Cinta Yang Berpaling - Bab 15 Kecelakaan 2
Fenny berkata dengan marah: “Kamu tidak mengatakannya aku juga tahu, mereka keluarga Tanjung yang memukulmu seperti ini, kan. Mereka keterlaluan sekali, bukan kamu yang menyebabkan kematian ayah mertuamu, mereka tidak mencari dokter, malah memukulmu, aku wakilimu pergi mencari mereka.”
Aku menarik Fenny, menarik tangannya berjalan ke luar, setelah memastikan lokasinya aman, aku berkata: “Kamu jangan memperburuk keadaan, sekarang yang paling penting adalah pemakaman ayah mertuaku, yang lainnya tidak penting.”
“Kamu benar-benar bisa menahannya.” Fenny setengah berbalik melihat ke luar dan berkata: “Sebenarnya Cherry yang memintaku membantunya melihat ayah mertuamu. Dia ada di depan pintu rumah sakit. Lupakan saja, kamu jangan biarkan dia melihatmu, agar dia tidak terluka lagi.”
Aku berkata: “Lebih baik kamu dan Cherry pulang, jangan katakan padanya masalah aku dipukul.”
“Iya tahu.”Fenny berkata dengan tidak senang: “Kalau ada apa-apa, ingat telepon aku.”
Setelah Fenny pergi, aku kembali ke pintu kamar Anna. Sore harinya, dengan izin dokter, kami memulangkan Anna. Keesokan paginya aku dan Winda pergi ke CPPCC. CPPCC membentuk panitia pemakaman Farhan, setelah berdiskusi dan diputuskan upacara melayat akan diadakan besok, dan pemakaman akan dimakamkan langsung pada sore hari.
Sore hari, aku pergi ke rumah duka bersama orang-orang dari CPPCC untuk membuat persiapan pemakaman, aku sibuk sampai larut malam, aku sama sekali tidak pulang, dan hanya memejamkan mataku sejenak di rumah duka.
Pada upacara melayat ayah mertuaku, dihadiri lebih dari seribu orang, baik dari kantor, mall maupun masyarakat juga berdatangan. Kedatangan mereka menunjukkan perbuatan nyata yang telah dicapai ayah mertuaku dalam puluhan tahun kerja keras sebagai pejabat.
Ketika ayah mertuaku dikremasi dan dimakamkan, kami sekeluarga menangis. Keponakan mertuaku, Caesar, yang sudah bertahun-tahun tidak terlihat, juga bergegas kembali.
Setelah menyelesaikan pemakaman ayah mertuaku, beberapa hari kemudian, ibu mertuaku dan Emilia masih tidak memaafkanku, mereka menganggapku seperti udara.
Saat kami sekeluarga sedang makan siang, bel pintu berdering. Aku pergi membukakan pintu, ada tiga orang pria dengan seorang wanita, aku tahu mereka orang dari pihak rumah sakit. Aku bertanya dengan heran: “Untuk apa kalian datang kemari?”
“Apakah kamu Rey, apa kabar, aku Julius Lipa, Wakil Kepala Rumah Sakit Medina. Kami ke sini untuk merundingkan pengembalian uang medis.”orang yang berbicara ini berusisa 50-an.
Aku mempersilahkan mereka masuk, setelah duduk dan mengobrol, dokter mengembalikan 180juta biaya operasi, dan puluhan juta biaya deposit yang tidak terpakai, bahkan memberikan kompensasi 40 juta dan meminta maaf.
Anna menerima uang itu dan mengantar mereka keluar dengan sopan.
Setelah menutup pintu, Anna ingin mengambil uang ini masuk ke kamar, Winda menghentikannya dan berkata: “Bu, kamu langsung berikan uang itu kepada Rey saja, dia meminjam uang itu untuk operasi Ayah.”
Anna marah kepada Winda: “Atas dasar apa memberikan padanya, 600 juta hilang dibuat oleh, aku belum meminta pertanggung jawabannya.”
“Bu, uang itu bisa dicari kembali, polisi terus melakukan penyelidikan.”ucapku. Aku juga berharap Anna bisa memberikan uang ini padaku, dan mengembalikannya pada Cherry.
“Bisa dicari kembali, kalau begitu cari kembali.”tegur ibu mertuaku.
Aku menghela nafas, tidak bisa berkata apa-apa, terlebih aku tidak bisa mengambil kembali 560juta itu.
“Rey.”Caesar yang masih makan, berkata. Dia selalu memanggil namaku secara langsung. Dia berkata: “Awalnya aku tidak ingin mengkritikmu, tapi hari ini kamu keterlaluan sekali, kamu mencelakai keluarga ini sampai seperti ini, bahkan masih memikirkan uang. Apakah kamu tidak tenang kalau tidak menghancurkan keluarga ini.”
“Makan nasimu, ini tidak ada urusanmu.”Aku langsung membantah.
Dia membanting sumpitnya, bangkit dan berkata dengan marah: “Apa maksudmu, kenapa tidak ada urusanku. Aku juga orang keluarga Tanjung. Aku baru mengkritikmu dua kata, kamu sudah tidak senang. Coba katakan apakah kesalahan yang kamu perbuat seperti kesalahan manusia?”
“Caesar.”Winda menghentikannya: “Bagaimana pun, Rey, abang iparmu, bagaimana bisa kamu berbicara seperti itu dengannya.”
“Aku pikir apa yang dikatakan Caesar benar.”Emilia berdiri di samping Caesar: “Selama itu salah, siapapun bisa mengkritiknya.”
“Kak, kamu hebat sekali.”Caesar berlari ke sisi Emilia, meletakkan kedua tangan di pundaknya.
Saat ini, Anna keluar. Dia duduk di sofa, melambaikan tangan, berkata: “Kalian semua duduk di sini, ada hal penting yang ingin aku katakan.”
Setelah semuanya duduk, Anna melihat kami semua, berkata: “Awalnya aku dan ayah kalian memiliki tabungan 2M, tapi demi menikahkan Rey dan Emilia, membelikan rumah, dan dekorasi sudah menghabiskan sebagian tabungan. Terakhir sisa enam ratus juta yang kita gunakan dalam keadaan darurat. Aku meminta Rey menarik 40 juta untuk deposit rumah sakit, sisa 560 juta dihilangkan olehnya. Sudah begitu lama berlalu, mungkin sudah tidak bisa ditemukan, rumah sakit mengembalikan 240juta, kalau begitu Rey masih berhutang padaku 320 juta. Rey beri aku surat hutang……tentu saja, kalau 560 juta ditemukan kembali, 240 juta yang aku terima hari ini akan aku berikan padamu.”
“Bu, kenapa kamu seperti ini.”Emilia gelisah: “Uangku dan Rey hanya cukup untuk melewati hidup, kamu memberikan tekanan begitu besar, bagaimana kami menjalani hidup ke depannya.”
Anna melototinya, berkata: “Apakah aku memintamu mengembalikan uang ini? Untuk apa gelisah. Setelah aku meninggal, uang yang aku tinggalkan semuanya bukankah untuk kamu dan kakakmu.”Setelah itu, dia menatap Caesar, berkata: “Caesar, di keluarga kami hanya ada kamu seorang pria, ke depannya kamu harus patuh, aku juga akan meninggalkan warisan untukmu.”
Novel Terkait
Hidden Son-in-Law
Andy LeePrecious Moment
Louise LeeSomeday Unexpected Love
AlexanderDoctor Stranger
Kevin WongTen Years
VivianMy Goddes
Riski saputroSederhana Cinta
Arshinta Kirania PratistaCinta Yang Berpaling×
- Bab 1 Mempelai Perempuan Menghilang
- Bab 2 Pengganti
- Bab 3 Kesalahpahaman Pertama
- Bab 4 Pemeriksaan Kamar
- Bab 5 Keluarga
- Bab 6 Meminjam Uang
- Bab 7 Pertemuan Kembali Dengan Cinta Pertama (1)
- Bab 8 Pertemuan Kembali Dengan Cinta Pertama (2)
- Bab 9 Mabuk
- Bab 10 Canggung
- Bab 11 Dinas
- Bab 12 Curiga
- Bab 13 Keadaan Darurat
- Bab 14 Kecelakaan 1
- Bab 15 Kecelakaan 2
- Bab 16 Bangga
- Bab 17 Tamu Tidak Diundang
- Bab 18 Salah Paham
- Bab 19 Pipi Yang Berlinangan Air Mata
- Bab 20 Tersesat
- Bab 21 Bercerai
- Bab 22 Bercerai? (2)
- Bab 23 Tidak menjawab telefon
- Bab 24 Tidak menyukai (1)
- Bab 25 Tidak menyukai (2)
- Bab 26 Hal yang tidak berarti
- Bab 27 Dekat
- Bab 28 Perjodohan
- Bab 29 Pemikiran lain
- Bab 30 Membingungkan
- Bab 31 Tidak Boleh Sembarangan Melihat
- Bab 32 : Kebohongan Putih
- Bab 33 Menyatakan Perasaan
- Bab 34 Bercerai Tanpa Membawa Harta
- Bab 35 Tidak Akan Menyerah
- Bab 36 Urusan Rumah Sulit Diselesaikan
- Bab 37 Diberi Hati Minta Jantung
- Bab 38 Serangan Balasan
- Bab 39 Sulit untuk dijelaskan
- Bab 40 Panggilan Video