Cinta Yang Berpaling - Bab 30 Membingungkan

Hal ini tidak boleh ditunda, jadi aku menyetujuinya. Setelah bertemu dengan Emilia, aku berkata: “Emil, bisakah kamu pergi bersama Caesar dan istrinya? Aku ada sedikit urusan untuk pergi ke sekolah sebentar.”

“Kalau begitu, kamu antarlah kami ke rumah sakit terlebih dahulu baru pergi.” Kata Caesar.

Emilia berkata: “Pergilah jika ada urusan, aku bisa pergi memeriksa dengan Caesar dan istrinya.”

“Sudah merepotkanmu, ongkosnya biarkan kakak keduamu yang membayarnya.” Aku mengambil sebatang rokok lalu memberikannya ke Caesar.

Dia melihat kotak rokok ditanganku, mengulurkan tangan dan merebutnya: “Semuanya berikan padaku.”

Ketika tiba di rumah Cherry Onsu, melihat dia sangat lemas, mengenakan piyama, dan terbatuk tanpa henti.

“Kapan mulai seperti ini, mengapa tidak menelefonku lebih awal?” Tanyaku.

Cherry Onsu berkata: “Aku mulai sakit tengah malam kemaren, aku juga tidak tahu mengapa bisa seperti ini.”

Aku menyentuh dahinya menggunakan punggang tanganku, sedikit panas. Aku berkata: “Kamu sudah demam, aku akan mengantarmu ke rumah sakit sekarang.”

“Aku pergi mengganti baju.” Kata Cherry Onsu.

Setelah mengambil nomor antrian Cherry Onsu dirumah sakit, aku membawanya menemui dokter. Setelah Dokter memeriksa, mengatakan ini adalah sakit yang mendadak, setelah suntik, pulanglah dan minum obat sudah bisa.

Ketika Cherry Onsu disuntik, aku pergi mengambil obat untuknya. Setelah selesai mengurus semua ini, aku mengantarnya pulang ke rumah. Karena mau naik tangga, aku mengatakan akan menggendongnya.

Cherry Onsu menggelengkan kepala, berkata: “Aku bisa melakukannya sendiri.”

“Ayolah, aku juga bukan tidak pernah menggendongmu.” Aku menghadapkan punggung kepadanya.

Setelah Cherry Onsu bersandar di punggungku, aku dengan mudah menggendongnya ke punggungku, dia sangat ringan. Aku sambil naik tangga, sambil bertanya: “Cherry, kamu tidak tumbuh selama beberapa tahun ini, masih sangatlah ringan.”

“Kamu masih ingat seberapa beratnya aku dulu……batuk,batuk,batuk.” Cherry Onsu bertanya dengan lemas.

“Tentu saja ingat, waktu itu kamu 50 kg.” Aku tidak perlu mengingatnya juga sudah terpikirkan: “Waktu itu, kamu sering mengatakan apakah dirimu terlalu berat.”

“Memanglah berat.” Cherry Onsu berkata: “Batuk……bukankah cewek seharusnya adalah 40 an kg?”

Aku berkata sambil tersenyum: “Kamu juga tidak memikirkannya, kamu sangatlah tinggi, berat ini sudah tepat, jika hanya 40 an kg, maka akan kurus hingga kulit membalut tulang, menggendongmu juga akan merasakan tulang.”

“Hihi…..sekarang aku sudah 49,5 kg, sebenarnya tidak jauh berbeda dari sebelumnya.” Cherry Onsu bersandar dipunggungku, berkata: “Seberapa berat Emiliamu?”

“Aku tidak tahu, tidak jauh berbeda denganmu, dia juga kira-kira setinggi kamu.” Aku sungguh tidak tahu seberapa berat Emilia.

Memasuki rumah, aku langsung membaringkan Cherry Onsu ke tempat tidur, menyelimutinya dengan baik, lalu bertanya: “Ingin makan apa, aku akan pergi membuatkannya untukmu.”

“Aku ingin makan hotpot, yang sangat pedas.” Cherry Onsu berkata dan mulutnya digerakkan.

Aku tidak tahu cara membuat hotpot, setelah berpikir sejenak, berkata: “Kalau tidak, kamu istirahatlah sebentar, lalu meminum obat, nanti aku akan membawamu pergi makan.”

“Baik.” Cherry Onsu mengangguk, lalu bertanya dengan cemas: “Kalau tidak lupakan saja, hari ini adalah hari sabtu, kamu pulang dan temani Emilia saja.”

“Dia pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Adiknya pergi bersamanya.” Aku berkata: “Kamu tidak perlu memikirkan hal ini, aku akan pergi menuangkan air untukmu untuk meminum obat, setelah sedikit membaik, kita akan pergi makan.”

Melihat Cherry Onsu meminum obatnya, aku pergi ke ruang tamu untuk menelefon Emilia, tetapi Caesar yang menjawabnya, mengatakan Emilia sedang melakukan pemeriksaan, menyuruhku pergi sibuk saja, dia akan menjaga kakak keduanya dengan baik.

Menutup telefon, aku berpikir seharusnya sudah harus menemukan kesempatan untuk memberi pelajaran kepada Caesar, dia selalu bertindak dihadapanku seperti bos.

Aku beristirahat di ruang tamu beberapa saat, ingin masuk untuk menemani Cherry, tetapi merasa ini tidak terlalu pantas, jadi menonton Tv di ruang tamu saja, setiap beberapa saat pergi melihatnya sekilas di kamar.

