Cinta Yang Berpaling - Bab 10 Canggung

Aku mengeluarkan telepon untuk melihat jam, tetapi aku malah melihat ada 10 panggilan tidak terjawab, ternyata Emilia dan keluarganya lah yang menghubungiku, tetapi bagaimana mungkin aku tidak mendengar jika teleponku berdering? Dan aku melihat jam ternyata sudah pukul satu dini hari, hal ini membuat perasaanku tidak enak.

Aku menatap mereka semua secara bergantian, kemudian mengatakan, “Sudah sangat larut, ayo kita segera kembali. Fenny, tadi aku sudah minum dengan temanmu yang itu, aku akan bersulang untukmu sekali lagi. Setelah meminum ini aku akan pergi.”

“Apa kamu ingin pergi.” Fenny tiba tiba langsung duduk di sampingku, “Rey, Cherry sudah pergi selama itu, tidak mudah untuknya kembali ke sini, kita harus berkumpul bersama, jika kamu seperti ini bukankah sangat menyebalkan?”

“Lain kali masih ada waktu, saat itu kita bisa kembali berkumpul lagi.” Aku mengangkat gelas di tanganku.

“Kalau begitu kamu minum dua botol untukku, setelah itu aku baru membiarkanmu pergi.” Fenny mengangkat empat botol, satu orang meminum dua botol.

Kemampuan minumku memang sedikit bisa diandalkan, tetapi jika minum dua botol sekaligus, bagaimana mungkin aku bisa menahannya, khawatirnya nanti akan terjadi sesuatu dengan tubuhnya. Aku mencoba membujuknya, “Fenny, hari ini sampai di sini saja, tidak baik jika meminum terlalu banyak minuman keras.”

“Kalau begitu minum satu botol saja, bisa kan.” Fenny masih tidak menyerah.

Aku menyadari jika kemampuan minumnya jauh lebih baik dibandingkan denganku. Meskipun begitu aku masih menerima satu botol yang dia sodorkan kepadaku, dan saat di tetes terakhir aku merasa tenggorokanku seperti sudah tertahan, tetapi aku masih memaksakan diri untuk menghabiskannya, setelah itu aku menarik kursi dan mengatakan, “Kalau begitu aku akan pulang terlebih dahulu.”

Fenny melambaikan tangannya kepadaku, Cherry mencoba menahanku,“Rey, aku akan mengantarmu mencari taxi.”

“Tidak perlu, aku hanya perlu keluar saja pasti bisa mendapatkan taxi. Kalian juga segera kembali ke rumah saja.” Aku menjawab.

Tetapi mereka masih bersikeras untuk mengantarku keluar, dan saat aku berjalan di depan pintu restoran, tiba tiba kepalaku terasa pusing. Cherry berusaha memapahku,“Rey, apa kamu tidak apa apa.”

Aku melambaikan tanganku kepadanya, “Aku tidak apa apa, aku baik baik saja.”

Setelah mengatakan itu aku tiba tiba merasa mual, dan aku langsung muntah begitu saja, aku merasa tidak enak seperti ingin memuntahkan semua isi di dalam perutku. Setelah selesai mengeluarkan semua isi di dalam perutku, aku benar benar tidak memiliki tenaga lagi, aku terjatuh begitu saja di atas jalanan, dan perlahan hampir tidak sadarkan diri.

“Rey, apa kamu tidak apa apa? Rey.” Cherry terdengar begitu khawatir dan sedikit cemas.

Aku melambaikan tanganku dengan susah payah, kedua mataku sudah tidak bisa terbuka lagi, “aku ingin tidur.”

Aku benar benar hampir tidak sadarkan diri, setelah itu aku masih mual dan muntah. Saat aku terbangun aku merasa kepalaku sangat pusing, kedua mataku menatap ke sekitar, dan ternyata aku tertidur di salah satu ruangan yang sangat asing bagiku, dan sepertinya itu adalah ruangan milik perempuan. Aku beranjak dari atas ranjang, membuka pintu kamar, dan setelah melihat ruang tamu ternyata aku sedang berada di rumah Fenny, saat dia pindah rumah aku pernah datang ke sini sekali.

Cherry sedang menonton tv di depan, setelah melihatku, dia langsung beranjak dan bertanya dengan penuh perhatian. Aku bertanya kepadanya sudah pukul berapa sekarang.

“Pukul dua siang.” Cherry menjawab,“Kemarin kamu mabuk berat, kamu muntah sangat banyak. Kamu tidak apa apa, tapi aku yang kena imbasnya.”

