Cinta Tak Biasa - Bab 29 Nomor Yang Penting

Itu bukanlah Fenny yang hati dan fisiknya dipenuhi oleh Jason seorang, seperti dulu. Bukanlah suara milik Fenny yang dulu Jason nikahi dan berjanji akan selalu menunggu Jason hingga akhir hidupnya. Sekarang, Fenny sudah berada di dalam pelukan pria lain. Di dalam pelukan Fenny, ia menggendong seorang anak yang dilahirkannya bagi pria lain.

Hati Jason serasa dihujam oleh pisau dan kepalanya tertunduk dengan lemah. Ia baru menyadari bahwa kini sekujur tubuhnya seolah terluka dan dipenuhi darah. Ia tidak bisa berdiri tegap lagi. Seolah ia sudah berada di ujung tanduk dan akan terjatuh.

“Ini... Anakmu dan Robin?” tanya Jason.

“Betul.” jawab Jerry dengan dingin. Kali ini, ia mengambil kembali anak perempuan itu dari gendongan Jason, “Anak ini benar-benar adalah anakku dan Fenny. Kami masih ada urusan jadi kami pergi dulu. Kami tidak bisa terus-terusan mengobrol denganmu, jadi silakan lakukan apa yang kau mau.”

“Fenny, apakah itu benar?” tanya Jason sambil menatap Fenny sekali lagi, suaranya bergetar.

Kamu mengejar-ngejarku selama sepuluh tahun.

Lalu sekarang, ternyata kamu masih hidup dan diam-diam memiliki anak dengan pria lain?

Tubuh Fenny bergetar. Ia belum sempat mengucapkan apapun ketika Robin dengan tenang memeluknya. Robin juga memeluk anak perempuannya yang sedang menangis. Ia melindungi ibu-anak itu seperti sebuah gunung yang luas dan membawa mereka pergi tanpa menoleh ke Jason lagi.

Jiwa Jason seolah belum kembali. Matanya tidak bisa lepas dari keluarga kecil yang berjalan semakin jauh itu. Tubuhnya bergetar dengan hebat.

Dan semuanya menjadi gelap.

Jason menatap tangannya dan mulai menyusun informasi yang ia miliki. Anak perempuan itu masih berusia 1,5 tahun, sedangkan tiga tahun sudah berlalu semenjak Fenny jatuh dari tebing. Awalnya, Jason berpikir bahwa ia masih sedikit berhalusinasi. Tapi sekarang, ia tidak perlu berpikir apa-apa lagi karena anak itu adalah anak Robin.

Dengan jari telunjuknya, Jason mengusap foto Fenny yang tertera pada dokumen itu. Berharap ia masih bisa mendapatkan sedikit kehangatan yang pernah Fenny berikan untuknya.

Jason lalu pergi untuk minum. Ia terus menenggak minumannya hingga malam tiba lalu pergi ke kebun anggrek.

Suasana di kebun anggrek sangat tenang dan sepi. Jason meletakkan sebelah tangannya pada dinding dan mendorong pintu rumahnya terbuka. Saat itulah, kedua matanya memerah.

Rasanya waktu belum berlalu begitu lama ketika rumah ini selalu terasa hangat. Tidak peduli betapa jahat ucapan Jason, selalu ada satu orang itu di hadapannya. Seperti seekor ngengat yang tidak pernah lelah, dengan sabar ia duduk di atas sofa di ruang tamu dan menunggu Jason pulang.

Terkadang, ada beberapa hal yang lebih baik dilupakan sepenuhnya. Apabila terus diingat-ingat, maka hanya akan membekas dan menyulitkan diri sendiri.

Jason melangkah naik menuju kamarnya. Kali ini, ia tidur di tempat dimana Fenny biasanya tidur. Ia memeluk bantal yang biasa digunakan Fenny. Ia menundukkan kepalanya sedikit, berusaha mencium wangi tubuh Fenny yang masih tersisa pada bantal itu.

Tapi, Jason tidak dapat mencium apapun. Wangi Fenny sudah pudar ditelan waktu.

Hanya dalam waktu tiga tahun, Fenny seolah-olah tidak pernah menginjakkan kakinya di tempat ini. Tidak ada wanginya yang tersisa sedikit pun.

Tapi Jason masih belum rela melepaskan kepergiannya. Ia memeluk bantal itu dengan sangat erat, membuat dirinya sendiri kesulitan bernapas.

Jason tidur dengan lelap, sedikitpun tidak menyadari bahwa Susan sudah masuk ke kebun anggrek sejak satu jam yang lalu.

“Jason... Jason...”

Susan mendorong kursi rodanya sambil mendekat. Jason jelas-jelas sudah berjanji padanya untuk pergi menemani Susan melihat-lihat gaun pengantin hari ini. Tapi, setelah belasan kali menelepon Jason terus-menerus, batang hidung pria itu tetap tidak terlihat.

Ketika sudah tidak ada respon apapun lagi dari dalam kamar, Susan berpikir bahwa Jason pasti sudah terlelap.

Susan pun tidak berpura-pura lagi. Ia bangkit berdiri dari kursi rodanya dan berjalan menuju meja kecil dimana Jason menaruh ponselnya. Ia mengambilnya lalu berjalan pergi.

Susan tidak berani melihat-lihat isi ponsel Jason apabila pria itu sedang ada bersamanya. Tapi sekarang, Susan harus memastikan bahwa Jason tidak menyembunyikan wanita lain darinya.

Tidak ada pesan apapun. Susan lalu membuka daftar kontak.

Tidak ada apapun yang aneh. Jason hanya menggunakan huruf ‘a’ sebagai kontak paling atas. Pastilah ini nomor milik seseorang yang sangat penting.

Jason tidak pernah mengatakan apapun tentang siapa yang ia sayangi sehingga Susan tidak tahu siapa pemilik nomor ini. Mungkin orangtua Jason atau mungkin saja kakeknya.

Susan memutuskan untuk tidak berpikir apapun lagi. Ia baru saja meletakkan ponsel Jason ketika jarinya secara tidak sengaja menyentuh layar ponsel itu. Nomor itu pun langsung tersambung.

“Halo?”

Baru saja Susan mengangkat telepon itu, suara di seberang telepon yang terdengar membuat sekujur tubuh Susan terasa dingin.

Novel Terkait

Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu