Blooming at that time - Bab 31 Kamu jangan salah paham terhadapku
Teresa Lim terus menerus menenangkan hatinya yang bergejolak, emosinya menghilang sedikit demi sedikit seiring berjalannya waktu.
Seharian tidak makan, Teresa merasa lapar, namun Andrian tidak bersuara sama sekali. Terasa merasa haus, Andrian seakan tidak mendengar apapun, Teresa seperti orang yang diculik, Andrian tidak menghiraukannya sama sekali!
Terasa mendadak panik, dia menarik tangan Andrian dan berkata: "Andrian, kita mau kemana?"
Sepertinya sudah keluar dari Jakarta!
Di depannya terlihat hutan bambu yang gelap, dan sebuah gunung tinggi berdiri di depan matanya, "Andrian, kamu mau berbuat apa?"
Tidak benar! Ini terlalu aneh!
Andrian tidak menjawab pertanyaan Teresa, dia menginjak gas, dan mobil melaju melalui jalan pegunungan yang memutar.
"Andrian, aku mau pulang!"
Andrian tidak mendengarkannya, Teresa pun bermaksud membuka pintu mobil, namun ketika ujung jarinya baru saja menyentuh pintu mobil, terdengar suara pintu mobil dikunci!
"Andrian! Turunkan aku, aku tidak mau menikah, tidak mau menikah!"
Andrian Huo tidak ingin melihat ekspresi muka Teresa yang ketakutan, dia berkata dengan suara sinis: "Apa yang kamu lakukan di hari Alicia meninggal?"
"Aku......"
Muka Teresa memerah, ternyata Andrian masih saja mencurigainya!
Atau, dia dari awal tidak pernah mempercayainya, selama ini Andrian mendekatinya hanya untuk menyelidikinya!
Teresa Lim ketakutan, dia duduk meringkuk di atas kursi mobil, suaranya bergetar, "Aku ke rumah sakit untuk pemeriksaan......"
"Sangat bagus, dialogmu tidak salah." Andrian tertawa sinis, dia membuka laci depan mobil dan mengeluarkan selembar foto, "Aku beri kamu sedikit waktu untuk mengarang sebuah alasan yang sempurna."
Di jalan yang menurun, Teresa merasa seperti jantungnya jatuh bebas keluar dari hatinya.
Orang yang ada di dalam foto itu adalah dia!
Bagaimana bisa dia yang berada di sekumpulan orang-orang tertangkap oleh kamera pemantau? Tidak mungkin, dia sudah membayar orang untuk memotong rekaman kamera pemantau yang berada di sekitarnya.
"Andrian, ini, apakah ini adalah rekaman kamera pemantau ketika aku berjalan ke rumah sakit hari itu?"
Teresa tidak berani menyentuh foto tersebut, juga tidak berani membuangnya, karena jelas-jelas itu adalah bukti yang tidak menguntungkannya.
Dia tidak boleh mengakui apapun! Tidak akan!
"Argumen ini tidak bagus."
Andrian tetap sangat tenang, "Lihatlah dengan jelas, di dalam foto tidak ada tanggal, mengapa kamu mengungkit hari itu? Apa yang ingin kamu buktikan?"
Teresa Lim terdiam.
Apakah Andrian sedang bermain kata dengannya? Atau ini adalah taktik psikologis?
Ribuan pikiran melewati di dalam kepalanya, wajah Teresa berubah menjadi pucat.
Benar dialah pelakunya.
Andrian Huo merasa dia kehilangan sesuatu yang sangat penting.....
Sesuatu itu adalah kepercayaannya terhadap Teresa.
Alicia mati di tangan wanita ini!
Andrian menghentikan mobil dan turun, di ketinggian lebih dari 1000 meter dari permukaan laut, terlihat kabut tebal menutupi langit, angin sejuk bertiup.
Andrian menyalakan sebatang rokok dan menghisap dalam.
Angin malam meniup ujung kemejanya, dari belakang dia terlihat terluka.
Teresa Lim perlahan turun dari mobil, dia merapikan rambutnya yang tertiup angin, angin dingin membuat pikiran Teresa lebih jernih.
Dia tidak boleh kalah!
"Andrian, bisakah kamu beritahu aku apa yang terjadi? Kamu tidak menjelaskan apa-apa, aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Keadaan sudah menjadi seperti ini, aku juga tidak ingin menyembunyikan apa-apa lagi. Hari itu, aku memang pernah pergi ke lokasi kebakaran, tapi ketika aku sampai, kamu sudah disana, aku melihat kamu pergi menggendong Alicia..... Seandainya aku sampai lebih awal, mungkin aku masih bisa menolongnya."
"Andrian, aku tidak berbohong."
Teresa bersandar di punggung Andrian bagaikan burung kecil yang lemah.
Andrian Huo menghembuskan asap rokok, kemudian berbalik badan menatapi tampilan Teresa yang seperti disalahkan, namun dia tidak merasakan sedikitpun rasa kasihan terhadap Teresa.
"Ini."
Dia menarik tangannya dan meletakkan 'senjata pembunuhan' itu diatas telapak tangan Teresa, "Benda ini harusnya berada di dalam rumah, namun benda ini telah menjadi penyebab utama kematian Alicia, apakah benda ini berjalan keluar dengan sendirinya?"
Pemantik ini sangat ringan, sangat-sangat ringan, namun pemantik ini terasa sangat berat bagaikan penutup seberat ribuan kilo yang menekan hancur keberuntungan terakhirnya.
"An..... Andrian, bagaimana, bagaimana kamu tahu kalau pemantik ini adalah pemantik yang ada di rumah, bukankah semua pemantik bentuknya seperti ini?! "
Teresa meraih tangan Andrian dan berkata dengan air mata yang terus mengalir, "Andrian, kamu tetap tidak bisa menerima bahwa kematian Alicia tidak ada hubungannya denganku, tidak ada! Nenek Lim memfitnahku, tidak disangka kamu percaya padanya!"
Novel Terkait
Hanya Kamu Hidupku
RenataHidden Son-in-Law
Andy LeeYou're My Savior
Shella NaviRahasia Istriku
MahardikaMy Secret Love
Fang FangGaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangUnplanned Marriage
MargeryBlooming at that time×
- Bab 1 Pada saat itu aku harusnya mencekikmu sampai mati
- Bab 2 Kamu benar-benar kejam
- Bab 3 Telah mengandung anaknya
- Bab 4 Anak harus mati
- Bab 5 Dipaksa untuk Aborsi
- Bab 6 Mengambil matanya
- Bab 7 Donasi Kornea
- Bab 8 Kehilangan Cahaya
- Bab 9 Mencelakai Anaknya
- Bab 10 Dia telah kabur
- Bab 11 Mereka Telah menikah
- Bab 12 Mati bersama Anak Liarmu
- Bab 13 Tolonglah Aku Andrian
- Bab 14 Anak Kita Telah Mati
- Bab 15 Manajer Huo, nyonya meninggal
- Bab 16 Dia menjaga mayat itu
- Bab 17 Dia pantas mendapatkannya
- Bab 18 Orang mati tak bisa berbicara
- Bab 19 Andrian Huo sudah gila
- Bab 20 Anaknya masih hidup
- Bab 12 Cekik mati anak itu
- Bab 22 Lecurkan dia
- Bab 23 Teresa berbohong
- Bab 24 Kamu yang membunuh Alicia!
- Bab 25 Berhutang terlalu banyak sama dia
- Bab 26 Pembunuhan
- Bab 27 Kalian semua pantas mati
- Bab 28 Kenyataan
- Bab 29 Dia berhutang nyawa
- Bab 30 Mendaftar pernikahan
- Bab 31 Kamu jangan salah paham terhadapku
- Bab 32 Aku pantas mati
- Bab 33 Kota yang berbeda, orang yang sama
- Bab 34 Aku akan memberikan mataku
- Bab 35 Pendonor berasal dari Jakarta
- Bab 36 Andrian Huo buta
- Bab 37 Percintaan Satu Malam, Penemanian Seumur Hidup