Aku menatap ke tubuhnya sekali, dia mengenakan dress. Cherry kembali mengatakan, “Kemarin malam kondisi Fenny juga sangat mengkhawatirkan, dia bahkan masih belum bangun sampai sekarang.”

“Benarkah, kalau begitu aku akan pergi melihatnya.”

Cherry mengulurkan tangannya berusaha untuk menahanku, kemudian mengatakan, “Kamu tidak boleh pergi ke sana.”

“Kenapa?” Aku bertanya tidak mengerti.

Cherry tiba tiba tersenyum, “Dia tidak pernah memakai baju ketika tidur, apa yang ingin kamu lihat?”

Aku seketika mengerti, kemudian tertawa lebar. Aku memang benar benar tidak boleh pergi ke sana untuk melihatnya.

“Rey, kamu minum begitu banyak, lambungmu bisa terluka, aku akan membuat bubur untukmu, nanti Fenny juga akan makan setelah bangun.” Cherry mengatakan.

“Tidak usah, aku harus segera kembali.”Aku mengatakan hal seperti itu kepadanya, aku hampir saja lupa jika aku harus segera pulang ke rumah.

“Jika kamu pulang tidak akan ada sesuatu yang terjadi kan?” Cherry bertanya dengan nada khawatir.

“Tentu saja tidak, aku tahu akan apa yang harus aku katakan.” Aku melangkahkan kakiku keluar, “Jika Fenny bangun tolong bantu aku pamit kepadanya. Sampai jumpa lagi.”

Aku ada kelas siang ini, jika saat ini aku pergi juga sudah terlambat, aku hanya menelepon atasan dan membuat alasan untuk mengganti kelasku nanti. Baterai teleponku juga habis, aku hanya harus pulang ke rumah untuk mengetahui keadaan saat ini. Di rumah tidak ada siapa pun, aku pergi mengisi baterai di teleponku, kemudian istirahat sebentar. Saat aku membuka telepon aku melihat ada panggilan tidak terjawab dari Fenny. Aku menghubunginya kembali, dan bertanya kemudian mengetahui jika dia baru saja bangun, dia bertanya apakah aku bisa menangani orang orang di rumah atau tidak. Dan aku menjawab jika aku belum menghubungi mereka.

Fenny kemudian mengatakan, “Kalau begitu kamu tidak usah berbohong dengan mengorbankan teman temanmu, katakan saja kepadanya jika kemarin adalah hari ulang tahunku dan aku yang memaksamu untuk datang, tapi kamu malah mabuk.”

“Jangan seperti itu.” Merasa jika itu sedikit tidak pantas, “Nanti Emilia pasti akan bertanya dan menghubungimu, dan juga kamu adalah seorang perempuan, jika ada yang mencurigakan nanti malah membuatnya menjadi salah paham.”

“Tidak apa apa, aku akan membantumu.” Fenny mengatakan dengan tegas, “Nanti aku akan menghubungi Emilia dan menjelaskan semuanya, setelah itu aku akan membawa pacarku untuk berkunjung ke rumahmu, jika seperti ini tidak apa apa kan?”

“Kamu mempunyai pacar?” Aku bertanya dengan heran. Dia memang memiliki cukup banyak laki laki di kehidupannya, tetapi yang benar benar menjadi pacarnya sepertinya tidak ada.

Fenny berkata dengan bangga, “Nanti aku bisa mencarinya. Kamu lakukan saja apa yang aku katakan, aku adalah perempuan, dan aku jauh lebih paham tentang perempuan. Jika mencari teman temanmu untuk membantumu akan sangat merepotkan. Dan takutnya malah akan ketahuan, lakukan saja apa yang aku katakan, pasti tidak akan ada sesuatu yang buruk terjadi.”

“Kamu juga tidak boleh mengatakan jika Cherry sudah kembali.” Aku mencoba mengingatkannya.

“Aku tahu.” Fenny mengatakan, “Apa perlu sampai di ingatkan olehmu? Kamu juga tidak lihat jurusan apa yang aku ambil di universitas, apa kamu pikir aku jauh lebih bodoh dibandingkan denganmu?”

“Baiklah jika seperti itu, maka aku akan merepotkanmu.” Aku berkata penuh terima kasih.

Setelah mengakhiri panggilan teleponku dengannya, aku langsung menghubungi Emilia, dia tidak mengangkat teleponku. Aku kembali menghubunginya sekitar empat sampai lima kali dan setelah itu baru terhubung.

