Cinta Yang Berpaling - Bab 16 Bangga
“Bi.”ucap Caesar dengan penuh semangat:“Kamu masih memikirkan aku, tenang saja, kali ini aku pulang dan tidak akan pergi kemana-mana lagi, paman tidak ada, aku akan tinggal di rumah berbakti padamu.”
Anna membelalakkan mata, mengerutkan kening, tersenyum:“Aiyo, kamu benar-benar ada niat ini ya, ini membuatku bahagia lebih dari apa pun.”
Caesar berkata: “Bi, dulu aku yang terlalu nakal. Tapi kepergian paman membuatku sadar, ayahku juga meninggal lebih awal, kamu dan paman yang baik padaku, tapi aku tidak patuh sedikit pun, membuat kalian khawatir. Sekarang hanya ada kamu penatua dalam keluarga, ke depannya aku pasti akan berbakti padamu. Tapi kita bicarakan dulu, kamu yang mengatakan akan memberiku warisan, dan hatiku sangat senang. Tapi aku tidak akan menerima uang ini. Aku tidak ingin merusak hubungan keluarga dengan kedua kakak hanya demi uang ini.”
“Ok.”Anna mengangguk setuju, suasana hatinya membaik, dan dia memanggil Caesar duduk di sampingnya. Caesar pura-pura baik, memijat bahu Anna.
Orang yang cerdas sekali lihat sudah tahu dia kembali untuk merebut harta, ketika Farhan ada, dia tidak patuh, jadi Farhan tidak begitu menyukainya. Sekarang begitu Farhan meninggal, Anna orang yang mudah di bodohi, dia memanfaatkan kesempatan ini dengan baik.
“Caesar, kamu boleh pulang berbakti pada bibi, tapi kamu harus mencari rumah sendiri di luar. Ini rumahku.”ucap Winda tidak segan.
Caesar menatap Anna, dan Anna meluruskan pinggangnya, berkata dengan tegas kepada Winda: “Winda, aku belum mati, kenapa rumah ini menjadi milikmu. Mulai sekarang, aku yang menjadi kepala keluarga. Caesar, kamu pindah tinggal di kamar kak Emil saja, sekarang dia sudah memiliki rumah sendiri, sayang kalau dikosongkan.”
“Ok, aku dengarkan bibi saja.”ucap Caesar dengan ekspresi patuh. Siapa pun tahu, dia sangat bahagia.
Winda tidak bisa berkata apa-apa lagi. Emilia memberikan tatapan isyarat kepadaku, aku segera berkata: “Bu, aku pergi tanyakan ke kantor polisi, uang itu seharusnya bisa dicari kembali.”
“Jangan.”Anna berkata dengan dingin: “Uang itu bisa dicari kembali atau tidak itu urusanmu, tidak ada hubungannya denganku, kamu tulis surat hutang. Caesar, pergi ambilkan pena dan kertas untuk abang iparmu.”
“Bu, apa maksudmu.”Emilia pergi memegang lengannya dan memohon: “Aku dan Rey sudah menikah, kamu memberinya tekanan begitu besar, bukankah itu sama saja memberiku begitu banyak tekanan. Sekalipun kamu tidak mempedulikan Rey, kamu tidak boleh tidak mempedulikanku. Jangan biarkan dia menulis surat hutang, ke depannya kita berdua pasti akan berbakti padamu.”
“Jangan katakan hal yang tidak berguna padaku, surat hutang ini tetap harus ditulis.”Anna menatapku dengan kejam.
“Nah, Rey.”Caesar menepuk pena dan kertas di depanku.
Aku tahu surat hutang ini harus ditulis. Setelah selesai menulisnya, Caesar membubuhkan stempel ibu jariku di atas kertas, lalu lari ke sisi Anna menunjukkan padanya, bahkan mencegah agar Emilia tidak merebutnya.
Anna mengambil surat hutang yang sudah selesai ditulis masuk ke kamar.
“Caesar, kamu adikku bukan.”Emilia menghampiri ingin memukulinya, Caesar segera menghindar, masuk ke kamar Anna, mengadu dengan keras.
“Ayah sudah meninggal, keluarga ini sudah berakhir.”ucap Winda mendesah.
“Ayo pulang.”ucap Emilia mengambil tas sendiri.
Sesampai di rumah, kami berdua terdiam beberapa saat. Sampai Cherry menelepon, dan aku menjawabnya di balkon. Karena ada Emilia, kami hanya mengobrol sebentar lalu menutup telepon.
Aku kembali ke ruang tamu, melihat Emilia menangis tersedu-sedu, dia memerintahkanku: “Suamiku, pergilah dan pukul si Caesar, kali ini dia kembali pasti ada niat buruk.”
Aku pergi memeluknya, menenangkannya dan berkata: “Apakah aku berani memukulnya? Kalau memukulnya mungkin ibumu bisa membunuhku dengan pisau.”
“Wuwwuwuu.”Emilia menangis, dan kukunya menusuk kulitku: “Suamiku, ayah sudah meninggal, ke depannya siapa yang akan membelamu di rumah.”
Aku tidak menyangka dia bisa mengatakan kata-kata ini, berbicara tentang Farhan, mataku lembab. Aku yang dicubit olehnya merasa kesakitan, lalu mendorongnya menjauh dan duduk. Aku meraih tangannya dan berkata: “Emil, kamu tenang saja. Kalau uang itu tidak bisa ditemukan kembali, aku pasti akan menemukan cara lain, mengembalikan yang itu kepada ibu dan tidak melibatkanmu.”
“Kamu bayar pakai apa, bukankah kamu berhutang 220 juta di luar? Totalnya 540 juta. Penghasilan per bulanmu hanya 8juta, kalau tidak makan dan minum, juga memerlukan 5 tahun untuk melunasinya.”ucap Emilia menangis lagi.
Aku berkata: “Tidak banyak kelas di universitas, tahun ajaran berikutnya aku sudah menjadi kepala sekolah, tidak perlu mengajar, tiba saatnya aku bisa melakukan hal lain. Aku akan bekerja lebih keras dan sedikit menderita untuk membayar uang itu.”
Aku mengusap air mata Emilia, dia terisak dan bertanya: “Siapa orang yang meminjamkan uang padamu, akankah dia mendesakmu membayarnya?”
Untuk meyakinkannya, aku memilih untuk menggelengkan kepala. Aku tahu kalau aku tidak bisa membayarnya Cherry pasti tidak akan memintanya, tapi berhutang begitu banyak padanya, membuat hatiku merasa tidak nyaman. Sudah cukup banyak aku berhutang padanya.
Emilia melirikku, sampai membuatku tidak nyaman. Lalu dia berkata: “Suamiku, ketika ayah meninggal, aku dan ibu bersama-sama memukulmu, apakah kamu menyalahkanku? Sebenarnya aku terlalu cemas hari itu.
“Jangan katakan lagi, itu memang salahku.”ucapku menyelanya.
“Baguslah kalau kamu tidak menyalahkanku.”ucap Emilia terkikik.
Aku menyalakan TV dan membiarkannya menonton TV sebentar, aku ingin keluar mengurusi beberapa masalah. Setelah keluar dari lift, aku menelepon Cherry dan Fenny secara terpisah, dan mengajak mereka bertemu di kedai kopi dekat sekolah.
Cherry tinggal di dekat sini, ketika aku tiba, dia sudah ada di sana. Saat melihatku, Cherry berkata: “Rey, kenapa kamu kurus?”
Aku menundukkan kepala melihat diri sendiri dan berkata: “Tidak ada, aku kurang istirahat akhir-akhir ini, mungkin sedikit kuyu.”
Cherry berkata: “Kita jangan duduk di sini. Kamu pergi ke rumahku saja, malam ini aku akan memasakkan makan enak untukmu, sebentar lagi Fenny tiba.”
Aku berpikir sejenak, bertanya: “Apakah bisa membuat makan malam lebih awal?”
“Bisa.”Cherry bangkit: “Kalau begitu kamu temani aku belanja sekarang, dan aku akan menelepon Cherry sekarang.”
Saat berbelanja sayuran, Cherry memilih sayur di depan, dan aku membawanya di belakang. Dia membeli beberapa sayuran, aku memintanya untuk membeli lebih sedikit, dia bersikeras mengatakan untuk menambah nutrisiku. Melihat dia yang lebih memedulikanku daripada Emilia, ada perasaan yang tidak terungkap di dalam hatiku.
Kami kembali ke kediaman Cherry, Fenny sudah menunggu di depan pintu, dan mengomeli kita berdua.
Setelah duduk dan minum air, aku mengeluarkan 20 juta dari dompetku dan menyerahkannya pada Fenny.
Fenny berkata: “Kenapa begitu cepat kembalikan padaku, apakah uang yang hilang itu sudah dikembalikan?”
Aku menggelengkan kepala: “Belum, masih belum jelas. Uangnya sudah habis, hanya menyisakan 20 juta, jadi aku kembalikan padamu lebih dulu.”
“Kalau begitu aku terima ya.”Fenny memasukkan uang itu ke dalam tasnya.
Setelah mengembalikkan uang Fenny, aku pergi ke dapur, berkata kepada Cherry: “Cher, uangmu itu mungkin untuk sementara aku tidak bisa mengembalikannya, kamu.”
“Kalau tidak ada, tidak usah dibayar.”Cherry bergegas berkata: “Aku seorang diri tidak bisa menghabiskan begitu banyak uang.”
“Aku belum selesai berbicara.”aku benar-benar merasa sedikit tidak bisa mengatakannya lagi: “Cher, mungkin aku akan menyicilnya, kamu harus siap mental.”
“Iya.”Cherry meletakkan barang yang ada di tangannya dan mendorongku keluar: “Aku sudah mengatakannya dengan sangat jelas, tidak perlu buru-buru mengembalikannya padaku, kamu membayarnya selama sisa hidupmu juga boleh, lanjut sampai kehidupan selanjutnya juga boleh. Aku benar tidak buru-buru, cepat keluar, jangan menggangguku masak.”
Fenny memegangi wajahnya dan memandang kami dengan iri.
Aku bertanya: “Fen, ekspresi apa itu?”
Fenny berkata: “Rey, aku pikir kala itu tidak seharusnya kalian putus, kamu dan Cherry benar-benar serasi, sangat cocok. Kalau kalian berdua menikah, pasti akan menjadi pasangan yang paling diirikan, seperti kata puisi, hanya iri pada bebek tidak iri pada dewi.”
Aku terbatuk dua kali, dia benar-benar mengatakan apa yang tidak boleh dikatakan. Aku duduk di sebelahnya dan berbisik: “Fen, ke depannya kamu tidak boleh mengatakan hal seperti ini lagi, aku sudah menikah, sangat tidak pantas kamu mengatakan ini. Pada dasarnya aku sudah sangat bersalah pada Cherry, kamu yang masih mengatakan ini, mungkin akan menyakitiku dan Cherry sampai tidak bisa menjadi teman lagi.”
Fenny menggelengkan kepalanya dengan tidak setuju: “Rey, kamu benar-benar bodoh atau pura-pura bodoh. Kamu lihat Cherry memperlakukanmu dengan sangat tulus, apa mungkin dia tidak mempedulikanmu? Aku pikir Cherry bukan orang seperti itu, kalau dia tahu kamu menjualnya, dia juga masih bersedia menghitung uang untukmu, kamu jangan mengatakan ini tidak enak didengar, apa yang aku katakan itu fakta.”
Aku mengeluarkan sebatang rokok, dan memberinya sebatang: “Kak, tarik nafas dan hisap rokok.”
Untuk mencegah dia menyebutkan hal-hal yang tidak boleh dikatakan, aku berinisiatif mencari topik untuk mengobrol dengannya. Fenny tidak hanya memiliki karakter yang berani, tapi juga memiliki nilai yang bagus di sekolah, jadi topik berbicara dengannya akan sangat luas. Orang yang tidak mengenalnya tidak akan pernah tahu.
Cherry sudah selesai memasak, Fenny mencicipi setiap hidangan, rasanya seperti mencicipi opium.
“Pergi jalan-jalan?”Cherry meletakkan sup yang sudah di sendok di depanku.
Fenny menggelengkan kepala: “Bukan, aku ingin mengubah diriku menjadi seorang pria. Cherry kamu baik sekali, aku ingin menikahi istri sepertimu.”
Cherry berkata dengan kooperatif: “Kalau begitu pergilah, setelah kamu menjadi seorang pria, aku akan segera menikahimu.”
Fenny menepuk pundakku: “Rey, apakah kamu mempunyai komentar?”
Aku bingung: “Komentar apa. Ku doakan kamu sukses.”
Fenny berlari ke sisi Cherry, memegangi wajahnya, dan mencium bibir sakuranya dengan keras, dan kemudian berkata: “Cher, masalah ini sudah diputuskan, mulai hari ini kamu istriku.”
“Dasar.”Cherry menyeka mulutnya dan berkata dengan jijik.
Fenny merasa bangga. Aku menatap Fenny beberapa kali selama makan, merasa ada yang tidak beres. Selama bertahun-tahun, tidak pernah melihatnya berpacaran, semua pria yang muncul di sampingnya seperti teman. Sebaliknya, dia lebih memiliki banyak teman perempuan. Apakah Fenny lesbi?
“Rey, cepat makan, lihat apa.”ucap Cherry mengingatkan.
Aku tersadar, dan dengan canggung menarik tatapanku dari Fenny. Fenny berkata dengan acuh tak acuh: “Cher, kamu pelit sekali, Rey ingin memandangiku, biarkan dia lihat sampai puas, aku yang dilihat juga tidak kekurangan apa pun.”
Setelah itu, dia menegakkan punggungnya, membungkukkan pinggangnya ke arahku, dengan sengaja memperlihatkan dada indah di kerah rendahnya, dan bertanya padaku dengan mulut kecilnya: “Rey, cantik?”
Aku malu, buru-buru menundukkan kepala, makan nasi.
Novel Terkait
Kamu Baik Banget
Jeselin VelaniSiswi Yang Lembut
Purn. Kenzi KusyadiMy Perfect Lady
AliciaMenantu Hebat
Alwi GoPergilah Suamiku
DanisUangku Ya Milikku
Raditya DikaCinta Yang Berpaling×
- Bab 1 Mempelai Perempuan Menghilang
- Bab 2 Pengganti
- Bab 3 Kesalahpahaman Pertama
- Bab 4 Pemeriksaan Kamar
- Bab 5 Keluarga
- Bab 6 Meminjam Uang
- Bab 7 Pertemuan Kembali Dengan Cinta Pertama (1)
- Bab 8 Pertemuan Kembali Dengan Cinta Pertama (2)
- Bab 9 Mabuk
- Bab 10 Canggung
- Bab 11 Dinas
- Bab 12 Curiga
- Bab 13 Keadaan Darurat
- Bab 14 Kecelakaan 1
- Bab 15 Kecelakaan 2
- Bab 16 Bangga
- Bab 17 Tamu Tidak Diundang
- Bab 18 Salah Paham
- Bab 19 Pipi Yang Berlinangan Air Mata
- Bab 20 Tersesat
- Bab 21 Bercerai
- Bab 22 Bercerai? (2)
- Bab 23 Tidak menjawab telefon
- Bab 24 Tidak menyukai (1)
- Bab 25 Tidak menyukai (2)
- Bab 26 Hal yang tidak berarti
- Bab 27 Dekat
- Bab 28 Perjodohan
- Bab 29 Pemikiran lain
- Bab 30 Membingungkan
- Bab 31 Tidak Boleh Sembarangan Melihat
- Bab 32 : Kebohongan Putih
- Bab 33 Menyatakan Perasaan
- Bab 34 Bercerai Tanpa Membawa Harta
- Bab 35 Tidak Akan Menyerah
- Bab 36 Urusan Rumah Sulit Diselesaikan
- Bab 37 Diberi Hati Minta Jantung
- Bab 38 Serangan Balasan
- Bab 39 Sulit untuk dijelaskan
- Bab 40 Panggilan Video