Blooming at that time - Bab 22 Lecurkan dia
Setelah duka cita yang mendalam, kehidupan mereka mulai kembali normal, suara canda tawa di keluarga Huo tidak henti-hentinya.
Angela nangis, Angela tertawa, Angela bersin......
Setiap gerak geriknya bisa membawakan kebahagiaan bagi keluarga Huo.
Teresa keingat Alicia, seperti ini lah dia tumbuh besar dalam cinta kasih semua orang, lahir dengan hidup yang begitu baik adalah harapan dari semua orang!
Andrian semakin jarang berbicara dengannya, ia temani Angela di siang malam, selalu memikirkannya seperti kekasih kecilnya.
Alicia sudah mati, tapi anaknya datang untuk merebut hati Andrian!
Teresa ingin gila rasanya, semua barang ia lempar dan labrak, di dalam keluarga Huo dia pelan-pelan menjadi transparan!
***
Anak itu baru tiga bulan lebih, lapar nangis, pipis nangis, tidur tidak tenang juga nangis.
Demikian siang malam Andrian tidak bisa menghadapi dengan baik, karena nenek Lim khawatir dia seorang pria akan ceroboh dalam merawat anak kecil, langsung ia datang ke keluarga Huo untuk mengasuh Angela.
Lagian nenek Lm juga berpengalaman, Alicia juga dia yang membesarkan, sehingga untuk menghibur dan membujuk Angela ia sangat pandai.
Terkadang dia juga salah panggil, memanggil Angela dengan nama Alicia.
Kemudian dengan tertawa berkata : “Alicia pas baru berapa bulan juga sangat nakal, nangis terus, tapi kasih dia mainan kecil sudah bisa mengalihkan perhatiannya, kita yang dewasa semakin kesal dia malah semakin senang.”
“Memang benar-benar anak Alicia.”
Nenek Lim meletakkan jarinya di bibir Angela dan Angela membuka mulutnya, begitu lucu ‘A, a, o, o’, sangat manis sekali.
Nenek Lim yang tengah tertawa tanpa sadar kedua matanya menunjukkan kesedihan.
Kalau saja Alicia masih hidup, satu keluarga yang lengkap dan bahagia......
Dia usap hidungnya yang mulai terasa ingin menangis, tiba-tiba belakangnya terasa dingin.
“Nenek Lim, aku yang gendong sini?”
Nenek Lim, menghindar dengan sikap waspada. Teresa selangkah lebih maju, tanpa menunggu persetujuannya ia mengulurkan tangan, jarinya baru saja menyentuh selimut tipisnya , Angela menangis tiba-tiba.
Tangisannya menyebalkan.
“Anak kecil juga punya kecerdasan yang tinggi, dia benci sama kamu!”
Nenek Lim menatapnya dengan tatapan meremehkan, segera ia bawa Angela pergi meninggalkannya.
Teresa terpaku di tempat, wajahnya seperti habis kemakan seekor lalat mati!
Kecerdasan yang tinggi?
Anak sialan itu ingat kalau dia pernah menginjaknya? Atau ingat dia pernah membakar ibunya?
Kejadian ini kalau cuma sekali mungkin kebetulan, tapi bagaimana kalau dua tiga kali? Sampai sekarang, sekali mendengar Angela menangis, hatinya sedikit takut.
Bagi orang lain sepasang mata bulat itu begitu murni dan polos, sedangkan bagi Teresa itu adalah mata Alicia yang mendendam. Seolah-olah selalu menyumpahinya : “Teresa, aku jadi hantu pun juga tak akan melepaskanmu!”
Dia seolah-olah melihat arwah Alicia berkeliaran di samping Angela.
Mukanya penuh ketakutan, nenek Lim menyindir : “Kemasukan setan?”
“Omong kosong, aku sudah capek.” Ditatapnya nenek Lim sekejap, kemudian menghilangkan pikiran yang menakut-nakuti dirinya sendiri.
Nenek Lim balas dengan tatapan juga dan mengejek : “Kalau biasanya tidak melakukan hal tak baik, tengah malam juga tak akan takut di cari sama hantu!”
“Siapa juga yang melakukan kejahatan!”
Baru saja Teresa mengangkat tangan ingin memberi pelajaran kepada nenek Lim, pas juga ia lihat Andrian berada di luar.
Segera dia tarik kembali tangannya, dengan tertawa dingin berjalan melewati nenek Lim, “Makan boleh sembarangan tapi ngomong jangan sembarangan, hati-hati nyawa tuamu itu tak akan selamat!”
Mata Teresa menyiratkan ngeri yang sangat dalam, di keluarga Huo dia adalah seorang nyonya, tak berapa lama lagi, akan dibuatnya nenek Lim menyesali perkataannya hari ini!
***
Waktu berjalan dengan cepat, sekejap sudah tiga bulan.
Angela dalam asuhan nenek Lim semakin hari semakin jeli, dia sudah bisa mengangkat kepala, saking senangnya Andrian sampai merekam video saat ia melihat dia bisa membalikan badan.
Balita dengan usia 4 bulan, berkulit putih bagai salju, tertawa cekikikan, wajah Andrian menunjukkan wajah yang sangat bahagia.
Belum pernah Teresa melihatnya tertawa dengan begitu murni, mata dan alis yang melengkung, mengangkat Angela tinggi-tinggi dengan manja.
“Sayang, sini, ayah cium.”
Di mata Andrian hanya Angela, dia menjadi segalanya bagi Andrian, sedangkan dia sendiri yang merupakan istrinya hanyalah sebagai pajangan.
Dia juga pernah mencoba untuk mengulang kembali, kembali seperti dulu dengan Andrian, tapi sekali terbaring di ranjang, Andrian selalu tidur membelakanginya, sama sekali tidak menganggapnya.
Malam telah tiba, Teresa tidak melihat Andrian makan malam, ia naik ke kamar bayi di atas dan ternyata benar, dia lagi menemani Angela.
“Sayang, lihat lonceng ini, seru gak?”
Mainan itu ‘teng teng teng’ berbunyi, Angela tertawa dengan senang.
“Andrian, makanlah dulu?”
“Aku gak lapar.” Dia menjawab dengan singkat dan dingin, tatapannya tetap tertuju pada wajah Angela, “Sayang, panggil, ayah.”
Dia membungkukkan badan dan menggendong Angela, serta mengusap wajah mungil polosnya itu, mulut mungil dengan bibir kemerahannya menjulurkan lidah, betapa polos, lugu, dan manis.
“Aaaa.”
Dia cuma bisa mengucapkan satu vokal, Andrian menirunya, begitu bahagia.
Teresa pandang Angela, dan Angela balik menatapnya juga, anak kecil itu justru tertawa!
Anak sialan itu mengejeknya!
Dia ayahku, aku segalanya bagi dia!
Teresa bahkan curiga, ini adalah iblis dari arwah Alicia!
***
Ingin sekali rasanya Teresa mencekik mati Angela, sedetik pun tak bisa ditahan lagi.
Hari ini, Teresa mengetahui Andrian pergi ke luar kota untuk menandatangani kontrak, ia pun sengaja menyuruh pembantu lain untuk membawa pergi si nenek Lim.
Angela terbaring di atas ranjang bayi, hanya dengan berbalut popok, tangan dan kaki kecilnya berkotak-katik tidak jelas.
Saat siang dia akan tidur sebentar, 20 menit sebelum tidur akan ada waktu permainan dan memijat, sedangkan di atas air kolam renang di samping yang hangat terapung sebuah pelampung.
Angela sangat suka dengan berenang, yang paling suka ia lakukan setiap hari adalah berendam di dalam air tersebut.
Apa tidak cukup berendam di dalam air ketuban?
Teresa menggertakkan gigi, ia menyingsingkan lengan bajunya dan membuka lubang pengaliran air di dasar kolam, air hangat tersebut habis mengalir keluar. Kemudian dia geser keran air itu ke arah air panas.
Uap panas semakin naik ke atas, pelampung menjadi berkerut-kerut karena air panas.
“Anak sialan, hari inilah hari kematianmu!”
Dia angkat Angela dari ranjang bayi, seketika Angela langsung menangis keras, tangan kakinya bergerak-gerak tidak jelas, benar-benar sangat membencinya!
“Nangislah! Nangis saja sepuasnya!”
Teresa mangayunkannya di atas kolam, uap panas mengeani telapak kakinya, semakin keras ia menangis seperti merasakan adanya bahaya.
Dengan suhu air panas yang kira-kira di atas 70 derajat sudah cukup untuk melecurkan kulit lembut seorang bayi empat bulan.
Akan lebih baik lagi kalau ditenggelamkan ke dalam air hingga mati tenggelam!
“Dasar anak sialan, cari ibumu sana!”
Teresa turunkan tangannya sehingga kaki Angela sudah terendam air, semakin keras juga tangisan menyayat hatinya itu.
Tanpa sedikit belas kasihan pun Teresa lepaskan tangannya.
Angela bagaikan udang rebus yang dimasukin ke dalam air mendidih, kulit merah luar biasa dan jatuh ke dalam air panas......
“Teresa, tidak, Angela!?”
Sekali melihat ini semua, langsung ia maju tanpa mempedulikan air panas yang melukai kulit, dan mengangkat Angela yang setengah badannya terendam air.
Kulitnya yang lembut melepuh, tidak lagi mulus seperti awal, tangisannya keras hingga serak suaranya.
Segera nenek Lim membuka air dingin untuk mendinginkan Angela, dengan pelan-pelan dan berhati-hati untuk tidak mengenai lepuhan di badannya.
Hati nenek Lim sangat sakit.
Dia baru usia 4 bulan!
“Teresa, kamu sudah gila! Kamu ingin melecur mati Angela!?”
Saat dia pergi air itu masih hangat, baru juga pergi sebentar airnya bukannya semakin dingin malah semakin panas?
Kalau bukan perbuatan Teresa siapa lagi!
Kalau dia terlambat satu menit saja, mungkin Angela tidak akan selamat!
“Emang kenapa kalau iya! Buat apa kamu kembali!”
Teresa sangat emosi sekali, rencana yang tadinya sudah hampir berhasil sekarang menjadi sia-sia.
Dia......
Mengakuinya!
Dulu perbuatan sejahat apa pun yang ia lakukan dia akan berpura-pura bodoh, dan sekarang dia mengakui perlakuan jahatnya kepada Angela, padahal Angela masih seorang anak kecil! Hanya Teresa yang kejamnya tiada tara yang bisa melakukan perbuatan tak berhati nurani ini!
Novel Terkait
Menaklukkan Suami CEO
Red MapleSi Menantu Buta
DeddyMy Cold Wedding
MevitaAngin Selatan Mewujudkan Impianku
Jiang MuyanCantik Terlihat Jelek
SherinThe Revival of the King
ShintaPerjalanan Selingkuh
LindaBlooming at that time×
- Bab 1 Pada saat itu aku harusnya mencekikmu sampai mati
- Bab 2 Kamu benar-benar kejam
- Bab 3 Telah mengandung anaknya
- Bab 4 Anak harus mati
- Bab 5 Dipaksa untuk Aborsi
- Bab 6 Mengambil matanya
- Bab 7 Donasi Kornea
- Bab 8 Kehilangan Cahaya
- Bab 9 Mencelakai Anaknya
- Bab 10 Dia telah kabur
- Bab 11 Mereka Telah menikah
- Bab 12 Mati bersama Anak Liarmu
- Bab 13 Tolonglah Aku Andrian
- Bab 14 Anak Kita Telah Mati
- Bab 15 Manajer Huo, nyonya meninggal
- Bab 16 Dia menjaga mayat itu
- Bab 17 Dia pantas mendapatkannya
- Bab 18 Orang mati tak bisa berbicara
- Bab 19 Andrian Huo sudah gila
- Bab 20 Anaknya masih hidup
- Bab 12 Cekik mati anak itu
- Bab 22 Lecurkan dia
- Bab 23 Teresa berbohong
- Bab 24 Kamu yang membunuh Alicia!
- Bab 25 Berhutang terlalu banyak sama dia
- Bab 26 Pembunuhan
- Bab 27 Kalian semua pantas mati
- Bab 28 Kenyataan
- Bab 29 Dia berhutang nyawa
- Bab 30 Mendaftar pernikahan
- Bab 31 Kamu jangan salah paham terhadapku
- Bab 32 Aku pantas mati
- Bab 33 Kota yang berbeda, orang yang sama
- Bab 34 Aku akan memberikan mataku
- Bab 35 Pendonor berasal dari Jakarta
- Bab 36 Andrian Huo buta
- Bab 37 Percintaan Satu Malam, Penemanian Seumur Hidup