Cinta Yang Berpaling - Bab 8 Pertemuan Kembali Dengan Cinta Pertama (2)
“Rey, apa maksudmu, aku memanggilmu berkali kali, tapi kamu malah tidak dengar, apa kamu sengaja menghindariku?” Dia berkata dengan senyuman di wajahnya.
“Cherry, kenapa kamu bisa ada disini.” Aku heran karena kita sudah bertahun tahun tidak saling berhubungan, tidak disangka malah dipertemukan di tempat seperti ini.
“Aduh, kamu masih mengenaliku ternyata.” Cherry berkata kegirangan, “Aku pikir kamu sudah melupakanku.”
“Mana mungkin. Kenapa kamu bisa ada disini. Bukankah setelah lulus kamu langsung pergi ke Kota Gorton?” Selain senang, aku juga merasa sedikit canggung, karena dia bukan orang lain, tapi dia adalah cinta pertamaku.
“Ceritanya sangat panjang, lebih baik kamu mentraktirku makan saja, aku akan menceritakannya kepadamu perlahan.” Cherry menjawab.
Aku menatap ke arah langit, menjawab, “Masih belum sampai waktu makan malam.”
Cherry menjawab, “Kalau begitu kita cari tempat untuk duduk, setelah itu baru pergi makan. Rey, sudah lama sekali, kamu tidak akan menolak permintaanku ini kan?”
Melihat senyuman yang perlahan menghilang di wajahnya membuatku sedikit tidak enak hati untuk menolak, jadi aku menganggukkan kepalaku, dan menunjuk tempat di depan, “Kalau begitu kita minum kopi saja, apa kamu masih ingat Cafe Moon di depan sana?”
Cherry menganggukkan kepalanya, dengan tangan menyibakkan rambut ke belakang telinga, “Tentu saja masih ingat, kita dulu sering pergi ke sana.”
Setelah sampai di cafe, Cherry menatap ke sekitar, “Beberapa tahun tidak datang kemari, bahkan suasananya sudah berbeda saja.”
Aku mengatakan, “Tentu saja, pemiliknya saja sudah ganti beberapa kali.”
Setelah itu pelayan datang, aku memesan Americano dan juga Cappucino.
Cherry langsung tersentuh, “Kamu masih ingat jika aku menyukai Cappucino?”
“Apa aku bisa melupakannya, kamu datang ke cafe saja karena ajakanku.” Aku kembali teringat masa lalu yang pernah kita jalani bersama dulu.
Cherry menganggukkan kepalanya, dan tidak melanjutkan perkataannya lebih jauh lagi. Dan kita berdua saling mengalihkan pandangan masing masing. Entah kenapa perasaanku tidak bisa tenang.
Setelah beberapa saat, aku merasa sedikit canggung jika hanya duduk seperti ini saja, jadi aku menanyakan apa yang dia lakukan setelah lulus kuliah. Cherry memberitahuku, dan bekerja di sebuah perusahaan di Kota Gorton selama lima tahun, dan tidak lama kemudian, dia melihat sekolah yang merekrut konselor, jadi dia mencoba untuk melamar pekerjaan disana, dan akhirnya dia mendapatkan peringkat kedua, dan hari ini dia datang untuk melaporkan kedatangannya.
“Kalau begitu kita akan menjadi rekan kerja.” Aku menjawab.
“Rey.” Cherry menatapku, “Apa kamu tau kenapa aku datang kemari?”
Aku tersenyum, “Kamu tertarik akan politik, dan ini juga sesuai denganmu.”
Cherry tersenyum, dan setelah itu dia terdiam cukup lama sambil menundukkan kepalanya.
Setelah itu keheningan tercipta diantara kami. Setelah kopi yang kita pesan disajikan, Cherry meminumnya seteguk, kemudian mengatakan, “Rasanya masih sama.” Dia menatap ke luar jendela, musim ini daun daun tumbuh dengan sangat rimbun, membuat suasana terasa teduh.
Aku juga menatap ke luar jendela, mengatakan, “Segalanya masih sama seperti lima tahun lalu, sampai musim gugur, semua dedaunan menjadi kuning dan berguguran, suasana seperti itu benar benar sangat indah.”
“Benar sekali.” Cherry menarik kembali tatapan kedua matanya, “Aku masih ingat saat musim gugur waktu itu, kita sengaja bangun sangat pagi untuk menikmati dedaunan yang berguguran di jalanan.”
Aku berdehem, hubungan kita berdua saat ini rasanya tidak pantas untuk mengenang masa lalu disini, aku bertanya, “Cherry, apa kamu kemari seorang diri, apa pacarmu juga datang bersamamu?”
Cherry menatapku, tersenyum pahit, “Aku sendirian, aku tidak memiliki pacar.” Dia menghentikan perkataannya, kemudian melanjutkan, “Aku selalu sendiri selama ini.”
“Ken.” Aku baru mengatakan sepatah kata langsung menelan kembali apa yang akan aku ucapkan. Maksud perkataannya adalah dia sedang memberitahuku jika selain hubungan yang kita miliki waktu itu, dia tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun lagi.
“Kamu ingin tanya kenapa aku selalu sendiri kan.” Cherry tersenyum, “Aku juga sempat memikirkannya, aku juga pernah dekat dengan seseorang, tapi aku tidak bisa menjalin hubungan dengannya. Tidak perlu terburu buru, aku masih muda, nanti aku akan menjalin hubungan dan kemudian menikah. Bukankah negara kita juga menyarankan agar kita jangan menikah di usia yang terlalu muda. Rey, aku dengar dari Fenny jika kamu dan Emilia sudah menikah.... Maaf sekali, aku bahkan tidak bisa datang ke pernikahanmu.”
“Oh, iya.” Aku menjawab dengan nada gelagapan.
“Hubungan kalian baik baik saja kan?” Cherry kembali bertanya.
“Ya begitulah.” Aku meneguk kopi milikku. Bagaimanapun juga aku tidak bisa bersikap biasa biasa saja, rasanya ingin sekali kembali ke rumah dengan cepat.
Ini semua karena dalam hatiku masih menyimpan rasa bersalah dan hutang budi kepada Cherry. Aku mengenalnya saat semester keempat, jika diungkit lagi rasanya juga sedikit lucu, malam itu, aku meminjam sepeda teman untuk pergi keluar karena harus mengurus sesuatu, di perjalanan, ada seseorang yang juga mengendarai sepeda dengan sangat cepat, kemudian kita bertabrakan, kebetulan sekali Cherry waktu itu ada di depanku, dan kita berdua menabraknya secara bersamaan. Orang itu beranjak, dan kabur begitu saja. Melihat Cherry yang terbaring di tanah dengan kondisi penuh darah di betisnya, aku langsung meraihnya, tapi dia malah bersandar padaku, dan mengatakan jika akulah yang menabraknya, akhirnya aku mengantarnya ke klinik di kampus. Setelah diperiksa, ternyata tulang di betisnya mengalami patah tulang. Aku juga tidak bisa berbuat apa apa, dan hanya bisa menjaganya selama satu bulan lebih, bahkan sampai mengabaikan urusanku sendiri demi untuk mengurusnya. Ketika pergi ke kampus, aku selalu menggendongnya, saat tiba waktu makan, aku pergi ke asramanya untuk mengirim makanan. Dan hanya demi ini aku sampai dimarahi oleh penjaga asrama beberapa kali, kemudian pembimbing memberiku surat izin untuk keluar masuk asrama. Cherry adalah gadis yang cantik, dan memiliki sifat yang begitu dingin, selama sebulan aku menjaganya, dia benar benar sangat menyulitkanku. Saat kakinya sudah sembuh, dia masih belum menganggap semuanya selesai, setelah itu, setiap dia menemui suatu masalah dia selalu saja memintaku untuk membantunya. Alasannya karena aku pernah menabraknya sebelumnya. Waktu itu aku masih begitu polos, semua orang tau jika aku datang dari desa, aku benar benar sangat kampungan.
Waktu berlalu cukup lama, hal itu membuat perasaan diantara kita mulai tumbuh, sebenarnya pada saat itu aku sudah menyukai Emilia, tapi dia selalu saja tidak memperdulikanku. Saat menginjak tahun ketiga, aku bepikir dalam dalam, dan sepertinya aku dan Emilia tidak ada kemungkinan untuk bersatu, entah itu karena kondisi keluarga, atau status kita yang terpaut sangat jauh. Dia adalah idola di jurusan Bahasa Inggris, banyak sekali laki laki yang mendekatinya. Aku hanya bisa melepaskan Emilia, dan kemudian bersama dengan Cherry. Waktu itu aku memberanikan diri berkata kepadanya, “Cherry, semua orang mengira jika kita sedang menjalin hubungan, apa kita perlu mencobanya?”
Novel Terkait
Perjalanan Selingkuh
LindaCinta Dan Rahasia
JesslynMeet By Chance
Lena TanAir Mata Cinta
Bella CiaoPergilah Suamiku
DanisPria Misteriusku
LylyCinta Yang Berpaling×
- Bab 1 Mempelai Perempuan Menghilang
- Bab 2 Pengganti
- Bab 3 Kesalahpahaman Pertama
- Bab 4 Pemeriksaan Kamar
- Bab 5 Keluarga
- Bab 6 Meminjam Uang
- Bab 7 Pertemuan Kembali Dengan Cinta Pertama (1)
- Bab 8 Pertemuan Kembali Dengan Cinta Pertama (2)
- Bab 9 Mabuk
- Bab 10 Canggung
- Bab 11 Dinas
- Bab 12 Curiga
- Bab 13 Keadaan Darurat
- Bab 14 Kecelakaan 1
- Bab 15 Kecelakaan 2
- Bab 16 Bangga
- Bab 17 Tamu Tidak Diundang
- Bab 18 Salah Paham
- Bab 19 Pipi Yang Berlinangan Air Mata
- Bab 20 Tersesat
- Bab 21 Bercerai
- Bab 22 Bercerai? (2)
- Bab 23 Tidak menjawab telefon
- Bab 24 Tidak menyukai (1)
- Bab 25 Tidak menyukai (2)
- Bab 26 Hal yang tidak berarti
- Bab 27 Dekat
- Bab 28 Perjodohan
- Bab 29 Pemikiran lain
- Bab 30 Membingungkan
- Bab 31 Tidak Boleh Sembarangan Melihat
- Bab 32 : Kebohongan Putih
- Bab 33 Menyatakan Perasaan
- Bab 34 Bercerai Tanpa Membawa Harta
- Bab 35 Tidak Akan Menyerah
- Bab 36 Urusan Rumah Sulit Diselesaikan
- Bab 37 Diberi Hati Minta Jantung
- Bab 38 Serangan Balasan
- Bab 39 Sulit untuk dijelaskan
- Bab 40 Panggilan Video