Blooming at that time - Bab 10 Dia telah kabur
Alicia ketakutan, punggungnya berkucuran keringat dingin.
Dia adalah orang buta, semua kebutuhan hidupnya diurus oleh Teresa, jika Teresa ingin membunuhnya, itu adalah sebuah hal yang sangat mudah baginya!
Semua tergantung keinginannya!
Alicia tidak bisa tidur dengan nyenyak, dia terus menerus bermimpi buruk.
Dalam mimpinya, dia berdiri di lantai 2 dan Teresa muncul dibelakangnya dengan muka seram, dirinya terjatuh dari tangga, matanya mengeluarkan darah dan perutnya terasa sakit, terakhir anaknya berubah menjadi segumpalan darah.
Dia berteriak sekuat tenaga di dalam mimpinya.
Teresa melihatnya dari atas, dan tertawa.
Alicia tidak bisa mengeluarkan suara lagi, badannya perlahan menjadi kaku dan dingin, dia telah mati, suara tertawa Teresa semakin keras.......
Alicia terbangun karena ketakutan, punggungnya basah karena keringatan, mimpi ini telah menghantuinya berhari-hari.
Sinar matahari menyinari muka Alicia yang pucat, terdengar suara dari depan kamarnya, dia menjadi tegang.
Apakah Teresa berada didepan pintu?
Dia sudah akan mencelakai anaknya?
Sambil memegang perutnya, dia ketakutan, ini bukan lah rumah, ini adalah sebuah lautan penderitaan! Dia tidak boleh memberikan kesempatan apapun kepada Teresa!
***
Alicia mengeluarkan teleponnya, dia meraba-raba dan akhirnya menelepon nomor seseorang.
Andrian membawa Teresa pergi berbelanja, setelah malam tiba dan mereka pulang ke villa, namun villa terlihat gelap tanpa adanya cahaya lampu, hanya ada cahaya bulan yang menyinarinya.
“Alicia!”
Tidak ada yang membalas panggilannya, Andrian mulai muncul firasat buruk, dia bergegas naik tangga dan menendang pintu kamar Alicia.
“Alicia, Kamu tidak menyalakan lampu dan membiarkannya gelap, apakah kamu tidak tahu sekarang sudah malam?”
Nada bicaranya tetap tidak baik seperti dulu, setelah menyalakan lampu, dia tidak melihat ada siapa-siapa.
Alicia...... menghilang?!
“Alicia, cepat keluar! Jangan main petak umpet dengan ku!”
Andrian mencari semua kamar di villanya, tapi Alicia seakan-akan menghilang dari dunia ini.
Andrian meninju dindingnya dengan keras, matanya merah karena marah.
Andrian sendiri tidak mengerti mengapa api amarahnya terus berkobar.
Mereka tumbuh dewasa bersama, sebelum menikah mereka juga selalu bersama, dia tidak mengerti dari mana asalnya rasa marah ini……
“Biarkanlah dia, Andrian! Mungkin dia tidak ingin menerusi kehidupan seperti ini, disisi lain ini bukankah ini mempersatukan kita berdua?”
Teresa memeluknya dengan erat, Alicia pasti akan pergi meninggalkan tempat ini, saat subuh, Teresa melihat Alicia sedang membereskan barangnya, maka dari itu Teresa sengaja mengajak Andrian pergi berbelanja ke mall.
Perkataan Teresa menyadarkan Andrian, wanita hina itu telah pergi, bukankah ini bagus?
Dia tidak menyukai Alicia, Dia tidak suka dengan mukanya dengan pandangan hampa, kini dia telah pergi,, bagus sekali……
“Teresa, ini salahku, sekarang dia sudah pergi dan kita tidak perlu mengusirnya, kedepannya hanya ada kita berdua dan aku akan mencintaimu dengan tulus.”
Dia memegang tangan Teresa, dan menciumi punggung tangannya.
Tapi, seakan-akan ada sesuatu dalam hidupnya yang hilang dan membawa pergi perasaannya, didetik ini, dia tidak bisa tertawa.......
***
4 bulan telah berlalu, Alicia telah menyesuaikan diri dengan dunia tanpa cahaya.
Setelah meninggalkan keluarga Huo, dia tinggal di sebuah komplek kecil, di Bogor, hanya dengan mengandalkan sebuah tongkat, dia bisa pulang kamarnya yang berada di lantai 2, kehidupannya sangatlah tenang.
Saat senja, dia akan duduk disebuah taman, bayinya bertumbuh dari hari kehari, kurang lebih 9 minggu lagi bayinya telah cukup umur.
Suara anak kecil yang pulang dari sekolah disertai dengan canda tawa terdengar ditelinganya.
Setiap kali terbayang anaknya juga akan berlarian didepannya, dia merasa semua penderitaan ini berarti, anaknya adalah penyangga spiritualnya.
Angin semakin dingin, dia pulang kerumah, dan menyalakan siaran berita.
Bagi dia yang tidak bisa melihat dunia ini, menngetahui dunia ini dengan cara mendengar sudah cukup baginya.
“Andrian Huo dari perusahaan di Jakarta akan mengadakan pernikahan dengan cinta pertamanya Teresa Lim, suasana acaranya sangat meriah……”
Wartawan sepertinya sedang berada dilokasi, suara bisikan dan canda tawa terdengar. Hanya dengan mendengarkan saja, Alicia juga bisa membayangkan acara pernikahan yang sangat meriah ini.
Dia mengerti Teresa adalah cinta pertamanya.
Setelah diam-diam begitu lama, akhirnya dia diakui!
Teresa tertawa, dia mematikan beritanya, suasana menjadi sunyi, lelaki berdarah dingin itu tidak lagi mempunyai hubungan dengan dirinya……
Novel Terkait
Aku bukan menantu sampah
Stiw boyKing Of Red Sea
Hideo TakashiCinta Dibawah Sinar Rembulan
Denny AriantoMy Tough Bodyguard
Crystal SongLoving The Pain
AmardaThe Richest man
AfradenAfter Met You
AmardaAwesome Husband
EdisonBlooming at that time×
- Bab 1 Pada saat itu aku harusnya mencekikmu sampai mati
- Bab 2 Kamu benar-benar kejam
- Bab 3 Telah mengandung anaknya
- Bab 4 Anak harus mati
- Bab 5 Dipaksa untuk Aborsi
- Bab 6 Mengambil matanya
- Bab 7 Donasi Kornea
- Bab 8 Kehilangan Cahaya
- Bab 9 Mencelakai Anaknya
- Bab 10 Dia telah kabur
- Bab 11 Mereka Telah menikah
- Bab 12 Mati bersama Anak Liarmu
- Bab 13 Tolonglah Aku Andrian
- Bab 14 Anak Kita Telah Mati
- Bab 15 Manajer Huo, nyonya meninggal
- Bab 16 Dia menjaga mayat itu
- Bab 17 Dia pantas mendapatkannya
- Bab 18 Orang mati tak bisa berbicara
- Bab 19 Andrian Huo sudah gila
- Bab 20 Anaknya masih hidup
- Bab 12 Cekik mati anak itu
- Bab 22 Lecurkan dia
- Bab 23 Teresa berbohong
- Bab 24 Kamu yang membunuh Alicia!
- Bab 25 Berhutang terlalu banyak sama dia
- Bab 26 Pembunuhan
- Bab 27 Kalian semua pantas mati
- Bab 28 Kenyataan
- Bab 29 Dia berhutang nyawa
- Bab 30 Mendaftar pernikahan
- Bab 31 Kamu jangan salah paham terhadapku
- Bab 32 Aku pantas mati
- Bab 33 Kota yang berbeda, orang yang sama
- Bab 34 Aku akan memberikan mataku
- Bab 35 Pendonor berasal dari Jakarta
- Bab 36 Andrian Huo buta
- Bab 37 Percintaan Satu Malam, Penemanian Seumur Hidup