Menjelang siang, Cherry Onsu telah mendadani dirinya dan berjalan keluar, masih berdandan tipis, rambut panjang diuraikan, dan mengenakan dress yang ketat, memperlihatkan tubuh bagus, auranya masih sama.

Aku bertanya dengan terkejut: “Sudah sembuh?”

“Lumayan…..batuk,batuk,batuk.” Cherry Onsu menutup mulutnya: “Rey, ayo kita pergi, aku sangat lapar.”

“Ayo.” Aku mengambil remote lalu mematikan Tv.

Ketika kamu berjalan keluar, Cherry Onsu tanpa sadar ingin meraih lenganku, tetapi kemudian kami berdua tanpa sadar menghindar.

Aku takut dia merasa canggung, melengkungkan tangan, berkata: “Kalau tidak, kamu letakkan tanganmu saja.”

Cherry Onsu menggelengkan kepala, berkata dengan malu: “Maaf, dulu ketika kita bersama, setiap kali keluar aku akan meraih lenganmu, tadi aku tidak memperhatikannya.”

“Ayo pergi.” Aku merangkul bahunya sebentar untuk tidak begitu canggung, aku merasa Cherry Onsu gemetar sejenak.

Di dalam restoran hotpot, aku menyuruhnya memesan, tetapi begitu makanan dihidangkan, aku menyadari bahwa semua ini adalah makanan favoritku. Melihat makanan diatas meja, hatiku sangatlah tidak nyaman. Kita sudah tidak bersama selama bertahun-tahun, dia malah masih ingat makanan yang kusukai, tetapi aku sudah menikah dengan Emilia, banyak hal, dia hanya memikirkan kebutuhannya sendiri. Didalam hubungan, peranku seperti Cherry Onsu, selalu berkorban lebih banyak untuk pihak lain.

Ketika bersama dengan Cherry Onsu, pembicaraan kita tidak begitu banyak lagi, karena kita tidak boleh dengan asal mengungkit masa lalu, juga tidak nyaman untuk membicarakan kehidupan masing-masing sekarang. Beberapa hal tidak ada hubungannya dengan diri sendiri, dan kurang tertarik untuk obrolan santai.

Ketika hampir selesai makan, Caesar menelefon, dia mengatakan Emilia tidak hamil, tetapi ususnya terjadi sedikit masalah, Dokter memberikan beberapa obat padanya: “Dimana kakakmu, berikan ponsel padanya.” Kataku.

Caesar berkata: “Kakak kedua sedang pergi ke kamar mandi dengan Lilis, kalian bicarakan setelah pulang saja, baterai ponsel Kakak keduaku sudah hampir habis, bye-bye.”

Menutup telefon, didalam hatiku sedikit curiga, Emilia tidak memiliki gejala lain selain muntah, apakah ini tidak hamil?

“Rey, apakah kamu memiliki urusan lain, jika ada, kamu cepatlah pergi.” Kata Cherry Onsu.

Aku melambaikan tangan: “Tidak apa-apa, selesai makan, aku akan mengantarmu baru aku pulang.”

Cherry Onsu meletakkan sumpitnya: “Aku sudah selesai makan.”

Aku tersenyum: “Sungguh sudah selesai makan?”

Cherry Onsu mengangguk sambil tersenyum.

“Baiklah, ayo pergi.” Aku pergi membantunya membawa tas ditangan.

Setelah mengantar Cherry Onsu pulang, aku sengaja duduk sebentar baru bangkit dan pulang. Ponsel Emilia terus tidak aktif. Kemudian, aku berhenti melefonnya. Tidak ada orang dirumah, jadi aku pergi ke rumah Ibu mertua, hanya melihat Ibu mertua dan Caesar dan istrinya. Caesar sedang memijit bahu Ibu mertua, terlihat seperti putra yang berbakti.

“Ibu, dimana Emilia?” Tanyaku.

Ibu mertua menunjuk ke kamar Winda. Caesar berkata: “Rey, kamu terlalu tidak bertanggung jawab, urusan apa yang begitu mendesak, istrimu sudah seperti itu, kamu juga tidak tahu untuk merawatnya. Aku sungguh tidak tahu bagaimana Kakak keduaku bisa menyukaimu.”

Perkataannya ini hampir membuatku marah ditempat, tadi pagi, jelas-jelas dirinya berjanji untuk menjaga Emilia dengan baik, dan sekarang, langsung menuduhku didepan Ibu mertua.

Aku membuka pintu kamar Winda, melihat Emilia sedang berbaring dikasur, dia terlihat lemas, Winda duduk disamping tempat tidur, menemaninya.

Aku menutup pintu lalu bertanya dengan aneh: “Apa yang terjadi, bukankah kamu masih baik-baik saja tadi pagi, mengapa bisa menjadi seperti ini setelah pergi ke rumah sakit?”

“Aku sudah sakit.” Emilia berkata dengan sedih: “Kamu masih berbicara omong kosong disana.”

Winda bangkit dan keluar, aku duduk disamping, meraih tangannya dan bertanya: “Apa yang dokter katakan, sungguh tidak hamil?”

“Bukankah Caesar sudah memberitahumu, aku tidak hamil, hanya saja ususku bermasalah.” Emilia berkata: “Jika tahu adalah sakit, aku seharusnya lebih awal pergi memeriksa.”

“Apakah itu parah? Berikan laporan pemeriksaanmu, aku akan melihatnya.” Tanyaku.

Novel Terkait

Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu