Cinta Yang Berpaling - Bab 24 Tidak menyukai (1)
Ketika Cherry Onsu pergi mengambilkan minuman untuk kami, Fenny duduk di sebelahku, dan masih meletakkan tangannya di bahuku, lalu bertanya seperti sahabat cowok: “Guru Rey, berencana kapan akan bercerai?”
Aku bergeser ke samping sedikit: “Kapan aku mengatakan akan bercerai.”
Fenny membuka mulutnya: “Rey, dasar kamu tidak berguna. Istrimu sudah seperti itu dengan orang lain, dan kamu masih tidak bercerai?”
“Kamu berharapku bercerai?” Aku bertanya balik.
Fenny menunjuk Cherry Onsu yang sedang menuangkan air, lalu berkata dengan suara kecil: “Dia sudah ditunda olehmu begitu lama, apakah kamu tega membiarkannya terus menunggu seperti ini?”
Aku menoleh dan melihat sekilas Cherry Onsu, dia membawa air dan tersenyum sepanjang waktu. Hatiku gemetar, menoleh kembali dan mengalihkan topik dengan Fenny.
Berada di rumah Cherry Onsu hingga jam enam, Fenny mengajak beberapa temannya yang membantu memukul Denny Teigen pergi ke sebuah restoran. Aku bersulang kepada mereka dan berterima kasih. Salah satu diantaranya yang bernama Sandy sangatlah loyal dan terus terang, mengatakan lebih buruk, sedikit mencari keuntungan.
Setelah makan, Sandy dan lainnya berencana pergi bermain mahjong, tetapi di hentikan oleh Fenny, kemudian menelefon beberapa teman cewek untuk pergi ke KTV bersama. Meminum beberapa gelas alkohol, Fenny berlari kemari dan duduk diantaraku dan Cherry Onsu, dia langsung menyingkirkan Cherry Onsu kesamping.
Fenny mengangkat gelasnya dan berkata: “Rey, ayo kita minum. Nanti aku memiliki perkataan untuk dikatakan denganmu.”
Aku sudah menebak apa yang akan dia katakan, bersulang dan meminumnya. Fenny segera terjatuh lagi, aku mendekati telinganya dan berkata: “Kamu tidak mengatakan perkataan itu lagi.”
Fenny berkata: “Aku masih belum mengatakannya, kamu tahu apa yang akan kukatakan?”
Aku mengangguk, Fenny melihatku dengan mencemooh. Lalu meminum beberapa gelas denganku, kemudian dia mendekatiku, jika yang tidak tahu, masih mengira kami berdua memiliki hubungan istimewa. Aku mendorongnya beberapa kali, tetapi tidak bisa menyingkirkannya. Didalam ruangan ada sebelas orang, dua-dua orang bersama, tersisa Cherry Onsu yang duduk sendirian disamping dan tak berbicara.
Di tengah-tengah, aku pergi ke kamar mandi, setelah kembali duduk di samping Cherry Onsu, lalu Fenny segera menghampiri, dan mengusir Cherry Onsu ke sisi lain lagi.
Ini membuatku sangatlah tidak nyaman, dan bertanya: “Fenny, apa maksudmu?”
“Tidak ada, hanya mencarimu untuk minum.” Fenny mengangkat gelas lalu memberikannya padaku.
Aku mengambilnya dan meminumnya sampai habis, aku tahu tidak bisa mengelak dari perkataannya hari ini. Jadi meletakkan 3 botol bir di hadapanku, menunjuk dan berkata: “Aku minum 3 botol sekaligus, dan keadaanku masih lumayan. Jika kamu memiliki sesuatu untuk dikatakan maka ikuti aku, oke?”
“Baik.” Fenny mengacungkan jempol kepadaku.
Saat aku sedang minum dengan botol bir, orang-orang menghampiri dan mulai bersorak. Setelah minum 3 botol, mereka masih ingin bersulang padaku tetapi di usir pergi oleh Fenny. Aku bersandar di kursi, Fenny menghampiri dan berkata: “Kalau begitu, aku akan mulai mengatakannya.”
Aku mengangguk. Fenny menarik tanganku, membawaku berjalan keluar, aku hanya bisa mengikutinya, dia mencari sebuah ruangan kecil yang tidak ada orang, lalu menutup pintu dan berkata: “Hari ini, kita dibicarakan disini saja.”
“Katakanlah.” Aku mengeluarkan rokok, setelah menyalakan rokok, aku menyerahkan sebatang rokok untuknya.
Fenny melipat satu kakinya, merokok, lalu mengeluarkan asap, setelah beberapa saat berkata: “Rey, kamu sendiri juga tahu, bertahun-tahun telah berlalu, didalam hati Cherry masih ada kamu, selain kamu, dia tidak pernah bersama pria lain lagi. Apakah hatimu tidak memiliki sedikitpun rasa bersalah?”
“Bukan hanya ada, tetapi masih sangat dalam.” Kataku.
Fenny melanjutkan: “Karena rasa bersalahmu sangat dalam, maka kamu seharusnya melakukan sesuatu untuk menebusnya.”
Aku bertanya dengan terus terang: “Maksudmu ingin aku bercerai dengan Emilia, kemudian menikah dengan Cherry?”
Fenny mengangguk: “Ya, pernikahanmu dan Emilia dari awalnya adalah hubungan berakhir tragis, apakah kamu benar-benar ingin terus menahannya? Rey, kamu telah mendapatkan apa yang kamu inginkan dari keluarganya, sekarang Ayah mertuamu sudah tidak ada, kamu ingin melakukan apapun, tidak ada orang yang bisa mengendalikanmu lagi.”
Aku tertawa dingin beberapa kali, Fenny bertanya dengan aneh mengapa aku tertawa dingin. Aku berkata: “Ternyata, aku dihatimu adalah orang yang begitu rendahan.”
“Ini kamu yang mengatakannya sendiri, aku tidak mengatakannya.” Fenny membantah.
Aku terlalu malas untuk memperhitungkan hal ini dengannya, memberitahunya pemikiran didalam hatiku dengan tulus. Karena Ayah mertua sangat baik padaku, dan menduga Emilia melakukan hal berdosa diluar tanpa memiliki bukti nyata yang bisa dipercaya, dan juga ketulusannya itu, membuatku kita tidak menceraikannya, dan terlebih lagi, kami memiliki perasaan satu sama lain. Aku juga tidak ingin dimarahi melupakan kebaikan orang karena sesuatu hal.
Fenny sedikit tidak sabaran, jari-jarinya menyentuh rambut, lalu terburu-buru berkata: “Rey, ketika di hari pernikahanmu, dia menghilang begitu lama, tidak bisa dihubungi, dan beberapa hari lalu, kita melihatnya pergi ke sebuah hotel dengan seorang pria, apakah sudah begitu jelas, masih tidak cukup membuktikan dia mengkhianatimu? Apakah kamu mencintainya begitu dalam, hingga bisa melupakan perbuatan salah yang dilakukannya kepadamu?”
Perkataan ini bahkan lebih buruk dari sebelumnya, aku mengulurkan tangan dan menghentikannya, berkata: “Fenny, aku tidak memiliki bukti pengkhianatannya, Ayah mertuaku baru saja meninggal, jika aku bercerai, bagaimana orang lain akan membicarakanku, mengataiku? Jika kamu bisa melihat hal ini dari sudut pandangku, maka kamu bisa memahamiku.”
Fenny terdiam beberapa saat, nada bicaranya tidak begitu tegas lagi: “Kalau begitu….aku tidak akan menanyakan hal-hal itu lagi. Hari ini aku mencarimu hanya ingin menanyakan satu hal kepadamu. Cherry sudah menunggumu selama bertahun-tahun, saat kamu menyukai orang lain, dia menjauh darimu, jika kamu memiliki kesulitan, dia akan membantumu sekuat tenaga. Menurutmu, seumur hidup ini kamu bisa berjumpa berapa gadis yang seperti ini. aku merasa sekarang kamu seharusnya memberinya sebuah penjelasan.”
Aku menghela nafas, berkata: “Fenny, aku tahu semua ini, tetapi aku sungguh tidak mungkin dengan Cherry. Seumur hidup hanya bisa berhutang padanya, kamu yang paling berhubungan baik dengan Cherry, kamu bujuklah Cherry, menyuruhnya mencari seseorang yang cocok untuk jatuh cinta dan menikah.”
“Hehe.” Fenny tertawa dingin: “Jika dia bersedia, sudah mencarinya dari awal. Didalam hatinya hanya ada kamu. Aku juga tidak tahu apa yang dipikirkannya, seolah-olah didunia ini hanya ada tersisa kamu seorang pria baik.”
Perkataan ini, aku tidak bisa menjawabnya. Setelah beberapa saat, Fenny bertanya lagi: “Rey, jika kamu menemukan bukti Emilia mengkhianatimu, apakah kamu akan bercerai?”
“Omong kosong.” Aku berkata dan menyalahkan sebatang rokok lagi.
Fenny mengangguk, berdiri dengan memapah kursi: “Baiklah, aku sudah mengerti….ayo pergi, kita kembali minum dan bernyanyi.”
Aku menarik Fenny, menyuruhnya duduk di sebelahku. Dia memiringkan tubuh, kaki panjang yang mengenakan rok pendek sangatlah menyilaukan di ruangan gelap ini.
Aku berkata: “Karena sudah membicarakannya, maka mengobrollah sebentar lagi. Hatiku juga memiliki sesuatu yang ingin di curhatkan, tetapi hanya belum mendapatkan kesempatan untuk mengatakannya.”
“Katakanlah.” Kata Fenny.
Aku memberitahunya hal tentang aku mengira Winda adalah Emilia, dan perubahaan keadaan dirumah belakangan ini. Sudah mengatakannya keluar, ada semacam kenyamanan yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.
Fenny menatapku selama beberapa detik, lalu bertanya dengan serius: “Rey, jadi apakah ada sesuatu antara kamu dan kakaknya Emilia?”
Aku tidak bisa berkata-kata, hanya bisa berkata dengan sabar: “Jika ada, apakah aku memberitahumu disini?”
“Benar juga.” Fenny berkata: “Kamu dirumah itu, intinya seperti domba liar jatuh ke sarang serigala. Baiklah, ayo kita kembali ke ruangan sana.”
Ketika kamu berjalan berdampingan, aku berkata: “Fenny, jika lain kali ada sesuatu maka katakanlah langsung, jangan minum dulu. Membuat seolah-olah kita berdua memiliki sesuatu yang tidak nyaman untuk dikatakan.”
Fenny berkata: “Bukankah berkata jujur setelah minum? Aku hanya ingin kamu minum lebih banyak, lalu melihat apakah didalam hatimu ada Cherry.”
“Minum atau tidak, aku tetap akan mengatakan sejujurnya.” Kataku.
Setelah memasuki ruangan, Fenny menarikku ke samping Cherry, memeluk kepala kami berdua, mendekat dan berkata: “Kalian berdua bersenang-senanglah.”
Kemudian dia pergi bersenang-senang dengan orang lain. Aku dan Cherry duduk bersama dan tidak berbincang untuk waktu yang lama, setelah membicarakan hal itu dengan Fenny, rasa bersalahku terhadap Cherry Onsu menjadi lebih dalam, jadi tidak tahu harus berkata apa. Tiba-tiba dia bertanya padaku, aku tidak mendengar dengan jelas, berkata: “Cherry, uang yang kupinjam darimu, aku pasti akan mencari cara untuk melunasinya.”
“Siapa yang mengungkit uang denganmu.” Cherry Onsu mengeraskan suaranya, berkata: “Aku bertanya padamu, apakah terburu-buru untuk pulang?”
Aku menggelengkan kepala: “Ada apa, kamu sudah ingin pulang?”
Cherry Onsu mengangguk, aku pergi mengatakannya kepada Fenny sebentar. Mata Fenny bersinar sebentar, menyuruh kami duluan kembali, mereka masih ingin bersenang-senang sebentar. Setelah aku bersulang pada mereka, aku meninggalkan ruangan dengan Cherry Onsu. Dan orang yang bernama Sandy itu mengantar kami sampai depan pintu, dan masih berkata dengan loyal, jika nanti memiliki masalah lagi katakanlah padanya.
Novel Terkait
Harmless Lie
BaigeStep by Step
LeksThe Revival of the King
ShintaSi Menantu Dokter
Hendy ZhangCinta Dibawah Sinar Rembulan
Denny AriantoCinta Yang Berpaling×
- Bab 1 Mempelai Perempuan Menghilang
- Bab 2 Pengganti
- Bab 3 Kesalahpahaman Pertama
- Bab 4 Pemeriksaan Kamar
- Bab 5 Keluarga
- Bab 6 Meminjam Uang
- Bab 7 Pertemuan Kembali Dengan Cinta Pertama (1)
- Bab 8 Pertemuan Kembali Dengan Cinta Pertama (2)
- Bab 9 Mabuk
- Bab 10 Canggung
- Bab 11 Dinas
- Bab 12 Curiga
- Bab 13 Keadaan Darurat
- Bab 14 Kecelakaan 1
- Bab 15 Kecelakaan 2
- Bab 16 Bangga
- Bab 17 Tamu Tidak Diundang
- Bab 18 Salah Paham
- Bab 19 Pipi Yang Berlinangan Air Mata
- Bab 20 Tersesat
- Bab 21 Bercerai
- Bab 22 Bercerai? (2)
- Bab 23 Tidak menjawab telefon
- Bab 24 Tidak menyukai (1)
- Bab 25 Tidak menyukai (2)
- Bab 26 Hal yang tidak berarti
- Bab 27 Dekat
- Bab 28 Perjodohan
- Bab 29 Pemikiran lain
- Bab 30 Membingungkan
- Bab 31 Tidak Boleh Sembarangan Melihat
- Bab 32 : Kebohongan Putih
- Bab 33 Menyatakan Perasaan
- Bab 34 Bercerai Tanpa Membawa Harta
- Bab 35 Tidak Akan Menyerah
- Bab 36 Urusan Rumah Sulit Diselesaikan
- Bab 37 Diberi Hati Minta Jantung
- Bab 38 Serangan Balasan
- Bab 39 Sulit untuk dijelaskan
- Bab 40 Panggilan Video