Blooming at that time - Bab 15 Manajer Huo, nyonya meninggal
Kedua tangan Andrian terkulai tidak bertenaga, ia merilekskan perasaannya, sama sekali tidak ingin mendengar sepatah kata pun dari dia, "Alicia, bukankah kamu masih belum bercerai denganku? Tanda tangan ini dan selamanya jangan lagi muncul di hadapanku!"
Kertas tersebut terbang dan jatuh di samping kakinya, Alicia sudah menebak itu adalah surat cerai.
Andrian tidak mungkin segitu baiknya untuk datang menjenguk dia, sebaliknya justru Andrian ingin mengusir dirinya sejauh mungkin.
Yang menyakitkan adalah beberapa menit yang lalu hatinya masih tersentuh oleh kemunculan dia, Andrian tidak peduli dengan hidup matinya anak dia, lebih tidak peduli lagi dengan nyawa dia.
Sambil menekan ujung kertas, ia tulis dan tanda tangan namanya.
Setelah meletakkan pulpen, ia berikan kertas itu kepadanya, "Andrian, bayi saya perempuan, kalau dia lahir pasti akan sangat lucu."
Hati Andrian tersayat.
Dia sudah pernah bertanya dan meraung-raung sama tabib, agar menyelamatkan anaknya......
Tapi, sudah terlambat, dia terlambat menyelamatkannya.
Ia lihat di ujung halaman tertulis dua huruf "Alicia Lim" dengan tulisan yang indah, kemudian tertawa dingin : "Syarat sebelum menandatangani surat cerai adalah tidak mempunyai anak? Lebih baik dari awal gugurin anak ini!"
Pikiran Alicia kosong melompong, membelalakkan mata dengan terkelu ia melihat ke arah dia.
Rasa benci bergejolak di dalam hatinya, di telinganya masih terngiang-ngiang perkataan Teresa, "Kalau aku sudah punya anak dari Andrian, maka anakmu itu suatu beban."
Apakah ternyata Terasa melakukannya atas persetujuan Andrian?!
Karena anak perempuannya hanyalah suatu keberadaan yang tak perlu dan tak penting!
"Andrian, kamu bahkan lebih buruk dari binatang!!"
Ia tampar mukanya , Andrian sama sekali tidak menghindar, menerima semua luapan emosinya, sakit di wajahnya menghilangkan sakit di hati, malah akan membuat lega sedikit.
"Andrian, kenapa aku harus bertemu kamu! Di kehidupan selanjutnya, aku lebih baik tidak pernah mencintaimu!"
Kehidupan selanjutnya?
"Ingin mati?"
Andrian menarik tangannya, Alicia tertawa lepas, "Kehilangan penglihatan oke juga, jadi tak perlu lagi melihat wajah kalian yang menjijikkan!"
***
Teresa melihat Andrian keluar dari kamar Alicia dengan tanpa semangat.
Sialan, kenapa Alicia masih belum mati!?
Bukannya Andrian bilang kali ini dia akan mematikan orang sialan itu?
Dia kelihatan seperti orang yang mendapatkan luka hati yang sangat dalam, apa dia masih tidak bisa melupakannya?
Alicia, kamu harus lenyap dari dunia ini!
Hanya dengan matinya kamu, hati Andrian baru benar-benar bisa menjadi milikku!
***
Kondisinya yang tidak nafsu makan berhari-hari, kalau bukan karena dokter menginfusnya, Alicia mungkin sudah mati!
Sampai dirumah, tubuhnya yang kelelahan terbaring di sudut sofa, dengan perut yang rata, tidak jelas sakit luka atau sakit di hati yang terasa.
Anakku......
Kesayangan dia, bertahan begitu lama, akhirnya tetap kehilangan kamu......
Ya Tuhan, kenapa memberinya harapan tapi kemudian menjatuhkannya dengan sadis?
Air matanya jatuh tanpa bersuara, di luar pintu tiba-tiba terdengar suara membuka kunci pintu.
Segera ia terduduk dan melihat dengan waspada ke arah pintu.
Suara langkah kaki terdengar semakin dekat di dalam kamar, Udara dingin menghembus ke arahnya, tapi tidak peduli seberapa besar Alicia membelalakkan matanya, yang terlihat tetap hanyalah kegelapan.
Langkah kaki itu berhenti di depannya, dia kalang kabut, “Andrian?”
“Alicia, ini aku, aku datang menemuimu untuk terakhir kalinya.”
Suara Teresa terdengar suram, membuat orang bergidik.
“Teresa, pembunuh kamu, anakku mati di tangan kamu, buat apa kamu datang ke sini!”
Teresa melihat dia menghindar, dalam kalang kabut ia menyenggol meja teh, tapi seorang buta, apa bisa kabur?
“Aku datang hanya ingin bilang, pas kamu di antar ke rumah sakit aku juga ada di sana, anakmu sudah hampir genap bulan dan masih ada sedikit harapan untuk hidup. Tapi, Andrian cuma peduli dengan anakku, sama sekali tidak peduli dengan anakmu, sebenarnya anak sialan itu mati di tangan Andrian!”
Ocehan Teresa sangat rapi dan tak ada kesalahan sedikit pun, Alicia yang tadinya bulu kuduknya berdiri saat itu juga menjadi pucat.
Apa benar-benar Andrian?
Ternyata benar, dia tidak bisa menerima anaknya hidup di dunia ini!
“Teresa, iblis kamu, pezinah, cepat atau lambat pasti akan mendapat balasan karma!!”
Sambil marah ia menghamburkan dirinya ke arah Teresa, Teresa dengan mudahnya mendorong dan menekan dia di atas mulut gas dapur, “Sayang sekali, kamu sudah tidak bisa sampai pada hari itu! Anakmu sudah mati dan sekarang giliranmu!”
“Pengggg——“
Suara yang besar meledak di telinga Alicia, seperti memukul besi.
Asap panas meliputi satu ruangan, luapan api menjarah setiap sudut dapur, percikan api dimana-mana, membakar karpet kemudian berlanjut ke gorden dan sofa.
Pandangan mata yang gelap gulita terasa panas, walaupun buta tapi Alicia dengan jelas merasakan gelompang panas yang bergelora, api tersebut seperti air pasang yang mengepung dia.
Teresa ingin dia mati!
Dia menyalakan gas!
“Tolong! Kebakaran!”
Alicia mengenal rumah ini dengan baik sekali, dia berlari lurus menuju keluar, Teresa lebih cepat dari dia, menutup pintu itu dari luar dan menguncinya dengan cepat.
“Teresa! Keluarin aku! Teresa!”
Telapak tangan Alicia yang memukul pintu terasa sakit, asap tebal juga merangsang hidungnya, membuatnya batuk keras. Suara minta tolongnya tenggelam dalam kobaran lidah api, ia berusaha bangun tapi tetap tidak bisa dan terjatuh......
Samar-samar, seperti melihat kembali masa-masa dulu, bayangan tubuh Andrian begitu jelas.
“Kak Andrian, bawa aku pergi......Kak Andrian......”
***
Andrian menggenggam surat cerai tersebut dengan tidak tenang, dengan perginya Alicia firasat buruknya semakin kuat.
Dengan anehnya, ia perintah si supir untuk pergi ke bogor, mendesak ingin bertemu dengan Alicia.
Tapi apa boleh buat, macet melanda di sore hari, mobilnya terjebak di tengah jalan, tak bisa berjalan sedikit pun.
Suara pemadam kebakaran terdengar sepanjang jalan, terlihat asap membumbung tinggi di perumahan kecil yang kumuh itu menutupi langit di atas.
Wajah Henry pucat setelah menerima telepon, dengan panik dan takut ia berbalik badan dan berkata : “Manajer, gawat, Nona Alicia......dia......”
“Apa yang terjadi!”
Dengan tergagap-gagap Henry menyelesaikan omongannya, Andrian melihat ke arah perumahan kecil itu, hatinya beku seketika.
Dia bilang Alicia kenapa?
Terjebak di dalam kobaran api?
Tanpa berpikir panjang, ia buka pintu mobil dan lari.
“Apinya sangat besar, tidak boleh masuk!”
“Awas, istri saya ada di dalam!”
Henry mengikuti di belakang dan menariknya : “Manajer, terlambat, semuanya sudah terlambat! Nona Lim......dia sudah mati terbakar......”
Novel Terkait
You're My Savior
Shella NaviGue Jadi Kaya
Faya SaitamaPejuang Hati
Marry SuCinta Adalah Tidak Menyerah
ClarissaMr. Ceo's Woman
Rebecca WangKing Of Red Sea
Hideo TakashiWonderful Son-in-Law
EdrickBlooming at that time×
- Bab 1 Pada saat itu aku harusnya mencekikmu sampai mati
- Bab 2 Kamu benar-benar kejam
- Bab 3 Telah mengandung anaknya
- Bab 4 Anak harus mati
- Bab 5 Dipaksa untuk Aborsi
- Bab 6 Mengambil matanya
- Bab 7 Donasi Kornea
- Bab 8 Kehilangan Cahaya
- Bab 9 Mencelakai Anaknya
- Bab 10 Dia telah kabur
- Bab 11 Mereka Telah menikah
- Bab 12 Mati bersama Anak Liarmu
- Bab 13 Tolonglah Aku Andrian
- Bab 14 Anak Kita Telah Mati
- Bab 15 Manajer Huo, nyonya meninggal
- Bab 16 Dia menjaga mayat itu
- Bab 17 Dia pantas mendapatkannya
- Bab 18 Orang mati tak bisa berbicara
- Bab 19 Andrian Huo sudah gila
- Bab 20 Anaknya masih hidup
- Bab 12 Cekik mati anak itu
- Bab 22 Lecurkan dia
- Bab 23 Teresa berbohong
- Bab 24 Kamu yang membunuh Alicia!
- Bab 25 Berhutang terlalu banyak sama dia
- Bab 26 Pembunuhan
- Bab 27 Kalian semua pantas mati
- Bab 28 Kenyataan
- Bab 29 Dia berhutang nyawa
- Bab 30 Mendaftar pernikahan
- Bab 31 Kamu jangan salah paham terhadapku
- Bab 32 Aku pantas mati
- Bab 33 Kota yang berbeda, orang yang sama
- Bab 34 Aku akan memberikan mataku
- Bab 35 Pendonor berasal dari Jakarta
- Bab 36 Andrian Huo buta
- Bab 37 Percintaan Satu Malam, Penemanian Seumur Hidup