Blooming at that time - Bab 16 Dia menjaga mayat itu
“Dia membakar dirinya sendiri......Api itu, dia sendiri yang nyalain......”
Andrian meraung gila-gilaan, mendorong semua orang dan menuju ke perumahan, pemadam kebakaran tidak bisa menahan, terlihat beberapa orang mengangkat tandu yang terbaring seorang mayat hangus.
Mereka bilang mayat itu ditemukan di lantai dua.
Mayat itu sudah tidak jelas mukanya, seolah-olah akan menjadi abu jika tertiup angin.
“Al......Alicia......”Dia menghalang di tengah jalan, tiba-tiba terlutut, mata yang merah lembap menatap mayat itu.
Kenapa bisa begini?!
Dia peluk erat mayat itu, tidak ingin percaya dengan kenyataan, “Tidak mungkin, Alicia, bangun!”
“Manajer, orang yang meninggal tidak bisa hidup kembali.”
Henry hendak memapahnya berdiri, tapi Andrian sudah gila, tidak ada seorang pun yang boleh menyentuh Alicia.
Alicia dia......
Dia pernah sangat benci, pernah mengancam akan membunuhnya, tapi, dia sama sekali tidak pernah membayangkan, dia akan benar-benar mati......
***
Teresa ada di kerumunan orang, dengan pandangan dingin melihat lidah api besar itu menelan satu rumah itu.
Dia juga ada melihat Andrian, dia membopong mayat tersebut dan pergi.
“Alicia, tidak ada lagi yang bisa menghalangi aku......”
“Seorang yang mati, akhirnya akan menjadi abu dan ditaburkan......”
***
Upacara pemakaman Alicia sangat suram, membuat orang-orang teringat beberapa waktu lalu keluarga Huo baru saja acara nikah, ini baru saja berapa lama, malah sudah terjadi hal demikian.
Andrian terdiam di ruang perkabungan selama tiga hari, sebuah tempat yang penuh dengan bunga krisantemum putih, dan di dalam peti yang halus pahatannya terbaring diam Alicia yang sudah tidak jelas sama sekali mukanya.
Semasa hidupnya penuh derita, semua yang berharga baginya direbut, anaknya tidak bisa diselamatkan, matanya yang tanpa kornea, bahkan badan juga cacat.
Setelah meninggal hangus dan gosong, kelima panca indera habis terbakar, melihat saja membuat orang merasa ngeri.
“Andrian, kenapa harus bertemu dengan kamu! Di kehidupan selanjutnya, aku lebih baik tidak pernah mencintaimu!”
Muka Alicia yang menyebutkan kata-kata penuh pertanda itu tidak bisa hilang dari pandangan Andrian, dia sangat ingin melihatnya tertawa sekali lagi, tawa yang begitu cemerlang dan murni.
Alicia, aku kalah......
Air mata hangat Andrian jatuh melewati ujung bibirnya, hatinya bagai mempunyai luka besar yang mengalir darah segar, sangat sakit sekali!
***
Lagu berkabung mulai dimainkan, para tamu memberikan sebuket krisantemum putih, dan berbisik-bisik dengan suara kecil.
“Tidak keluar?”
Semua orang mempunyai pertanyaan yang sama.
Andrian sudah gila.
Selama 3 hari 3 malam, dia peluk peti itu dan tidak melepas tangan, juga tidak mengijinkan seorang pun menyentuh Alicia, sekali sentuh dia langsung meraung dan berteriak ke orang tersebut.
Ruang perkabungan seolah-olah menjadi tempat ia berduaan dengan Alicia, hanya dunia milik mereka.
Sambil menatap yang terbaring di dalam peti, dia mengulurkan tangannya dan menyentuh muka yang seperti arang hitam itu, tiba-tiba ia tertawa, dia gila, dia benar-benar sudah gila!
“Alicia, kamu cantik sekali ketika senyum!”
Jarinya terhenti di ujung bibirnya, dengan pandangan mata yang rindu, membuat hawa ruang perkabungan yang seram ini semakin aneh.
Seolah-olah di telinganya ada suara tawa Alicia, perkataan yang hanya bisa terdengar oleh dia : “Kak Andrian......Sini indah sekai, kak Andrian, Alicia mau selamanya bersama kamu.”
Wajah mungil Alicia yang bersih, ingin sekali rasanya dicium.
Tiba-tiba, dia dengan lucunya membuat muka jelek ke dirinya, “Kak Andrian, kamu pernah bilang mau melindungi aku seumur hidup, betulkah?”
“Itu hanya candaan.”
“Oke, kalau cuma candaan, dan aku marah nanti, jangan sampai kamu nanti menangis-nangis minta aku maafin.”
Alicia menjulurkan lidahnya.
Lucu, manis......
Laki-laki jantan tidak mengeluarkan air mata, melainkan mengeluarkan darah......
Dia mengira selamanya ia tidak akan tahu rasanya air mata, hingga ujung lidahnya merasakan asin pahit.
“Alicia, mengapa kamu pergi meninggalkan aku? Bukannya kamu takut gelap? Kamu sendirian, kalau ketakutan gimana?”
Setengah badan Andrian menjulur masuk ke dalam peti, “Alicia, jangan main-main lagi ya? Buka matamu dan lihat aku? Aku benar-benar nangis! Kamu sudah maafin aku?”
Orang yang baru masuk melihat ia berbicara begitu dekat dengan mayat, sangat kaget hingga tak bisa berkata apa-apa.
“Tuan Huo, sebentar lagi sudah waktunya dikremasi, biarkanlah nona Lim pergi dengan tenang?”
“Tenang apaan!” Andrian seperti perompak yang menjaga hartanya, dengan sadis menoleh dan sebuah tinjuan sampai pada orang yang berbicara tadi.
“Tuan Huo, cuaca panas sekali, kalau ditaruh begitu lama lagi mungkin akan membusuk, lebih baik segera dikremasi......”
“Pergi! Semuanya pergi!”
Gelagat dia yang demikian mengejutkan beberapa orang dan segera lari dari situ, Andrian yang masih emosi pun mengejar, Henry dengan hati berat menghalanginya : “Manajer, nyonya pergi dengan tidak tenang, lepaskanlah dia, dikuburkan saja, boleh tidak?”
Dikuburkan biar tenang!
Kalau Alicianya menjadi abu dan dikubur di dalam tanah, dia tak bisa lagi bertemu dengannya!
Tidak boleh!
Siapa pun tidak boleh menyentuh Alicia, Alicia itu miliknya!
“Siapa pun yang hari ini berani menyentuh Alicia, aku potong tangannya!”
Sambil marah emosi, dia membungkukkan badannya dan memeluk mayat tersebut ke dalam pelukannya, “Alicia, jangan takut, kakak ada disini.”
“Andrian, berhentilah demikian!”
Dalam kata-kata yang kuat dan keras itu, seorang kakek tua datang mendekati, sebuah tamparan mendarat di muka Andrian.
Andrian hilang keseimbangan dan mayat itu jatuh ke dalam peti.
Kakek Lim emosi sampai gemetaran, mata yang keruh menampakkan emosi yang dalam, satu-satunya cucu perempuan dia, pergi begitu saja, hampir satu tahun tidak bertemu, dia menatap mayat hangus itu dan bayangan wajah Alicia yang indah dan ramah menjadi samar-samar.
“Sialan kamu! Berpura-pura apa kamu? Bagaimana kelakuan kamu terhadap Alicia semasa ia hidup, dan sekarang kamu berpura-pura untuk apa? Untuk kasih lihat ke siapa hah!?”
Novel Terkait
Mbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeAwesome Guy
RobinCinta Yang Terlarang
MinnieLove And Pain, Me And Her
Judika DenadaUnplanned Marriage
MargeryAdieu
Shi QiCinta Seorang CEO Arogan
MedellineBlooming at that time×
- Bab 1 Pada saat itu aku harusnya mencekikmu sampai mati
- Bab 2 Kamu benar-benar kejam
- Bab 3 Telah mengandung anaknya
- Bab 4 Anak harus mati
- Bab 5 Dipaksa untuk Aborsi
- Bab 6 Mengambil matanya
- Bab 7 Donasi Kornea
- Bab 8 Kehilangan Cahaya
- Bab 9 Mencelakai Anaknya
- Bab 10 Dia telah kabur
- Bab 11 Mereka Telah menikah
- Bab 12 Mati bersama Anak Liarmu
- Bab 13 Tolonglah Aku Andrian
- Bab 14 Anak Kita Telah Mati
- Bab 15 Manajer Huo, nyonya meninggal
- Bab 16 Dia menjaga mayat itu
- Bab 17 Dia pantas mendapatkannya
- Bab 18 Orang mati tak bisa berbicara
- Bab 19 Andrian Huo sudah gila
- Bab 20 Anaknya masih hidup
- Bab 12 Cekik mati anak itu
- Bab 22 Lecurkan dia
- Bab 23 Teresa berbohong
- Bab 24 Kamu yang membunuh Alicia!
- Bab 25 Berhutang terlalu banyak sama dia
- Bab 26 Pembunuhan
- Bab 27 Kalian semua pantas mati
- Bab 28 Kenyataan
- Bab 29 Dia berhutang nyawa
- Bab 30 Mendaftar pernikahan
- Bab 31 Kamu jangan salah paham terhadapku
- Bab 32 Aku pantas mati
- Bab 33 Kota yang berbeda, orang yang sama
- Bab 34 Aku akan memberikan mataku
- Bab 35 Pendonor berasal dari Jakarta
- Bab 36 Andrian Huo buta
- Bab 37 Percintaan Satu Malam, Penemanian Seumur Hidup