Cinta Yang Berpaling - Bab 28 Perjodohan
Aku memikirkannya sejenak, lalu berkata: “Kamu pergilah, agar nantinya dia tidak asal menduga dan curiga dengan kita. Dimana kamu? Aku akan pergi menjemputmu.”
“Di sekolah, kamu tunggulah aku digerbang sekolah.” Kata Cherry Onsu.
Aku sambil berjalan ke tempat parkir, sambil melefon Emilia. Setelah terhubung, dia memberitahuku, dirinya sedang berbelanja, setelah pulang baru dibicarakan saja. Mengatakan beberapa kata lalu menutup telefon. Tampaknya dia masih mengundang orang lain.
Kembali ke rumah, melihat Winda berdiri di depan pintu. Cherry mengenalinya, lalu memanggil kak. Winda menunjuk Cherry Onsu, berkata: “Sangatlah familiar, siapa namanya?”
“Namaku Cherry Onsu.” Cherry berkata sambil memegang rambutnya.
Winda mengangguk, lalu tiba-tiba teringat: “Benar, Cherry. Kamu adalah cinta pertamanya Rey, kan?”
Cherry Onsu tersenyum malu, situasi yang canggung ini, aku segera membantunya, berkata: “Kak, bukan aku yang menyuruh Cherry datang, Emilia yang menelefonnya.”
“Istrimu, selalu sangat aneh melakukan sesuatu.” Kata Winda.
Setelah membuka pintu dan masuk, aku mengambilkan minuman untuk mereka. Begitu duduk dan mengobrol beberapa kata, ada orang yang mengetuk pintu. Aku membukakan pintu dan melihat, ada banyak orang, Ibu mertua, Caesar dan istrinya, dan masih ada Denny Teigen.
Memasuki rumah, aku menarik Emilia kesamping, menanyakan apa yang terjadi dengan semua ini. Emilia berkata dengan tersenyum: “Apakah kamu masih belum mengerti, aku sedang memperkenalkan orang kepada Winda.”
“Denny Teigen?” Aku sangat terkejut, awalnya mengira dia hanya mengatakannya dengan asal, tidak disangka dia serius, tetapi aku masih bertanya dengan bingung: “Lalu, mengapa kamu memanggil Cherry kemari?”
Emilia berkata: “Cherry Onsu sudah lama tidak kembali, kita seharusnya mengundangnya untuk makan di rumah, bukan.”
“Mengujiku?” Aku merasa dia memiliki tujuan.
“Omong kosong, aku tidak.” Emilia berkata: “Kamu yang berpikir terlalu banyak, baiklah, aku akan pergi membantu Ibu memasak. Kamu pergi duduklah di luar, pergi menjodohkan mereka.”
“Apakah kamu sudah memberitahu Kakakmu?”
“Belum. Jika mengatakannya, takutnya tidak akan bertemu.” Emilia berkata dengan percaya diri: “Denny memiliki kondisi yang begitu bagus, selama membuat kesempatan untuk mereka berdua, hal ini pasti akan berhasil.”
“Membosankan, aku berani yakin hal ini akan gagal.” Kataku dengan sangat pasti. Aku tidak memahami Denny Teigen, tetapi aku memahami Winda.
“Sembarangan bicara.” Emilia membuka pintu, lalu memberiku isyarat.
Duduk di ruang tamu, melihat Caesar sedang membangkitkan suasana. Aku juga malas untuk menyela. Caesar seharusnya tahu rencana Emilia, jadi selalu membicarakan tentang Denny Teigen dan Winda. Denny Teigen juga sangatlah antusias, tetapi Winda tetap sangatlah dingin dan datar.
Kemudian, Caesar mengusulkan untuk bermain catur, Caesar dan Denny Teigen memainkan 3 pertandingan, dan kalah dalam semua pertandingan. Lalu Caesar memuji Denny Teigen.
“Winda, kudengar kamu juga pandai bermain, ayo kita main?” Denny Teigen mengundang.
Winda menggelengkan kepala, memanggilku: “Rey, kamu saja yang main.”
Aku sedang khawatir tidak memiliki kesempatan untuk menghentikan semangatnya, jadi aku duduk didepan papan catur.
“Aku mengusulkan, kita menebak siapa menang dan kalah.” Kata Caesar.
Yang lainnya setuju, Caesar segera mengatakan Denny menang, dan Lilis segera mengikutinya.
Winda berkata: “Cherry, kalau begitu kita berdua mendukung Rey akan menang saja.”
Cherry mengangguk. Aku terbatuk sekali, berkata: “Hanya seperti ini saja, bagaimanapun juga harus bertaruh menang dan kalah, kan.”
“Kalau begitu, bertaruh 1 juta disetiap pertandingan.” Kata Caesar.
Setelah mereka berempat bertaruh uangnya, Denny Teigen berkata: “Guru Rey, kita berdua juga bertaruh sedikit, bukan?”
“Terserah.” Kataku tanpa banyak pikir, setidaknya aku pernah mengikuti kompetisi catur provinsi di perguruan tinggi, dan masih mendapatkan peringkat.
“Kami masing-masing bertaruh 1 juta, kalian berdua setidaknya juga harus bertaruh masing-masing 2 juta, bukan?” Caesar mengusulkan.
Aku dan Denny Teigen setuju. Ketika kami bermain catur, Caesar terus berbicara padaku, ingin mengalihkan perhatianku. Aku sambil menanganinya, sambil bermain catur.
Pertandingan pertama membutuhkan 20 menit, dan aku kalah dengan begitu saja.
Caesar langsung mengambil uang kami bertiga kesana, lalu berkata dengan bangga: “Rey, sudah kukatakan, kamu tidak bisa memenangkan Denny.” Dia berkata kepada Winda: “Kak, kalau tidak kamu mengikuti taruhan kami saja.”
“Hanya pertandingan pertama.” Winda berkata dengan acuh tak acuh.
Aku sambil meletakkan catur, sambil berkata: “Kalau begitu, mari mulai pertandingan kedua.”
“Pertandingan kali ini tidak boleh bertaruh 1 juta lagi.” Caesar berkata dengan percaya diri: “Kita bertaruhlah lebih besar, 4 juta.”
“Bertaruh 4 juta?” Tanya Cherry Onsu.
Aku mengangkat kepala dan melihatnya: “Bertaruhlah.”
Dia mengiyakan, lalu mengeluarkan 4 juta. Winda juga mengeluarkannya dengan santai. Terakhir, aku kalah lagi dalam pertandingan ini. Uang 10 juta yang diberikan Wakil dekan Sito tadi, lenyap begitu saja.
Caesar menyimpan uang, menggelengkan kepala dan mencibir: “Rey, kamu sudah terlalu tidak tahu kemampuan sendiri. Apakah masih perlu memainkan pertandingan ketiga, aku rasa tidak perlu lagi.”
Denny Teigen berkata dengan santai: “Aku akan mengikutinya, Guru Rey yang memutuskannya saja.”
“Tentu saja mau.” Aku berkata, melihat Caesar: “Apakah berani bertaruh lebih besar lagi?”
“Kamu masih ingin mendapatkan keuntungan dalam satu pertandingan.” Caesar berkata: “Selama kamu berani, kami akan bertaruh.”
Aku mengangguk, pada saat ini Winda berkata: “Lebih baik bertaruh 4 juta saja, apakah berarti bermain begitu besar?”
“Tentu saja berarti.” Aku melihat Winda: “Kenapa, kakak tidak percaya padaku?”
Winda tidak menjawab, tampaknya dia juga tidak berani mempercayaiku.
Aku bertanya kepada Caesar: “Kamu berencana bertaruh berapa banyak?”
Caesar memikirkannya, menggertakkan gigi dan berkata: “20 juta, apakah kamu berani?”
“Baik.” Aku menjawab dengan santai: “Kalian bertaruh 20 juta, aku dan Denny Teigen akan bertaruh 40 juta.”
“Apakah kamu memiliki uang sebanyak itu?” Tanya Caesar.
“Apakah kamu ada?” Tanyaku balik.
Caesar bangkit: “Aku pergi menarik uang, kalian tunggulah.”
Dia berbalik badan, dan bertanya lagi: “Kalian juga harus mengeluarkan uang itu.”
Aku tahu Winda masih memiliki uang simpanan, jadi berkata: “Kak, merepotkanmu harus pergi bersama Caesar.”
Winda sedikit ragu, dan Cherry berkata: “Kalau tidak, aku pergi saja.”
“Aku saja.” Winda bangkit dan berkata.
Sepuluh menit kemudian, Caesar dan Winda kembali. Total uang sebanyak 120 juta diletakkan diatas meja, Denny Teigen dengan santai membuka tas dan mengeluarkan 40 juta.
Emilia mendengarkan gerak-gerik didalam dapur, berlari keluar dan terkejut ketika melihatnya. Caesar menghasut: “Kakak kedua, kamu juga bertaruhlah 20 juta, bertaruh di pihak Denny Teigen, setidaknya mendapatkan kembali sedikit kerugian Rey.”
Emilia berpikir sejenak, pergi ke dapur lalu mengeluarkan 20 juta, dan meletakkan di sisi Caesar: “Aku juga akan bertaruh 20 juta.”
“Emil, kamu tidak mendukung suamimu, mengapa bertaruh ke sisi sana.” Tanya Winda.
Emilia berkata: “Bukankah aku demi kebaikannya, kami dari awalnya sudah berhutang.”
“Terserahlah.” Aku sungguh tidak perduli sama sekali. Hanya saja sedikit terkejut, mengapa dia bisa menaruh uang tunai 20 juta didalam rumah.
Setelah meletakkan uang, Emilia pergi ke dapur lagi. Pada saat ini, waktu untuk menyelesaikan langkah terakhir akhirnya tercapai. Setengah jam kemudian, kekalahan Denny Teigen sedikit terlihat, dia tidak berdaya menghadapi catur ini.
Caesar memberikan segelas air: “Denny, minumlah air dulu, pikirkanlah dengan pelan, kamu pasti akan memenangkan pertandingan ini lagi.”
Setelah berpikir beberapa menit, Denny akhirnya mengambil langkah berikutnya, kemudian aku menggunakan 3 langkah, dan mengalahkannya. Denny Teigen menghela nafas, lalu meletakkan 40 juta dihadapanku: “Kamu sudah menang.”
Aku terburu-buru menyentuh Winda, dia segera mengambil uang dari pasangan Caesar itu, selama Winda terlambat selangkah, Caesar akan mengambil kembali uangnya, kemudian bermain curang.
Menghadapi hasil ini, Caesar tidak bisa duduk diam, bangkit dan menunjukku, berkata: “Rey, kamu curang. Kamu kalah begitu tragis dipertandingan sebelumnya, mengapa begitu hebat di pertandingan ini. Ini pasti terjadi masalah.”
“Denny, apakah aku memiliki masalah saat bermain?” Aku bertanya kepada Denny.
Denny Teigen menahan tangan Caesar, berkata sambil tersenyum: “Caesar, aku yang tidak berkemampuan, Rey memang sudah menang.”
“Anggaplah uangku.” Denny Teigen berkata dengan royal: “Nanti kamu ikuti aku ke bank untuk menarik uang.”
“Terima kasih, Denny.” Caesar segera berterima kasih.
Aku sengaja memprovokasi Caesar, berkata: “Apakah masih akan bermain?”
“Tidak lagi.” Caesar berkata dengan kesal.
Aku mengumpulkan total 60 juta, ditambah 11 juta yang kalah, dikurangi kekalahan Emilia 20 juta, totalnya memenangkan 29 juta.
Caesar berlari ke dapur, juga tidak tahu apa yang dia katakan, terakhir Emilia dan Ibu mertua tidak ada yang berjalan keluar.
Ketika makan, Ibu mertua sekeluarga, kecuali Winda, semuanya sangat antusias terhadap Denny Teigen. Situasi ini terlalu jelas. Selesai makan, duduk dan mengobrol santai sebentar, Ibu mertua menyuruh Denny Teigen pergi bermain ke rumahnya, lalu makan malam disana saja. Denny Teigen menyutujui tanpa sungkan sedikitpun.
Cherry Onsu ingin pulang, Ibu mertua tidak menyuruhnya menetap. Ketika aku mengantarnya pulang, Emilia ribut ingin ikut bersama. Dalam perjalanan pulang, Emilia terburu-buru memintaku mengembalikan 20 juta kepadanya.
Aku sengaja berkata: “Mengembalikan apa. Kamu sendiri yang mendukung Denny Teigen. Huh, Emil, kamu juga sangatlah aneh, kamu bertaruh Denny menang, dan tidak bertaruh aku menang, apa maksudmu. Seolah-olah kalian adalah sekeluarga, aku hanyalah orang luar.”
Emilia menjelaskan: “Suamiku, kamu sudah salah paham padaku. Bukankah kamu sudah kalah 2 pertandingan, aku takut kamu akan terus kalah, kamu juga tahu kita berhutang banyak uang, jika kamu mengalahkan uang begitu saja, bagaimana kita melewati hidup. Aku bertaruh padanya, juga untuk dapat menyelamatkan sedikit kerugian.”
Aku menggelengkan kepala sambil tersenyum, tidak peduli bagaimana dia menjelaskan, didalam hatiku tetap tidak senang.
“Suamiku, aku sungguh ingin membantu.” Emilia berkata: “Aku hanya ada 20 juta itu, kamu kembalikanlah padaku, oke?”
“Mengapa?” Aku sengaja bertanya.
Emilia berkata dengan manja: “Suamiku, anggap aku yang salah. Kamu kembalikan 20 juta itu, oke, aku sungguh hanya memiliki uang itu.”
“Darima kamu memiliki uang sebanyak ini?” Aku harus menyelidiki masalah ini.
“Menabung.” Emilia berkata: “Awalnya aku ingin memberikan uang ini kepadamu, tetapi jika memberinya, kamu akan mengambilnya untuk melunasi hutang kepada Ibu, jadi aku tidak memberikannya. Suamiku, selama uang disimpan ditempatku, itu adalah milik kita berdua.”
Aku tertawa: “Baiklah, nanti aku akan memberikannya padamu.”
Emilia mendekati: “Suamiku, berikan kepadaku 40 juta yang kamu menangkan juga. Ibuku sekarang pasti tahu kamu memiliki uang ini, ketika pulang pasti akan memintanya padamu. Jika kamu memberikannya padaku, dia memintanya padaku juga tidak ada gunanya.”
“Kamu jangan memikirkan tentang uang ini.” Aku menolak: “Uang 20 juta itu masih ada uangku sendiri senilai 11 juta, uang-uang ini, 20 juta melunasi hutang ibu, dan akan melunasi hutang kepada orang yang meminjamkanku 200 juta. Jika tidak melunasi hutang ini, akan menjadi tekanan batinku. Kamu juga tidak ingin Ibumu terus mengancam kita dengan uang, kan.”
“Semua salahmu terlalu ceroboh, jika tidak menghilangkan uang itu, kita tidak akan hutang begitu banyak uang.” Emilia mengeluh.
Aku berkata: “Hal ini sampai disini saja, apakah berguna mengatakan semua ini?”
“Intinya salahmu.” Emilia bergumam.
Ketika tiba di rumah Ibu mertua, Emilia menarik Winda ke samping. Aku tidak memiliki topik untuk dibicarakan dengan Caesar, dan lebih tidak ada yang bisa dikatakan dengan Denny Teigen, jadi pergi ke ruang kerja dan membaca buku.
Setelah beberapa saat, Emilia juga menarikku kesana. Didalam kamar Winda, Emilia berkata dengan terus terang: “Rey, kamu berilah pendapat. Denny memiliki kondisi yang begitu bagus, orangnya juga tampan, bukankah sangat cocok dengan kakak.”
“Apa pendapat kakak sendiri?” Aku bertanya dan melihat Winda.
Emilia berkata: “Jika dia menyetujuinya, apakah aku masih perlu menyuruhmu kemari.”
Aku berkata: “Emilia, hal tentang hubungan adalah melihat jodoh, tidak boleh dipaksakan. Masalah Kakak, kamu biarkanlah dia memutuskan sendiri.”
“Jodoh apa?” Emilia berkata dengan tidak setuju: “Jika tidak mencobanya, bagaimana mengetahui tidak berjodoh. Dulu aku juga tidak menyukaimu, jika berdasarkan pernyataanmu, bukankah kita berdua tidak memiliki jodoh. Tetapi bukankah kita berdua sudah menikah sekarang, dan juga dilewati dengan baik.”
“Menurutku, lebih baik mendengarkan pendapat kakak sendiri, aku tidak akan banyak bicara tentang hal ini, aku pasti akan menjodohkannya, tetapi Denny Teigen sudah tidak memiliki kesan baik buatku.”
“Urusanku, aku tahu itu sendiri, kalian jangan ikut campur.” Kata Winda.
“Kak.” Emilia menariknya dan lanjut membujuk: “Denny sungguh lumayan bagus, tidak peduli apakah kondisinya sendiri atau kondisi keluarganya, semuanya sangatlah baik, sangat cocok denganmu. Kamu pertimbangkanlah sebentar, jika sungguh tidak bisa, tetapi bergaul sebentar, juga bisa menjadi teman, bukan.”
“Baiklah.” Winda berkata: “Tetapi urusan berikutnya, kamu tidak boleh ikut campur.”
“Kak, kamu sungguh baik.” Emilia berkata dengan senang.
“Emil, Emil….kamu dimana.” Ibu mertua memanggil diluar.
Setelah Emilia keluar, aku berkata: “Kak, Denny Teigen itu, kamu tidak usah mempertimbangkannya lagi. Orang itu sungguh tidak bagus, belum lama ini aku bertengkar dengan Emilia, juga karena dia.”
“Apa yang terjadi?” Winda bertanya dengan terkejut.
Novel Terkait
Sang Pendosa
DoniMy Lady Boss
GeorgeIstri kontrakku
RasudinIstri ke-7
Sweety GirlSi Menantu Dokter
Hendy ZhangLove and Trouble
Mimi XuBack To You
CC LennyCinta Yang Berpaling×
- Bab 1 Mempelai Perempuan Menghilang
- Bab 2 Pengganti
- Bab 3 Kesalahpahaman Pertama
- Bab 4 Pemeriksaan Kamar
- Bab 5 Keluarga
- Bab 6 Meminjam Uang
- Bab 7 Pertemuan Kembali Dengan Cinta Pertama (1)
- Bab 8 Pertemuan Kembali Dengan Cinta Pertama (2)
- Bab 9 Mabuk
- Bab 10 Canggung
- Bab 11 Dinas
- Bab 12 Curiga
- Bab 13 Keadaan Darurat
- Bab 14 Kecelakaan 1
- Bab 15 Kecelakaan 2
- Bab 16 Bangga
- Bab 17 Tamu Tidak Diundang
- Bab 18 Salah Paham
- Bab 19 Pipi Yang Berlinangan Air Mata
- Bab 20 Tersesat
- Bab 21 Bercerai
- Bab 22 Bercerai? (2)
- Bab 23 Tidak menjawab telefon
- Bab 24 Tidak menyukai (1)
- Bab 25 Tidak menyukai (2)
- Bab 26 Hal yang tidak berarti
- Bab 27 Dekat
- Bab 28 Perjodohan
- Bab 29 Pemikiran lain
- Bab 30 Membingungkan
- Bab 31 Tidak Boleh Sembarangan Melihat
- Bab 32 : Kebohongan Putih
- Bab 33 Menyatakan Perasaan
- Bab 34 Bercerai Tanpa Membawa Harta
- Bab 35 Tidak Akan Menyerah
- Bab 36 Urusan Rumah Sulit Diselesaikan
- Bab 37 Diberi Hati Minta Jantung
- Bab 38 Serangan Balasan
- Bab 39 Sulit untuk dijelaskan
- Bab 40 Panggilan Video