Cinta Yang Berpaling - Bab 2 Pengganti
Setelah semua rangkaian acara selesai, aku berbisik kepada Winda, “Kak, Emil sepertinya sudah kembali.”
“Aku juga melihatnya.” Winda mengatakan, “Kita masih harus terus berpura pura, kita bersulang terlebih dahulu dengan para tamu, setelah itu seharusnya Emil sudah selesai mempersiapkan diri, setelah itu kalian lanjutkan acaranya.”
Aku menganggukkan kepala, setuju akan rencana Winda. Aku bersulang dengan para tamu sambil menggandeng tangannya, kebanyakan dari mereka semua mengatakan jika paras kakak beradik ini sangat mirip. Setelah selesai bersulang, kita berdua langsung bersembunyi ke belakang aula.
Winda seketika merasa lega, “Aku sudah ketakutan setengah mati, tanganku bahkan sampai berkeringat, takut takut mereka akan mengenaliku.”
“Kak, terimakasih.” Aku berkata penuh rasa syukur.
“Jangan mengatakan hal seprti itu. Ayo kita segera pergi, Emil pasti sudah kesal.” Winda mengatakannya dengan menarik tanganku pergi.
Aku melepaskan tangan Winda, tentu saja dia sadar akan hal ini, dia langsung tersenyum dengan canggungnya, kemudian mengayunkan tangannya untuk memegang gaun yang dia kenakan. Saat di depan ruang persiapan, aku mendengar suara Emil yang sedang ribut. Aku kemudian berkata kepada Winda, “Kak, kamu panggil ayah dan ibu, aku yang akan menenangkannya. Jika kamu masuk sekarang, mungkin dia akan memaki makimu.”
“Aku tidak takut kepadanya, ayo kita masuk saja.” Winda mengatakannya tanpa ragu sedikitpun.
Aku mencoba menghentikannya, “Masalah ini berbeda dengan masalah lainnya, dengarkan saja apa yang aku katakan.”
“Baiklah.” Winda pergi dengan kedua tangan yang menahan gaun yang dia kenakan agar tidak bergesekan dengan lantai.
Aku bersiap siap sejenak, kemudian baru membuka pintu ruangan di depanku. Setelah masuk ke dalam, aku melihat Emil sedang memarahi beberapa orang. Suara dari pintu yang terbuka membuat semua mata tertuju kepadaku. Emil yang melihatku langsung meraih kerah baju yang aku kenakan, “Rey, apa maksudnya? Apa maksudnya kamu malah mengadakan resepsi pernikahan dengan kakakku? Kamu sebenarnya ingin menikah dengannya kan?”
Aku menyibakkan kedua tangannya, dia mencoba kembali mengulurkan tangannya, tapi berhasil ditahan olehku. Beberapa orang yang ada di dalam menariknya untuk duduk di atas kursi. Aku membuka dasi yang aku kenakan, kemudian mengatakan dengan lemas, “Emilia, kamu masih menyalahkan kita? Hari sebesar ini saja kamu malah menghilang, teleponmu tidak bisa dihubungi, apalagi yang bisa kita lakukan, apa aku harus mengatakan kepada para tamu jika pernikahannya dibatalkan?”
“Bukankah aku sudah kembali, apa kalian tidak bisa mengulur waktu sebentar saja?” Emilia menepis tangan orang yang menahannya, kembali memaki, “Rey, masalahnya sudah seperti ini, jangan disembunyikan lagi. Kamu menyukai kakakku kan? Jika kalian tidak bisa menjelaskan masalah ini kepadaku sampai jelas, aku tidak akan membiarkan kalian begitu saja!”
Pada saat ini pintu ruangan terbuka, ibu mertua, ayah mertua, dan Winda terlihat di depan pintu. Ayah mertua langsung berteriak, “Diam, kamu tidak boleh menyalahkan Rey, akulah yang memutuskan semuanya, kita sudah menyiapkan semuanya, tapi kamu malah menghilang tanpa jejak, kita melakukannya juga karena tidak ada pilihan lain. Jelaskan kepadaku, kemarin malam sampai sekarang, kemana saja kamu? Apa yang kamu lakukan?”
Emilia tidak mau mengalah, dia masih bersikeras, dan mengatakan, “Aku tidak kemana mana, karena aku akan menikah, jadi teman temanku mengajakku bertemu, mereka mengatakan aku harus bersenang senang sebelum pernikahanku, dan aku mabuk, kemudian pergi ke rumah teman perempuanku, aku bahkan tidak tau jika baterai teleponku habis, setelah aku bangun, aku langsung datang kemari, tapi siapa yang menyangka jika setelah aku datang malah kakakku dan suamiku lah yang sedang menjalankan resepsi pernikahan. Kenapa kalian melakukan semua ini.... Huhuhu.”
Setelah mengatakan semua itu Emilia menangis. Ibu mertuaku langsung menenangkannya, kemudian malah memarahi kita semua, “Aku sudah mengatakan jika Emil akan kembali, kalian tidak percaya kepadaku. Sekarang semuanya sudah menjadi seperti ini, Emil kan yang paling dirugikan disini.”
“Ibu, ibu juga setuju saat kita memutuskan semua ini.” Winda mencoba untuk menjelaskan, “Aku bahkan tidak merasa dirugikan, kenapa malah kalian yang ribut seperti ini. Emil juga bukan anak kecil lagi, tidak perlu marah marah tidak jelas, cepat ganti gaunmu dan keluar bersama Rey. Masalah lainnya kita bicarakan lagi setelah di rumah nanti.”
“Lakukan seperti apa yang kakakmu katakan, kita keluar terlebih dahulu.” Ayah mertua beranjak pergi meninggalkan ruang persiapan.
Setelah kepergian ayah mertua, Winda dan beberapa orang lainnya juga keluar dari ruangan. Di ruangan ini hanya tersisa aku, Emilia, dan juga perias pengantin.
Saat perias itu memberikan gaun kepada Emila, dia malah melemparnya ke samping, “Aku tidak mau.”
“Kalau begitu aku akan memanggil ayah kemari.” Aku langsung mengancamnya.
Emilia memelototiku kesal, “Kamu hanya bisa mengancamku melalui ayahku.” Dia memalingkan kepalanya kepada perias, “Bantu aku merias wajahku, tipis saja.”
Setelah selesai, perias keluar dari dalam ruangan, Emilia menatapku dengan tatapan aneh, “Kamu juga keluar.”
Aku mengatakan, “Kenapa aku harus keluar?”
“Aku akan ganti pakaian, kamu masih tidak paham ?” Emilia berteriak.
Aku masih ingin membantah, tapi saat menyadari jika masih banyak orang yang menunggu di aula, aku mencoba menahannya dan berjalan keluar. Setelah Emilia selesai mengganti gaunnya, dia keluar, dan menatapku sekilas, kemudian tersenyum, dia langsung menyenderkan kepalanya ke pundakku, “Re... Suamiku, aku lapar, ayo kita makan.”
Aku yang melihat sikapnya berubah 180 derajat membuat perasaanku melunak. Setelah makan beberapa suap, dia kembali menarikku untuk bersulang dengan para tamu.
Setelah acara selesai, tamu tamu sudah meninggalkan aula, dan semua yang harus diurus sudah diselesaikan, kita semua kembali ke rumah.
Rumah pengantin kita berada di satu komplek dengan rumah ayah mertua, itu adalah rumah pemberian ayah mertua untuk kita. Dan karena hal itu aku sering dicemooh oleh Emilia yang mengatakan jika aku adalah seorang parasit.
Para kerabat berada di rumah pengantin kita sore itu, dan Emilia menunjukkan sikap yang sedikit aneh, seperti tidak ada sesuatu yang terjadi sebelumnya. Malam hari, kita pergi ke restoran untuk makan malam, dan setelah itu kita kembali ke rumah, ayah mertua mengatakan jika hari ini adalah hari besarku dan Emilia, jadi mereka tidak kembali lagi ke rumah pernikahan kami, mereka hanya mengatakan besok akan sarapan bersama kita.
Aku dan Emilia kembali ke rumah baru, dan menuangkan dua gelas air kemudian mendudukkan diri di atas sofa. Emilia langsung mendekat, dan menjatuhkan tubuhnya di atas tubuhku, merengek, “Suamiku, aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu.”
Novel Terkait
The True Identity of My Hubby
Sweety GirlLelaki Greget
Rudy GoldI'm Rich Man
HartantoPengantin Baruku
FebiSomeday Unexpected Love
AlexanderPRIA SIMPANAN NYONYA CEO
Chantie LeeWaiting For Love
SnowAwesome Husband
EdisonCinta Yang Berpaling×
- Bab 1 Mempelai Perempuan Menghilang
- Bab 2 Pengganti
- Bab 3 Kesalahpahaman Pertama
- Bab 4 Pemeriksaan Kamar
- Bab 5 Keluarga
- Bab 6 Meminjam Uang
- Bab 7 Pertemuan Kembali Dengan Cinta Pertama (1)
- Bab 8 Pertemuan Kembali Dengan Cinta Pertama (2)
- Bab 9 Mabuk
- Bab 10 Canggung
- Bab 11 Dinas
- Bab 12 Curiga
- Bab 13 Keadaan Darurat
- Bab 14 Kecelakaan 1
- Bab 15 Kecelakaan 2
- Bab 16 Bangga
- Bab 17 Tamu Tidak Diundang
- Bab 18 Salah Paham
- Bab 19 Pipi Yang Berlinangan Air Mata
- Bab 20 Tersesat
- Bab 21 Bercerai
- Bab 22 Bercerai? (2)
- Bab 23 Tidak menjawab telefon
- Bab 24 Tidak menyukai (1)
- Bab 25 Tidak menyukai (2)
- Bab 26 Hal yang tidak berarti
- Bab 27 Dekat
- Bab 28 Perjodohan
- Bab 29 Pemikiran lain
- Bab 30 Membingungkan
- Bab 31 Tidak Boleh Sembarangan Melihat
- Bab 32 : Kebohongan Putih
- Bab 33 Menyatakan Perasaan
- Bab 34 Bercerai Tanpa Membawa Harta
- Bab 35 Tidak Akan Menyerah
- Bab 36 Urusan Rumah Sulit Diselesaikan
- Bab 37 Diberi Hati Minta Jantung
- Bab 38 Serangan Balasan
- Bab 39 Sulit untuk dijelaskan
- Bab 40 Panggilan Video