Blooming at that time - Bab 12 Cekik mati anak itu

Dunia ini sudah gila!

Anak Alicia tidak mati? Dia menginjaknya dengan begitu kuat! Sudah hampir remuk begitu masih bisa hidup?!

Tidak! Pasti bohong!

Tanpa beristirahat sejenak pun Teresa lari ke ruangan bayi.

Dalam kotak bayi di balik kaca itu, terdapat seorang bayi perempuan dengan kulit kemerahan yang sedang merentangkan lengan dan kaki mungilnya, menguap dengan mata terpejam.

Di pergelangan tangannya bergantung kartu identitas——

Ibu : Alicia Lim, berat badan : 2.3KG, panjang badan : 46cm.

Alicia Lim......

Dari kecil sampai dewasa, nama Alicia bagaikan mimpi buruk.

Tidak......Bagaimana mungkin ini anak dia.

Tiba-tiba, bayi tersebut tertawa, menampakkan gusi yang tidak bergigi, berseri-seri, tampak bodoh seperti Alicia!

Dia hilang keseimbangan, seolah-olah Alicia ada di depan matanya, sama seperti foto di batu nisannya itu.

Teresa gemetar, dia angkat tanganya, seperti ingin mencekik mati anak Alicia.

Dasar bayi yang tak mati-mati, beradu selama belasan tahun, Alicia akhirnya mati, tapi mati pun masih meninggalkan seorang anak sialan untuk menghina dia!

Tidak apa-apa, Andrian masih belum tahu!

Segera Teresa menjadi tenang kembali. Bibirnya membuat seutas senyum yang dingin dan penuh muslihat.

“Keadaan bayi tuan Huo sudah kembali normal, silakan tuan Huo untuk datang sebentar......”

Memberitahu kepada Tuan Huo?

Omong kosong! Seumur hidupnya dia tidak akan tahu kalau anaknya masih hidup!

Melihat dia yang jatuh semangat bagaikan manusia yang kehilangan arwahnya karena Alicia, kalau dia tahu anak yang dilahirkan Alicia masih hidup, Teresa tak bisa membayangkan......

“Kamu yang bunuh anak Alicia!”

Kata-kata pedas dari ibu Andrian muncul di pikirannya dan membuatnya berkeringat dingin.

Dia usap perutnya, tertawa kecil,berdasarkan apa Alicia bisa melahirkan anak untuk keluarga Andrian dan dia tidak bisa?

Anak itu bukan punya dia, selamanya jangan harap keluarga Huo bisa mendapatkan cucu!

Pelan-pelan ia jalan menuju ruangan bayi, dengan dibatasi kotak bayi ia tatap bayi perempuan yang telanjang bulat itu, tertawanya seperti seorang iblis tua, “Sayang, ini aku bibimu! Sayang, kangen tidak sama ibumu? Ayo pergi ketemu dengan ibumu ya?”

Teresa gendong bayi mungil yang lemah itu, dibawanya keluar dengan dibungkus selimut wol.

Dia lihat kanan kiri dan tidak melihat siapa-siapa, segera ia berjalan cepat.

Bayi tersebut ia bungkus dengan erat dan tertutup, orang yang melewatinya sama sekali tidak akan tahu yang ada di pelukannya adalah seorang bayi.

Langkah kakinya semakin cepat dan semakin cepat, dia turun ke lantai bawah, lorong sepi yang menuju keluar ada tempat pembuangan sampah, semua barang-barang bekas pengobatan tertumpuk bagaikan gunung disana.

Kalau anak Alicia ditimbun di tumpukan sampah itu, dan sumbat mulutnya dengan sesuatu, sampai besok pagi sampah-sampah itu akan dibakar......

Dia hanya ingin segera memusnahkan anak sialan ini, tidak boleh ada satu pun ancaman di dunia ini!

Tempat pembuangan sampah tidak jauh dari situ, sudah kelihatan banyak sekali tabung dan kapas yang berserakan.

Dia percepat langkahnya, tak disangka bayi di pelukannya melolong keras karena terlalu erat bungkusannya, suara tangisan bayi itu membuat lampu di lorong yang redup itu menyala, cahaya lampu berkelap kelip, seperti kemasukan hantu!

“Nangis apaan!”

Dengan dibatasi selimut Teresa menyekap muka sang bayi, lagian juga akan mati, mati disekap lebih baik lagi!

Dia takut sekali akan diketahui oleh orang, setelah melihat sekeliling langsung ia berlari kecil.

“Teresa?”

Ada suara, ia kaget sampai berlari semakin kencang, suara langkah lari juga mengikuti di belakangnya.

“Teresa!”

Suara ini tidak asing, An......Andrian?!

***

Teresa membeku, kakinya seperti menumbuh akar dan tidak berkutik sedikit pun.

Andrian mengikuti dari belakang? Dia tahu dia datang jadi mengikutinya?

Atau pembantu-pembantu itu yang kasih tahu dia? Atau dokter yang telepon ke dia?

Semua pikiran bercampur aduk, dia tidak tahu harus mundur atau maju? Apa yang akan dipikirkan Andrian kalau dia melihatnya menggendong seorang bayi? Dan dia harus jelasin apa?

Dia membalikkan badan dengan kaku, bahkan tertawa menjadi lebih buruk kelihatannya daripada menangis, “Andrian......Anak Alicia tidak mati......Ini, ini anak kamu.”

Bulu kuduknya berdiri, semakin kuat ia sekap bayi itu, suara tangisan bayi pun juga semakin melengking.

Mumpung dia belum sampai, sekap anak ini sampai mati?

Hati Andrian terasa sakit, dengan langkah pelan ia maju, raut wajahnya menjadi dingin : “Berikan anak itu kepadaku!”

Ini kabar baik satu-satunya yang ia dapatkan di beberapa waktu ini.

Dokter bilang, terjadi kesalahan di rumah sakit, anak Alicia baik-baik saja.

Teresa mau tak mau, dalam hatinya sangat-sangatlah tidak rela, di depan Andrian ia berikan anak itu kepadanya.

Andrian takut akan membuat sang bayi merasa sakit, dengan pelan-pelan sekali ia gendong dia, dibukanya selimut yang menutupi wajahnya, seketika matanya menjadi lembap.

“Anakku, Alicia, anak kita......”

Dia tundukkan kepalanya, menempelkan pipinya ke dahi sang bayi, air matanya tidak lagi tertahankan.

Bayi itu berhenti menangis, mata hitamnya basah oleh butiran air mata, cemerlang dan jernih seperti permata hitam.

Dia anak Alicia, seperti satu pahatan dengan Alicia......

Andrian masih mengingat dengan jelas, saat itu ia masih berusia 6 tahun, kakek Lim menyerahkan Alicia yang masih terbungkus kain bayi itu ke tangannya, dia begitu mungil, begitu lunak, kulit yang putih bersih, seperti putri salju di dalam cerita dongeng.

Matanya bagaikan permata dengan bulu matanya yang lentik panjang dan tampang yang seperti ingin menangis, bagaikan permen yang akan melelehkan lubuk hati,

Dia mengejek Alicia adalah anak cengeng, tapi ketika dia dari menangis menjadi tertawa, akan mengalahkan semua warna warni bunga, tidak akan terlupakan.

“Anak ini, Alicia meninggalkannya untukku......”

Bahkan dia hampir beranggapan, waktu berjalan balik, inilah Alicianya dia.

Anak ini tidak mati, sama seperti dia yang selalu ada di samping......

“Andrian, bayiku seorang perempuan, kalau dia lahir pasti akan sangat lucu.”

Perkataan Alicia terngiang kembali di telinganya.

Dia benar-benar sangat lucu, benar-benar......Sayangnya, kamu tidak bisa melihatnya......

Kejadian dulu terulang kembali, seperti hukuman yang membuat dia lebih baik mati daripada hidup, hanya kecupan di dahi bayi yang bisa membuatnya merasa ia masih hidup.

Saat bibirnya menyentuh dahinya, tiba-tiba dia menyadari, wajah bayi sangat pucat, ekspresi matanya juga lesu.

“Sayang, sayang kamu sakit?”

Tentu si bayi tidak akan menjawab dia, mendadak ia tatap Teresa dengan emosi dan berkata : “Kamu apakan anakku!”

Hati Teresa “deg” seketika, mulunya terbuka dan tidak tahu harus menjelaskan apa.

Dia paling takut Andrian akan bertanya yang membuat dia ketangkap basah, dan dia sendiri tidak bisa memberikan penjelasan apa-apa.

Andrian menjadi panik, ia gendong bayi itu dan naik untuk mencari dokter.

“Tuan Huo, anak anda kekurangan oksigen di otaknya, mungkin disebabkan oleh sesak napas.”

Dalam sekejap Teresa dan Andrian saling bertatap-tatapan, sorotan mata yang tajam itu seperti akan menelannya hidup-hidup!

“Aku......” Teresa gemetaran, berusaha menyusun kata-kata, “Andrian, aku yang tidak perhatikan dengan baik, maaf, aku ingin pertemukan bayi itu ke kamu, aku juga tidak mengira akan jadi begini......”

Dia meminta maaf dengan tulus, dengan mata berkaca-kaca.

“Kamu bawa dia ke ruang bawah tanah!”

“Aku......” Pikirannya kacau, kacau sampai dia gelagapan : “Andrian......Aku pergi ke mobil, mobilnya ada di garasi bawah tanah......”

Iya! Mati pun tidak akan mengaku ia akan membuangnya ke tumpukan sampah!

“Andrian, kamu salahin aku? Aku benar-benar bukan sengaja!”

Mata Teresa yang berkaca-kaca, membuatnya susah untuk dibenci.

Teresa bukanlah Alicia, dia berhati mulia, dia hanya salah lantai, bukan mau mencelakakan anaknya......

“Aku terlalu heboh, bukan salah kamu.”

Andrian angkat tangannya dan mengusap air mata Teresa, tidak sampai satu menit, Teresa seperti habis mengelilingi pintu akhirat.

Syukurlah, Andrian masih memercayainya!

***

Andrian menemani sang anak di ruangan bayi, sampai dokter mengatakan bayi sudah melewati masa kritisnya baru boleh dibawa pulang。

“Ini benar-benar cucu perempuanku? Anak Alicia?”

“Cucuku, benar-benar seorang Alicia kecil”

Kedua orang tua Andrian dan juga kakek Lim terharu bahagia, kematian Alicia membuat satu keluarga itu jatuh ke dalam kekabutan, anak ini seperti fajar yang membuyarkan kabut.

Andrian yang tadinya kehilangan semangat sudah kembali seperti semula, satu-satunya yang tidak berubah adalah, ia masih menjaga abu Alicia, nenek Lim sangat dendam, tapi melihat perubahan Andrian, ia juga hilangkan niat awalnya untuk ke dunia akhirat bersama.

“Alicia mungkin sudah tenang, kuburkanlah!”

Andrian peluk erat bayinya, walaupun hatinya masih bergejolak tapi sudah lebih rasional.

Orang yang mati benar-benar tidak akan hidup kembali.

“Alicia, kamu ada disini, aku akan membawa bayi kita datang menemuimu tiap hari.”

Abu Alicia dikuburkan tepat di belakang rumah keluarga Huo, dia duduk di depan makam, diusapnya hidupnya bayi mungilnya itu, dan tertawa : “Alicia, anak kita namanya ‘Angela’ ya?”

Alicia pernah bilang, dia suka nama ‘Angela’.

Angela Huo.

Nama yang ia sukai dan yang mirip dengan namanya.

Novel Terkait

Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu