Cinta Yang Berpaling - Bab 38 Serangan Balasan
Aku tersenyum dan mengatakan dengan sungguh-sungguh, “akhir-akhir ini baik-baik saja, dia selalu berada di rumah. Bukankah sebentar lagi akan memasuki akhir semester, sekarang semua pikirannya tertuju pada muridnya. Hanya saja, aku selalu merasa sedikit tidak nyaman.”
“Tapi aku berharap kamu salah dengar, jika Emilia tidak melakukan apapun yang salah, berarti kamu harus tinggal bersamanya.” Kata Cherry Onsu.
Aku meliriknya sekilas, lalu memarkirkan mobil di lantai bawah, “ayo pergi ke rumahmu. Sekalian kita mencicipi teh berkelas dengan harga jutaan.”
“Oke.” Kata Cherry Onsu setuju.
Cherry Onsu sedang menyeduhkan teh, dan dia juga sekali lagi mengatakan kata-kata yang sebelumnya sudah dia katakan. Aku mengalihkan pandanganku dari cangkir teh ke wajahnya, “Maksud dari perkataan kamu ini adalah berharap aku dan Emil tidak bercerai, kan?”
“Iya.” Cherry Onsu berkata, “Aku selalu tidak bisa menantikan kalian untuk bercerai, kalian bisa menikah sebenarnya juga bukan suatu hal yang mudah. Karena sekarang sudah menikah, maka kamu harus menghargainya.”
Aku mengambil cangkir dan meminum tehnya sedikit demi sedikit, rasanya benar-benar enak. Aku meletakkan cangkir, lalu melihat Cherry Onsu dan berkata, “Jika ada bukti bahwa dia telah melakukan hal yang salah padaku, kalau begitu berarti dia yang tidak tahu untuk menghargainya. Kamu bilang, dua orang bersama, jika hati mereka tidak bersatu, lalu apa yang bisa dilakukan dengan pernikahan semacam itu? Sebenarnya, aku merasa aku sudah bersikap baik kepada Emilia. Jika harus mengatakan maaf.” Aku menatapnya lagi, dan berbisik dengan penyesalan, “itu kepadamu.”
“Kamu tidak melakukan kesalahan sama sekali kepadaku.” Cherry Onsu berkata, “Rey, sebelum kita bertemu kembali, aku selalu bersembunyi darimu. Kamu pasti mengira aku sangat membencimu, kan? Sebenarnya tidak, karena aku tahu, dengan kondisi keluargamu, kamu bisa lulus ujian masuk perguruan tinggi itu sangat tidak mudah, apalagi untuk memikirkan kuliah s2, kamu harus tinggal di kota untuk berkembang. Beberapa hal yang ingin kamu kejar ini, bukan hanya ide kamu sendiri, tapi juga ada harapan dari keluargamu. Lagi pula, yang membantumu untuk mencapai semua ini adalah Paman Farhan.”
Aku menyela perkataannya dan bertanya, “saat itu, Ayah Emilia mencarimu untuk berdiskusi, yang dia katakan seharusnya adalah yang kamu katakan saat ini, kan?”
Cherry Onsu mengangguk, saat aku hendak berbicara lagi, teleponku berdering. Itu adalah telepon dari Emilia. Lalu setelah aku mematikan panggilannya, Cherry Onsu berkata, “kamu cepat pulang, sudah larut malam.”
Aku menganggukkan kepala, meminum sekali lagi tehnya dan berdiri untuk mengucapkan selamat tinggal, “kalau begitu... Cherry, aku pamit.”
Cherry Onsu mengantarku hingga ke lantai bawah, dan setelah aku menunggu dia naik ke atas, barulah aku pergi.
Emilia masih di rumah mengoreksi kertas ujian, saat membuka pintu, dia menguap dan berkata, “Suamiku, aku sangat lapar. Bisakah kamu memasak semangkuk mie untukku?”
“Iya.” Kataku langsung setuju.
Saat sedang merebus mie, dalam pikiranku selalu terbayang Cherry Onsu. Apakah saat itu aku telah salah memilih? Tapi tidak ada pilihan seperti itu, sekarang apa yang bisa aku lakukan? Bekerja di kantor atau mengajar di sekolah menengah di kota? Tapi satu hal yang pasti yaitu bersama dengan Cherry Onsu, pasti itu akan lebih bahagia daripada dengan Emilia sekarang.
Setelah air rebusan mendidih, aku kembali tersadar dari lamunan. Setelah selesai merebus mie lalu memberikan kepada Emilia yang berada di ruang belajar. Saat dia makan, aku membantunya mengoreksi kertas ujian.
Sambil memakan mienya, Emilia sambil mengatakan dengan gelisah, “suamiku, kamu jangan sampai salah mengoreksi ya, ini adalah kertas simulasi ujian akhir.”
Dengan cepat aku menggambar centang dan silang, “aku mengajar di universitas, pasti bisa mengoreksi pekerjaan rumahmu ini.”
“Jangan sombong dulu.” Emilia berkata, “atau aku beri kamu soal matematika kelas lima untuk kamu kerjakan.”
Ketika dia mengatakan ini, aku langsung mengalah, melambaikan tangan dan berkata, “jangan, matematika ku sangat buruk.”
“Hahaha.” Emilia tertawa tanpa henti.
Aku meliriknya sekilas dengan dingin, jika ini terdengar ketika sebelum aku mendengar panggilan itu, kami berdua pasti akan saling tertawa, tapi sekarang aku tidak bisa memikirkannya sama sekali.
Setelah dia menghabiskan mie, dan aku juga selesai mengoreksi kertas ujian. Saat kembali ke kamar, Emilia mengambil baju tidurnya dan berkata sambil menyeringai, “Suamiku, aku baru beli baju tidur baru loh, aku pergi mandi dulu baru aku tunjukkan kepadamu.”
“Iya.” Aku pura-pura sangat bersemangat.
Menunggu Emilia keluar, aku membenamkan kepalaku di tempat tidur. Tapi saat menunggunya kembali, aku masih tidak bisa tidur. Demi menciptakan akting tidur, aku sengaja mendengkur.
Emilia mendorongku, “Suamiku, bangun.”
Aku tidak bisa menahan, Emilia ternyata menggaruk ketiakku, siapa yang bisa menahannya. Lalu aku duduk dengan wajah cemberut dan menatapnya, “apa yang kamu lakukan, kenapa tidak tidur.”
“Apakah kamu begitu mengantuk?” Emilia bertanya dengan marah, “bukankah barusan sudah mengatakan iya?”
Aku bahkan tidak memandangnya dan terus berbaring untuk tidur, “Akhir-akhir ini banyak masalah di sekolah, mulai besok, aku akan begadang untuk menulis makalah. Cepat tidur. Hal-hal lain akan kita bicarakan saat masalah ini selesai.”
“Baiklah, tidurlah.” Aku membalikkan badan dan berbaring, sekaligus mematikan lampu.
“Rey.” Emilia menendang kakiku dan berbaring dengan marah.
Beberapa saat kemudian, Emilia menyodok punggungku dengan jarinya, “Rey, kamu tidak ingin menyentuhku lagi, apakah kamu punya wanita lain di luar sana?”
Novel Terkait
My Tough Bodyguard
Crystal SongCinta Dibawah Sinar Rembulan
Denny AriantoMenunggumu Kembali
NovanMarriage Journey
Hyon SongUnplanned Marriage
Margery1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaMy Charming Wife
Diana AndrikaLove Is A War Zone
Qing QingCinta Yang Berpaling×
- Bab 1 Mempelai Perempuan Menghilang
- Bab 2 Pengganti
- Bab 3 Kesalahpahaman Pertama
- Bab 4 Pemeriksaan Kamar
- Bab 5 Keluarga
- Bab 6 Meminjam Uang
- Bab 7 Pertemuan Kembali Dengan Cinta Pertama (1)
- Bab 8 Pertemuan Kembali Dengan Cinta Pertama (2)
- Bab 9 Mabuk
- Bab 10 Canggung
- Bab 11 Dinas
- Bab 12 Curiga
- Bab 13 Keadaan Darurat
- Bab 14 Kecelakaan 1
- Bab 15 Kecelakaan 2
- Bab 16 Bangga
- Bab 17 Tamu Tidak Diundang
- Bab 18 Salah Paham
- Bab 19 Pipi Yang Berlinangan Air Mata
- Bab 20 Tersesat
- Bab 21 Bercerai
- Bab 22 Bercerai? (2)
- Bab 23 Tidak menjawab telefon
- Bab 24 Tidak menyukai (1)
- Bab 25 Tidak menyukai (2)
- Bab 26 Hal yang tidak berarti
- Bab 27 Dekat
- Bab 28 Perjodohan
- Bab 29 Pemikiran lain
- Bab 30 Membingungkan
- Bab 31 Tidak Boleh Sembarangan Melihat
- Bab 32 : Kebohongan Putih
- Bab 33 Menyatakan Perasaan
- Bab 34 Bercerai Tanpa Membawa Harta
- Bab 35 Tidak Akan Menyerah
- Bab 36 Urusan Rumah Sulit Diselesaikan
- Bab 37 Diberi Hati Minta Jantung
- Bab 38 Serangan Balasan
- Bab 39 Sulit untuk dijelaskan
- Bab 40 Panggilan Video