Setelah telepon tersambung, dia langsung berkata dengan kesal, “Rey, kenapa baru menelponku sekarang. Jangan bilang kemarin malam kamu tidak pulang ke rumah, dan pergi bersama dengan teman temanmu itu?”

Aku menjelaskan sama persis seperti apa yang Fenny katakan, Emilia langsung mencibir, “Aku menghubungi teman temanmu itu kenapa mereka mengatakan jika kamu pergi bersama dengan mereka, kamu bahkan makan di restoran yang mewah dan pergi ke tempat karaoke.”

Aku merasa bersyukur dalam hatiku, untung saja Fenny memberiku sebuah saran. Jika tidak aku tidak bisa menjelaskan dengan jelas kepada Emilia. Emilia adalah gadis yang pintar, dia tahu jelas apa yang harus dilakukan terlebih dahulu. Aku hanya tersenyum kemudian mengatakan, “Bukankah apa yang kamu katakan itu wajar? Menghadapi masalah seperti ini beberapa teman temanku pasti akan membantuku. Bukankah kamu dan teman temanmu juga sama saja, tetapi kenyataan membuktikan jika aku adalah orang yang jujur.”

“Baiklah, kita bicarakan lagi setelah aku di rumah, aku baru saja selesai kelas, bye bye.”

Setelah mengakhiri panggilan telepon aku langsung merasa lega, setelah itu aku langsung menghubungi teman teman laki lakiku yang memperkeruh suasana. Setelah meneguk satu gelas air, aku berlari keluar kompleks untuk menunggu Emilia. Saat turun dari mobil aku langsung mendekat dan membukakan pintu untuknya, dan Emilia langsung menyerahkan tas yang dia bawa kepadaku.

Emilia tersenyum misterius, “Suamiku, kenapa kamu menungguku di sini, jika tidak terjadi apa apa kenapa kamu berbuat sebaik ini, kamu kemarin malam tidak melakukan sesuatu yang membuatmu merasa bersalah kepadaku kan?”

Aku mengatakan, “Aku mabuk dan tidak bisa pulang ke rumah, apa ini termasuk kesalahan yang kamu maksud?”

“Terserah kamu saja.” Emilia merangkul denganku, “Saat di mobil tadi Fenny menelponku dan menjelaskan semuanya. Malam nanti dia bahkan akan membawa pacarnya untuk datang ke rumah, aku memintanya untuk tidak usah datang.”

Aku sengaja mengatakan, “Suruh datang saja, dia hanya khawatir jika kamu akan curiga kepada kita.”

“Aku tidak ingin dia datang.” Emilia mengatakan, “Hubunganku dengannya tidak terlalu baik, dan kamu, jangan terlalu banyak bergaul dengannya. Seorang gadis yang mengambil jurusan politik bahkan tidak bersedia menjadi pegawai negeri dan memaksakan diri untuk menjadi pengacara, lihat saja sekarang dia sudah ujian lima tahun tapi masih tidak lulus. Dan juga dandanannya yang seperti itu sudah seperti seekor rubah saja.”

“Kemarin malam kita juga tidak sengaja bertemu, dia memaksaku untuk pergi, kamu juga bukannya tidak tahu akan sifatku yang seperti ini, aku orangnya tidak enakan, dan aku hanya tidak ingin membuatnya malu.” Aku berusaha mengatakan dengan nada tidak berdaya.

Emilia mendecih, “Dia memintamu untuk pergi karaoke kamu setuju, dia minta kamu untuk minum kamu juga minum, apa jika dia ingin satu ranjang denganmu kamu juga tidak enak untuk menolaknya?”

Aku sangat handal jika sudah menghadapi perkataannya yang seperti ini, aku hanya tersenyum lebar dan kemudian mengelus wajahnya, setelah itu aku mengedarkan kedua pandanganku ke dadanya dan mengatakan, “Aku memiliki istri yang begitu cantik, apa mungkin aku masih menyukai perempuan lain?”

“Menyebalkan.” Emilia langsung merasa malu dan menghindari wajahku. Dia memintaku untuk pergi ke rumah mertuaku, setelah sampai di sana aku juga memberikan penjelasan yang sama. Saat itu ibu mertua mencoba mengingatkanku, terlihat jelas jika ibu mertua sedikit tidak senang, dan langsung menegurku, “Rey, meskipun masa lalumu tidak baik, tetapi sekarang kamu adalah seorang dosen, karena itu kamu harus memperhatikan semua tindakanmu. Ayahmu bekerja di desa puluhan tahun, meskipun ada sesuatu yang besar terjadi tetapi dia tidak pernah tidak pulang ke rumah. Apa kamu tahu, kemarin malam kita semua sangat cemas, Emil bahkan mencarimu kemana mana. Kamu adalah laki laki yang sudah menikah, kamu memiliki keluarga, kamu harus mementingkan istrimu di dalam hatimu.”

Ibu mertua sudah mengomeliku sekitar setengah jam lebih, meskipun ayah mertua adalah kepala keluarga, tetapi dia juga tidak bisa berkutik jika ibu mertua sudah kesal, karena ibu mertuaku juga sering mengomeli ayah mertua. Setelah mendengar beberapa omelan, ayah mertua langsung pergi ke ruang sebelah untuk membaca buku.

Emilia sedang duduk memakan buah, dia mendengarkan omelan yang diberikan ibu mertua kepadaku. Kedudukan dan siapa yang lebih dominan di rumah ini benar benar terlihat sangat jelas.

Setelah Winda kembali ke rumah, dan mengatakan sesuatu kepada ibu mertua, ibu mertua baru dengan enggan menghentikan omelannya, dan menarik Emilia untuk menemaninya berbelanja. Setelah ibu mertua pergi, ayah mertua datang dengan membawa bidak di tangannya. Saat kita bermain bidak, Winda duduk di samping untuk melihat permainan kita, bahkan dia sempat membawakan buah buahan untukku dan ayah mertua. Di dalam rumah ini, jika ada Emilia dan ibu mertua aku benar benar tidak bisa merasa tenang. Tetapi jika mereka tidak ada, dan hanya ada kita bertiga, aku merasa benar benar damai. Bahkan ayah mertua juga mengeluh, jika aku bisa lebih tua beberapa tahun pasti akan jauh lebih baik. Aku tahu jelas apa maksud perkataannya, yaitu menginginkan agar aku bisa bersama dengan Winda.

Setelah ibu mertua dan Emilia kembali, ibu mertua langsung menarikku pergi ke dapur untuk membantunya mencuci sayur. Yang bertugas menemani ayah mertua bermain bidak sekarang adalah Winda, tetapi kemampuannya benar benar payah, baru beberapa menit saja dia langsung memanggilku dan bertanya apalagi yang harus dia lakukan.

Saat makan, ibu mertua mengambilkan sayuran untuk kita semua, dan dia mulai menggerutu lagi. Dia memakan makanannya sambil mengatakan, “Rey, Emil, kalian menikah di usia yang sudah dewasa, aku dan ayahmu juga tidak tahu sampai kapan bisa berada di tempat ini. Kamu harus bergegas, paling tidak tahun depan di bulan ini aku sudah bisa memiliki cucu.”

“Ibu.” Emilia langsung berteriak.

“Jangan meneriakiku”. Sikap ibu mertua begitu tegas, “Jangan katakan jika kalian masih muda, dan ingin menunda untuk memiliki anak. Waktu itu kakakmu juga mengatakan hal seperti ini kepadaku, aku menahannya, tetapi tidak ada apapun yang terjadi dalam dua tahun ini, dia susah payah mengiyakan keinginanku untuk memiliki cucu, tetapi akhirnya malah memutuskan untuk bercerai. Sekarang hal itu membuatku sangat menyesal. Sekarang aku bahkan tidak mengharapkan apapun darinya lagi.”

Setelah ibu mertua berkata seperti itu, kita semua langsung menjatuhkan tatapan kita kepada Winda, dia hanya memakan makanannya dengan menundukkan kepala, berusaha bersikap layaknya tidak mendengar saja.

Ibu mertua kembali mengatakan, “Jadi, kalian berdua bagaimana pun juga tidak boleh mengecewakanku dalam hal ini. Lahirkan saja anak, dan lakukan apa yang harus kalian lakukan, aku yang akan menjaga cucuku nanti. Suamiku, cepat katakan pendapatmu.”

“Aku mendukungmu mengenai masalah ini.” Ayah mertua meletakkan sumpit di tangannya, menatapku dan juga Emilia, sikapnya sama tegasnya dengan ibu mertua, “Kalian harus segera memiliki anak, aku tidak ingin kita tidak bisa mendapatkan cucu sampai kita mati nanti.”

“Aku sudah kenyang, kalian lanjutkan saja.” Emilia terlihat begitu kesal hingga meninggalkan meja makan dan duduk di sofa.

“Tidak mau makan juga harus melahirkan anak.” Ibu mertua berusaha untuk mengikutinya, setelah itu dia langsung menjatuhkan tatapan tajam saat menatapku, “Rey, bagaimana menurutmu?”

Novel Terkait

More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu