Blooming at that time - Bab 14 Anak Kita Telah Mati
Andrian meninggalkan Teresa dan bertabrakan asistennya, Henry. Henry mengabarinya dengan tergesa-gesa, “Nona Alicia juga diantarkan kerumah sakit, dia mengalami pendarahan besar dan dalam pertolongan!”
Detik sebelumnya dia masih sedang membencinya, tapi mengapa dia diantar kerumah sakit?
Lampu di ruang penyelamatan merah bagaikan mata iblis, muka dokter yang lalu lalang semuanya tegang.
Diselang bukanya pintu ruang penyelamatan, Andrian melihat keadaan didalam ruangan operasi, badannya yang gagah tiba-tiba tegang.
Dia melihat dokter sedang memegang sesuatu berwarna merah.
Sekujur permukaan benda itu berwarna merah, seperti baru saja dikeluarkan dari lautan darah, itu adalah, bayi yang mati.......
Alicia sedang terbaring disamping meja operasi disampingnya, anak itu dikeluarkan dari perutnya, anak mereka berdua?
Hasil persatuan antara mereka berdua?
Bayi yang mati dalam kandungan?
Warna merah telah meliputi semua pandangannya, dia tidak kuat berdiri, kakinya lemas dan dia mundur setengah langkah.
Jelas-jelas dia datang untuk mempertanyakan Alicia, banyak pertanyaan yang ingin dilontarkannya kepada Alicia, ingin menanyakan bagaimana caranya agar dia menghentikan semua ini, tapi pemandangan yang dia lihat sekarang membuatnya tidak bisa melampiaskan dendamnya.
Dokter ketua ahli bedah mencuci tangannya dan keluar, Andrian langsung maju dan menjambak kerahnya, “Mengapa Alicia ada disini?”
Dokter gemetaran, dia mengetahui orang yang berada dihadapannya adalah Andrian, “Tuan…..Tuan Huo? Gadis yang melakukan operasi itu disebabkan karena melakukan induksi persalinan dan mendapatkan tekanan dari tenaga eksternal, lukanya terlalu parah sehingga rahimnya menggalami pendarahan besar, kami sedang melakukan operasi pengangkatan rahim.”
Pengangkatan rahim…….
Satu kalimat ini telah menghancurkan semua tenaganya, dia hampir terjatuh kelantai.
Dia memegang sebuah dinding.
Bayinya meninggal…….
Rahimnya diangkat……
Dia tidak kuat menerima semua ini, inikah mimpi? Atau halusinasi?
***
Alicia terbaring dengan tenang, matanya memandangi langit, setelah itu dia tertawa, seakan-akan gila.
Mereka bilang, bayiku telah pergi meninggalkanku, organnya telah dicabut, dia tidak bisa mengandung lagi, hanya bisa sendirian saja.
Ketika suster sedang menganti infus, dia bertanya ke suster, “Bayiku adalah seorang anak perempuan bukan?”
Orang berkata, asam laki pedas perempuan, saat dia mengandung anaknya, dia suka makan makanan pedas.
Sesuai dugaan, suster menjawab: “Iya.”
Air matanya mengalir memasuki telinganya, dia meraba perutnya yang digulung oleh kain kasa yang tebal, dia masih bisa membayangkan kebahagiaan yang dia peroleh setiap kali merasakan pergerakan janin.
9 minggu lagi! 9 minggu!
Mengapa ingin merebut nyawa sebuah kehidupan yang baru, anak perempuannya juga ingin melihat dunia ini!
Semenjak hari itu, Alicia tidak pernah bicara, tubuhnya bagaikan sebuah kerak tak berjiwa, dia tidak makan dan tidak minum, tidak tidur dan tidak istirahat, badannya semakin kurus dari hari kehari, hidupnya sudah tidak mempunyai harapan.
Andrian tau hari ini Alicia akan pulang dari rumah sakit, dia mendorong pintu ruang pasiennya.
“Masih baikkah?”
Suaranya terlalu familiar, sampai dia terhenti membereskan barangnya.
Kesunyian merambat diantara mereka berdua, setelah sekian lama, Alicia berkata, “Bayi telah tiada, apakah kamu sudah puas?”
Belakangan ini, bayi mati yang masih berlumuran darah itu terus muncul di pikirannya.
Andrian merapatkan bibirnya, berusaha menahan rasa sedihnya, “Puas.”
Hahahaha————
Orang tak berperasaan sepertinya, akhirnya telah mencapai tujuannya, satu-satunya ikatan antara mereka berdua telah putus.
Awalnya Alicia masih berharap Andrian akan terdiam, tapi setelah dipikir-pikir, bukankah anak ini juga tidak berarti baginya?
Suara tertawa Alicia bagaikan sebuah tangan tak terlihat yang mengenjot jantung Andrian.
Dia lagi berpura-pura agar aku memaafkannya?
Jelas-jelas Teresa bilang, Alicia lah yang memaksa dirinya hingga terjatuh dari tangga, semua ini juga adalah salah dirinya sendiri!
“Alicia, ini salah kamu sendiri, kamu tidak bisa menyalahkan siapapun! Jika bukan karena kamu jahat dan ingin mencelakai Teresa, sehingga Teresa terjatuh dari tangga dan kehilangan anaknya, kamu juga tidak akan terjatuh ketika melarikan diri!”
Aaaaaaa……..
Teresa yang pintar berbohong, selalu mengarang cerita dan menipunya, membohonginya.
Alicia sudah tidak mempunyai niat untuk menjelaskannya, dia merasa percuma Andrian mempunyai otak tapi tidak pernah dipakainya untuk berpikir!
“karena itu adalah perkataan Teresa, dan kamu mempercayainya?”
“Iya! Karena Teresa tidak pernah membohongiku!”
Lucu, sungguh lucu sekali.
Andrian benar-benar idiot yang tak bias tertolongi!
“Dia tidak membohongimu? Atau kamu yang membius dirimu sendiri? Andrian, akan kuberi tahu kamu, aku tidak memaksa Teresa apalagi melukainya, dia yang menemukan rumahku, mendorongku dari tangga. Sekali demi sekali dia menendang bayiku, apakah kamu tahu rasa sakit itu? Bayiku mengelak dengan sekuat tenaga, tapi dia masih dalam perutku, dia hanya bisa menerima kejahatan dari Teresa! Teresa bilang, demi mengambil kornea mataku, dia bersekongkol dengan direktur rumah sakit, demi membuatmu mengasihaninya, dia pura-pura menjadi vegetatif, dan dia berpura-pura selama berbulan-bulan!”
“Bohong!”
“Anggap saja ini kebohongan dariku, saat tahun keempat kuliah, dia terluka demi kamu? Perutnya tertusuk? Jika Rahimnya pecah, apakah dia masih bisa mengandung?”
Tangan Andrian terus menerus gemetaran, dia tidak bisa menahannya, untung saja, Alicia tidak bisa melihatnya.
“Sebagus apapun tipuanmu, aku tidak akan tertipu olehmu!”
Andrian marah, dia menarik tangan Alicia yang kurus kering, yang seakan-akan akan retak jika dia mengeluarkan tenaganya.
“Aku tidak mempunyai mata, tidak bisa melahirkan, Apa yang aku dapatkan jika menipumu?”
Novel Terkait
Kembali Dari Kematian
Yeon KyeongLove In Sunset
ElinaMendadak Kaya Raya
Tirta ArdaniMenantu Hebat
Alwi GoThe Sixth Sense
AlexanderBlooming at that time×
- Bab 1 Pada saat itu aku harusnya mencekikmu sampai mati
- Bab 2 Kamu benar-benar kejam
- Bab 3 Telah mengandung anaknya
- Bab 4 Anak harus mati
- Bab 5 Dipaksa untuk Aborsi
- Bab 6 Mengambil matanya
- Bab 7 Donasi Kornea
- Bab 8 Kehilangan Cahaya
- Bab 9 Mencelakai Anaknya
- Bab 10 Dia telah kabur
- Bab 11 Mereka Telah menikah
- Bab 12 Mati bersama Anak Liarmu
- Bab 13 Tolonglah Aku Andrian
- Bab 14 Anak Kita Telah Mati
- Bab 15 Manajer Huo, nyonya meninggal
- Bab 16 Dia menjaga mayat itu
- Bab 17 Dia pantas mendapatkannya
- Bab 18 Orang mati tak bisa berbicara
- Bab 19 Andrian Huo sudah gila
- Bab 20 Anaknya masih hidup
- Bab 12 Cekik mati anak itu
- Bab 22 Lecurkan dia
- Bab 23 Teresa berbohong
- Bab 24 Kamu yang membunuh Alicia!
- Bab 25 Berhutang terlalu banyak sama dia
- Bab 26 Pembunuhan
- Bab 27 Kalian semua pantas mati
- Bab 28 Kenyataan
- Bab 29 Dia berhutang nyawa
- Bab 30 Mendaftar pernikahan
- Bab 31 Kamu jangan salah paham terhadapku
- Bab 32 Aku pantas mati
- Bab 33 Kota yang berbeda, orang yang sama
- Bab 34 Aku akan memberikan mataku
- Bab 35 Pendonor berasal dari Jakarta
- Bab 36 Andrian Huo buta
- Bab 37 Percintaan Satu Malam, Penemanian Seumur Hidup