakhiri panggilan begitu saja. Tanganku mulai menyalakan sebatang rokok, belum menghisapnya beberapa kali, Winda kembali keluar dari dalam, dan memintaku untuk bersiap siap, setelah itu aku dan dia berjalan melewati pintu lain bersama dengannya untuk masuk ke dalam aula.

Saat mendorong pintu ruangan persiapan, ayah mertua dan wedding organizer sudah berada di dalam. Wedding organizer menyarankan agar kita melakukan beberapa pertunjukan untuk mengulur waktu.

“Ayah, ibu, bagaimana menurut kalian?” Aku bertanya kepada ayah dan ibu mertuaku.

Ayah mertua menganggukkan kepalanya, setuju, kemudian berkata kepada pihak wedding organizer, “Lakukan seperti apa yang kalian katakan.”

Pihak wedding organizer keluar dari dalam ruangan, dan aku juga berencana untuk keluar, tapi tiba tiba ayah mertua menghentikan langkahku. Dia memintaku dan Winda untuk duduk. Tanganku langsung menyodorkan sebatang rokok untuknya. Ayah mertua melirik kami berdua sekilas, kemudian memaksakan diri untuk mengatakan, “Emilia benar benar sangat keterlaluan, hal besar seperti pernikahan ini pun dia berani beraninya menghilang. Jika satu jam lagi dia masih tidak muncul, maka aku hanya bisa mengambil keputusan akhir.”

Aku dan Winda menatap ayah mertuaku, dia menghentikan perkataannya sejenak, kemudian kembali mengatakan, “Winda, kamu dan adikmu sangat mirip, jika kamu merias wajahmu maka kamu tidak ada bedanya dengan Emil, aku berencana, jika sampai pukul dua nanti Emil masih belum kembali, maka kamu akan menjadi Emil, dan melakukan resepsi pernikahan.”

“Ayah, bagaimana bisa seperti itu.” Tanpa menunggu ayah mertua menyelesaikan perkataannya, aku langsung membantah, “Jika seperti itu aku akan merasa sangat bersalah kepada kakak.”

Ayah mertua menghisap rokok di tangannya, wajahnya terlihat tidak berdaya, “Tidak ada cara lain lagi, kerabat dan rekan kerja sudah hadir, jika pernikahan kalian tidak dilangsungkan, maka hanya akan menjadi bahan cemoohan mereka nantinya, dan akan menjadi hal yang sangat memalukan bagiku seumur hidup. Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi, katakan saja, apakah kalian setuju atau tidak.”

Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan saat ini, logika macam apa aku menikah dengan kakaknya calon mempelai perempuanku?

“Ayah, aku setuju.” Tiba tiba Winda mengiyakan rencana ayah mertua.

Aku menatapnya dengan wajah penuh ketidakpercayaan, sedangkan Winda hanya menjawab dengan sangat tenang, “Rey, ini bukan hanya masalah tentangmu saja, ini menyangkut kedua keluarga kita, demi menenangkan keadaan, tidak apa jika aku harus berkorban sedikit saja, tentu saja kamu juga harus menyanggupinya.”

“Baiklah jika seperti itu.” Aku beranjak, dan membungkuk di depannya, mengucapkan terimakasih, “Kak, terimakasih.”

Winda langsung mendekat, dan menarikku agar bangkit, “Rey, jangan seperti ini, kita itu satu keluarga. Aku ini kakakmu, sudah seharusnya aku membantumu.”

“Rey, kenapa kamu bahkan tidak bisa menjaga satu orang saja. Masalahnya sampai seperti ini, semua karena kamu hanya lulusan pascasarjana.” Ucap Anna, ibu Emilia.

Ibu mertuaku ini memang selalu meremehkanku, begitu terjadi sesuatu, dia langsung melimpahkan semua kesalahannya kepadaku. Sejak memutuskan pernikahan sampai sekarang, dia selalu saja menyudutkanku berkali kali. Jika mengikuti pemikiran dan keputusannya, maka Emilia tidak akan menikah denganku. Hanya saja karena semua keputusan ada pada ayah mertua, jadi dia tidak bisa ikut campur. Dia hanya bisa diam dan mengikuti apa yang sudah diputuskan.

“Sudah, anak perempuanmu itu seperti itu karena sudah dimanjakan olehmu sejak kecil.” Ayah mertua kembali menimpali.

Ayah mertua sedikit dibuat kesal, dia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya, dan mengatakan, “Masih ada waktu sekitar setengah jam, Rey, panggil pihak wedding organizernya untuk membantu Winda bersiap siap.”

“Baik.” Aku langsung beranjak dan melangkahkan kakiku keluar ruangan.

Setelah mengatakan semuanya kepada wedding organizer, aku kembali menuju ke depan pintu masuk, dan mencoba kembali menghubungi Emilia, ternyata teleponnya masih tidak bisa dihubungi. Hal itu membuatku tersenyum getir, di hari besar pernikahan mempelai perempuan menghilang, dan pernikahan akan digelar dengan kakak perempuan dari mempelai perempuan. Sebenarnya dalam hatiku masih berharap agar Emilia segera kembali, walau di menit menit terakhir. Aku tidak ingin membuat ayah mertua menanggung malu jika sampai pernikahan ini tidak jadi dilakukan, dan aku juga tidak akan mampu menahan malu karena hal ini. Setelah lulus kuliah, aku mengajar di kampus, jika hal ini sampai tersebar luas, maka aku mungkin akan jadi bahan tertawaan semua orang di kampus.

Waktu hanya tersisa 5 menit lagi, aku masih mencoba untuk menghubungi Emilia berkali kali, tapi tetap saja teleponnya tidak bisa dihubungi.

“Pak Rey, waktunya sudah tiba, silahkan segera masuk ke dalam.” Pihak wedding organizer datang dan mengingatkanku.

Aku menutup telepon, terdiam sejenak sebelum melangkahkan kakiku masuk ke dalam ruang persiapan. Saat melihat Winda, aku seketika dibuat terkejut, aku mengira jika Winda adalah Emilia yang sudah kembali.

“Rey, apa kakak cantik?” Winda memperlihatkan gaun yang dia kenakan di depanku.

Aku mengamatinya dari atas sampai bawah, dan Winda yang mengenakan gaun pengantin benar benar terlihat sangat menakjubkan. Di bawah balutan gaun berwarna putih yang membalut tubuh semampainya, ditambah dengan senyuman tulus yang menggantung di wajahnya membuat kecantikannya tidak terbantahkan.

“Hei, kamu terpana sampai membuatmu menjadi bodoh ya.” Winda melangkahkan kakinya ke depanku, melambai lambaikan tangannya di depan wajahku.

Aku kembali tersadar, dan berkata, “Kak, ayo, waktunya sudah tiba.”

Winda tersenyum, dan tangannya langsung menggandeng tanganku. Hatiku sedikit terkejut akan sikapnya itu, dan membuatku tidak sanggup untuk berkata kata.

Aku dan Winda berjalan perlahan di bawah arahan pihak wedding organizer, setelah itu, kita berdua terpisah, aku berdiri di sebelah kanan pintu keluar, dan Winda berdiri di sebelah kiri pintu keluar aula.

Setelah nama kita berdua disebut, aku langsung melangkahkan kakiku, di bawah bimbingan pembawa acara, aku mengucapkan beberapa patah kata terimakasih kepada para tamu yang sudah hadir. Setelah itu, pembawa acara memanggil nama Emilia, dan semua orang menjatuhkan pandangan kepadanya. Winda melangkahkan kakinya perlahan, dan banyak orang yang mulai berbisik bisik.

Hal itu membuat hatiku menjadi gugup, bagaimanapun juga dia adalah Winda, bukan Emilia. Dia berjalan sampai ujung karpet merah, berjalan ke arahku dengan menggandeng lengan ayah mertua. Ayah mertua menyerahkan tangan Winda kepadaku, dan mengatakan beberapa patah kata. Jawabanku benar benar terdengar sangat lemah.

Aku sadar benar akan setiap proses yang dijalani, dan aku terlihat sangat kaku dalam setiap prosesi. Saat resepsi pernikahan hampir selesai, tiba tiba aku melihat Emilia muncul di depan pintu masuk aula. Aku sangat senang sekaligus gugup, takut takut akan melakukan kesalahan di saat saat terakhir acara. Untung saja bayangan sosok Emilia menghilang karena ditarik oleh beberapa orang disana.

Novel Terkait

King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu