Cinta Yang Berpaling - Bab 35 Tidak Akan Menyerah
"Kira-kira begitu." Aku berkata, "Aku masih berhutang kepada ibu mertua 300 juta. Di Cherry juga memiliki hutang 180 juta."
“Bukankah 300 juta dan 200 juta? Bagaimana bisa dikurangi 20 juta? Kamu berhutang pada mereka, lalu mereka memberimu diskon?” Fenny tertawa.
“Dia membayarku 20 juta beberapa waktu lalu,” kata Cherry.
Fenny menggelengkan kepalanya, "Rey, jika kamu bercerai tanpa ingin harta gono-gini, sebaiknya kamu jangan bercerai dulu."
“Kamu memintaku untuk meminta harta gono-gini?” Tanyaku.
Fenny berkata tegas, "Tentu saja kamu harus. Jangan lupa, kamu jadi seperti hari ini karena ayah mertuamu, tetapi bagaimana keluarga ayah mertuamu bisa seperti hari ini? Itu semua karena ayahmu. Jadi jika dijabarkan, keluarga mereka berhutang kepadamu, jangan mengira kamu berhutang pada mereka. Jika kamu ingin bercerai, kamu harus mendapatkan setidaknya setengah dari harta itu. "
Aku membuka tangan, "Bagaimana aku bisa merebutnya sekarang? Orang lain hanya akan melihat bahwa keluarga mereka telah banyak membantuku. Siapa yang akan ingat bahwa segala sesuatu yang mereka punya sekarang adalah karena keluarga kami. Tetapi, ayah mertuaku memang sangat baik kepadaku. Perebutan harta gono-gini selalu ramai, aku akan merasa bersalah kepada ayah mertua."
“Kamu tidak baik maka aku juga sama.” Fenny menepuk meja, “Rey, kamu harus mendengarkanku kali ini. Jangan bercerai dulu. Karena kamu sangat yakin bahwa Emilia melakukan pengkhianatan kepadamu, maka kamu harus kumpulkan bukti. Saat kamu sudah memiliki bukti bahwa dia menghianatimu, jangan katakan setengah dari harta, kamu pasti bisa mendapatkan lebih. "
“Bagaimana jika dia tidak mengkhianati Rey?” Cherry menyela.
Fenny dan aku sama-sama terdiam beberapa saat. Fenny bertanya padaku, "Rey, jika seandainya memang begitu, apakah kamu masih akan bercerai?"
Aku terdiam sejenak, mencoba mengingat apakah aku mendengar sesuatu yang salah ketika menguping di luar ruangan. Semakin aku memikirkannya, aku jadi semakin tidak yakin apakah aku salah dengar atau tidak.
Melihat aku tidak berbicara, Fenny mengulurkan tangannya, menggoyangkannya di depan mataku, "Rey, kuperingatkan, jika kamu bisa bercerai dalam waktu dekat, Cherry masih bisa menunggumu, jika kamu ternyata menundanya untuk waktu yang lama, atau bahkan tidak bercerai, maka Cherry tidak bisa menunggu lebih lama lagi. "
“Jangan bicara sembarangan,” kata Cherry malu-malu.
Aku memulihkan pikiran, memandang Cherry beberapa detik, lalu berkata kepada Fenny, "Fenny, kamu bisa berbuat lebih banyak untuk kebahagiaan Cherry."
"Oke." Fenny sedikit marah, "Rey, berdasarkan kata-katamu, besok aku akan memperkenalkan Cherry kepada seorang pria dari keluarga kaya raya."
“Jangan bicara sembarangan, aku tidak mencari pria kaya raya.” Cherry terlihat tidak menghargainya sama sekali.
“Kalau begitu cari dosen pembimbing mahasiswa doktoral.” Fenny berkata, “Pokoknya, aku harus menekan Rey. Bukannya ada lagu yang berjudul “Asalkan hidupmu lebih baik dariku” kan? Di dunia nyata, kupikir seharusnya berbunyi, asalkan hidupku lebih baik dari hidupmu."
"Fenny." Cherry selalu begitu lembut, "Kita sedang mendiskusikan urusan Rey sekarang, jangan selalu melibatkan aku, oke."
“Gadis bodoh ini benar-benar tak bisa diselamatkan.” Fenny menggelengkan kepalanya dan duduk di sampingku, berpura-pura memohon, “Pak Rey, aku mohon. Sadarlah. Kenapa kamu buat Cherry Onsu begitu terobsesi padamu? Berikan obat penawarnya, kumohon."
“Fenny, jika kamu melakukan ini terus, aku akan pergi.” Cherry berdiri, mengancam dengan lembut.
“Jangan pergi, aku tidak akan bercanda lagi.” Fenny berhenti, lalu duduk kembali di samping Cherry.
Kata-kata Fenny menyentuhku, kemudian berkata, "Biarkan aku memikirkannya."
“Apa yang kamu pertimbangkan?” Fenny segera bertanya.
"Apakah langsung bercerai, atau menemukan bukti dulu baru bercerai.
"Itu bagus." Fenny menjentikkan jarinya, "Selama kamu memutuskan untuk bercerai, kami pasti akan mendukungmu."
Teleponku berdering. Winda menelepon. Aku mengatakan kepada mereka untuk tetap diam sebelum aku mengangkatnya.
“Rey, kamu dimana?” Winda bertanya gusar.
“Kak, aku di luar sebentar, ada apa?” Tanyaku.
Winda berkata, "Aku baru saja pulang, Ibu memberitahu segalanya tentang hari ini. Kembalilah segera."
“Kak, jangan khawatir, aku akan pulang nanti.” Setelah berbicara, aku menutup telepon.
Winda segera menelepon lagi.
“Winda?” Fenny bertanya.
Aku mengangguk. Fenny berkata, "Kalau begitu, apakah kamu mau pulang sekarang?"
Aku menggelengkan kepala. Aku menutup telepon tiga kali berturut-turut. Winda terpaksa mengirim pesan teks. Dia menulis dalam pesan teks, "Rey, kamu tahu bahwa aku selalu di pihakmu, di mana kamu, aku akan pergi ke sana, oke?"
Setelah membaca pesan teks, aku berkata, "Kalian kembali duluan saja."
“Apakah Winda dapat diandalkan?” Fenny bertanya dengan hati-hati.
Aku mengangguk lagi, Fenny berpikir sejenak lalu membawa Cherry pergi, memintaku untuk menelepon mereka jika ada masalah.
Setelah mereka pergi, aku menelepon Winda kembali dan memberi tahu di mana aku berada. Winda datang dalam sepuluh menit.
Aku memesan minuman untuk Winda, dia mengeluh saat duduk, "Rey, kamu mengajak siapa barusan? Tidak bisakah kamu memberitahuku ada apa?"
Aku menyesap teh, "Bukan karena aku memukul Caesar."
“Lalu apa?” Winda bertanya dengan serius.
Aku menceritakan kisah itu lagi. Setelah mendengarkan, Winda dengan tegas berkata, “Kamu tidak bisa menceraikan Emilia.” “Mengapa?” Aku bertanya, “Kakak, bukankah kamu mengatakan kamu ada di pihakku?”
Winda berkata, "Dengarkan aku. Jika kamu bercerai sekarang, apa jadinya? Apakah kamu punya bukti bahwa Emilia menghianatimu? Apakah kamu punya bukti bahwa anak yang digugurkan Emilia bukan anakmu? Jika kamu bercerai begitu saja, orang lain hanya akan menuduhmu karena kesalahanmu, dan kamu harus keluar dari rumah tanpa mendapatkan apa-apa. Selain itu, uang ibuku yang ratusan juta itu, bisakah kamu melunasinya sekaligus? "
Aku menggelengkan kepala. Winda melanjutkan, "Benar, jika kamu dapat menunjukkan bahwa itu adalah kesalahan Emilia, aku pasti akan mendukungmu. Yang memang milikmu, pada akhirnya akan jadi milikmu. Jika kamu bercerai begitu saja, kamu akan seketika kehilangan segalanya. Apakah itu menguntungkan? Aku tahu kamu memiliki semua ini sekarang, sebagian besar karena ayahku. Tapi itulah hutang keluarga kami pada keluargamu. Jika bukan karena ayahmu, tidak akan ada aku dan Emilia. "
“Kakak, kamu benar-benar mirip dengan Ayah.” Ketika Winda mengatakan itu, aku sangat terharu.
Winda tersenyum, "Menjadi seseorang memang seharusnya selalu bersyukur. Rey, jangan terlalu baik. Kamu memang tidak seharusnya mengharapkan milik orang lain, tetapi tidak ada alasan untuk menyerah pada sesuatu yang memang milikmu sendiri."
Aku mengangguk, "Kakak, aku mengerti."
“Oke, ini sudah larut, ayo kita kembali.” Winda berkata, “Jangan khawatir tentang kau memukul Caesar, aku akan berbicara pada ibu.”
Setelah membayar dan masuk ke mobil, Winda mengingatkannya lagi, "Rey, kamu ingin mendapatkan apa yang pantas kamu dapatkan. Saat nanti kembali, kamu harus terus bersikap baik kepada Emilia."
“Aku mengerti,” jawabku.
Kami kembali ke rumah ibu mertua, semua anggota keluarga sudah tertidur. Membuka pintu kamar Emilia, samar-samar aku mendengar tangisannya. Aku menutup pintu dengan lembut, kebencian di hatiku bisa terbayang.
Ketika Winda melihat aku akan pergi, dia menghentikanku lalu berkata, "Rey, Ayah sering mengucapkan sebuah kalimat Ketika ayah masih hidup. “Jika tidak tahan sedikit, maka akan menghancurkan rencana besar.” Apakah kamu lupa?"
Aku ragu-ragu sejenak dan mengangguk. Winda pergi lalu mengeluarkan selimut untukku agar aku bisa tidur di sofa. Setelah minum begitu banyak anggur, pikiranku sedikit gamang, tetapi aku tidak merasa mengantuk. Aku memikirkan tentang apa yang Fenny dan Winda katakan kepadaku. Faktanya, keduanya benar, aku harus mendapatkan bagian yang pantas aku dapatkan. Hanya ayah mertuaku yang baik kepadaku, tetapi ayahku baik kepada seluruh keluarga mereka. Aku tidak perlu menyiksa diriku sendiri. Kebaikan hanya bisa diberikan kepada orang yang memiliki hati Nurani. Untuk orang yang memiliki motif tersembunyi, kebaikan hanya akan menjadi sarana untuk menghancurkan.
Aku berasal dari dataran tinggi, sulit bagiku untuk keluar ke kota, terlebih aku juga dibebani oleh harapan keluargaku. Apa yang seharusnya menjadi milikku, kuputuskan untuk tidak akan melepaskannya.
Novel Terkait
My Tough Bodyguard
Crystal SongUnlimited Love
Ester GohBaby, You are so cute
Callie WangCutie Mom
AlexiaMenantu Bodoh yang Hebat
Brandon LiCinta Yang Berpaling×
- Bab 1 Mempelai Perempuan Menghilang
- Bab 2 Pengganti
- Bab 3 Kesalahpahaman Pertama
- Bab 4 Pemeriksaan Kamar
- Bab 5 Keluarga
- Bab 6 Meminjam Uang
- Bab 7 Pertemuan Kembali Dengan Cinta Pertama (1)
- Bab 8 Pertemuan Kembali Dengan Cinta Pertama (2)
- Bab 9 Mabuk
- Bab 10 Canggung
- Bab 11 Dinas
- Bab 12 Curiga
- Bab 13 Keadaan Darurat
- Bab 14 Kecelakaan 1
- Bab 15 Kecelakaan 2
- Bab 16 Bangga
- Bab 17 Tamu Tidak Diundang
- Bab 18 Salah Paham
- Bab 19 Pipi Yang Berlinangan Air Mata
- Bab 20 Tersesat
- Bab 21 Bercerai
- Bab 22 Bercerai? (2)
- Bab 23 Tidak menjawab telefon
- Bab 24 Tidak menyukai (1)
- Bab 25 Tidak menyukai (2)
- Bab 26 Hal yang tidak berarti
- Bab 27 Dekat
- Bab 28 Perjodohan
- Bab 29 Pemikiran lain
- Bab 30 Membingungkan
- Bab 31 Tidak Boleh Sembarangan Melihat
- Bab 32 : Kebohongan Putih
- Bab 33 Menyatakan Perasaan
- Bab 34 Bercerai Tanpa Membawa Harta
- Bab 35 Tidak Akan Menyerah
- Bab 36 Urusan Rumah Sulit Diselesaikan
- Bab 37 Diberi Hati Minta Jantung
- Bab 38 Serangan Balasan
- Bab 39 Sulit untuk dijelaskan
- Bab 40 Panggilan Video