Blooming at that time - Bab 33 Kota yang berbeda, orang yang sama
Waktu berlalu dengan cepat, 2 tahun telah berlalu.
Pada sore hari, angin sepoi-sepoi berhembus di depan pintu sebuah toko bunga yang terletak di sudut jalan. Terdengar suara lonceng berbunyi, seorang perempuan bercelemek membalik papan toko yang tertulis 'buka', wanita tersebut tersenyum lembut.
"Nona, berapa harga bunga Gardenia?"
"12 ribu per tangkai, sekarang sedang pas musim Gardenia berbunga."
Perempuan tersebut berdiri di antara bunga-bunga yang sedang bermekaran, wangi bunga mengelilinginya, ia memakai gaun putih satin panjang, rambutnya yang lembut diikat secara longgar ke belakang. Pakaiannya yang sederhana dan wajahnya yang cantik membuatnya terlihat lebih menarik dibandingkan bunga-bunga di sekelilingnya.
Setiap pembeli yang datang selalu menyebutkan nama bunga ketika menanyakan harga agar perempuan yang kehilangan penglihatannya itu bisa tahu dengan jelas apa yang diinginkan pembeli.
***
Setelah berhasil menjual bunga Gardenia kepada pembeli tadi, dia pun sibuk merapikan tokonya, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari belakangnya.
"Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?"
"Aku ingin menghadiahi pacarku seikat mawar merah."
"Mmm..... Dia seharusnya tidak suka mawar merah, lebih baik menghadiahinya bunga Cendrawasih."
Seulas senyum terbentuk di wajah tampan dan mulus lelaki tersebut, "Sudah, aku tidak akan mengerjaimu lagi."
Alicia Lim ikut tersenyum, matanya menyipit membentuk lengkukan, ia yang berdiri di depan kumpulan bunga-bunga bagaikan gadis cantik di dalam lukisan.
"Bagaimana kamu bisa tahu itu aku? Sekali membuka mulut langsung memanggil Tuan, bagaimana kalau ternyata seorang perempuan?"
"Aku tidak bodoh, ketika kamu berjalan tumitmu dulu yang menginjak lantai, langkahmu tidak cepat dan tidak lambat, aku bisa mengenali langkah kakimu." mata Alicia penuh dengan tawa, dan sedikit kesombongan.
Leon Lai sangat mengakui kehebatan pendengaran Alicia, pendengarannya lebih tajam daripada kucing.
Sudah 2 tahun mereka berdua menjalin hubungan.
"Hari ini istirahat, aku akan mentraktirmu makan."
***
Sinar matahari terbit terpancar di permukaan laut, di restoran barat yang terletak di tepi laut, terdengar suara alunan piano yang lembut. Alicia Lim duduk di tepi kasur, kulitnya yang putih seperti salju.
Penampilannya langsing dan lembut seperti dewi, menarik perhatian orang-orang yang lewat.
"Rame sekali."
Alicia mengerutkan alisnya, dia tidak terlalu terbiasa dengan tatapan orang lain yang melihatnya.
Karena dia tidak bisa melihat wajah mereka, hanya bisa merasakan tatapan mereka yang tertuju padanya, dia merasa sangat tidak nyaman.
Alicia duduk tegak, Leon Lai menuangkan segelas anggur merah untuknya, "Kamu hanya perlu tahu, aku ada di sampingmu."
Tangan Alicia yang terletak di atas lututnya mengepal tanpa sadar, dulu juga ada lelaki yang mengatakan hal yang sama kepadanya.
Namun lelaki itu, telah merebut haknya untuk melihat jelas dunia ini.
Menyadari perubahan kecil di wajah Alicia, Leon tau, salah satu perkataannya membuat Alicia teringat masa lalu.
"Alicia, ada apa? Bagaimana kalau kita pindah ke tempat lain?"
"Tidak usah." Alicia tersenyum paksa, kemudian berdiri sambil berkata: "Aku ingin ke toilet, boleh tolong mengantarku kesana?"
"Wanita bodoh, kamu tidak perlu bertanya, aku pasti membantumu."
Leon menggandeng tangan Alicia berjalan melalui koridor, di tatapan mata orang-orang yang melihatnya mengandung sedikit rasa kasihan, perempuan yang begitu cantik ternyata seorang tunanetra!
***
Leon Lai membantu Alicia memegangi rambutnya, Alicia berdiri di depan wastafel, Leon sudah menekan sabun cuci tangan ke tangan Alicia.
"Maaf, keluar makan masih perlu kamu layani."
Alicia tersenyum nakal.
Setelah pergi dari kota Jakarta, Leon selalu menjaga dan merawatnya, kalau bukan karena Leon, Alicia tidak tahu apakah dia bisa melanjutkan hidupnya, terlebih lagi menyelamatkan diri dari kebakaran.
"Sudah kubilang, jangan mengatakan hal-hal seperti itu. Kamu begitu segan terhadapku, kalau kita menikah, aku akan merasa sangat canggung. "
Alicia menggigit bibirnya, wajahnya memerah, "Ba.... baiklah."
"Baik apa? Menikah denganku?"
".........."
Alicia tidak menjawabnya, dia mengeringkan tangannya di bawah pengering sambil menundukkan kepalanya seperti istri yang pemalu.
Leon Lai tidak bisa memalingkan pandangan darinya, walaupun dia kehilangan penglihatannya, namun di hati Leon, Alicia tetaplah gadis kuliahan yang berdiri di bawah pohon sakura sambil membawa buku.
Leon mencintainya, sangat mencintainya.
Pada awalnya dia pikir dia tidak punya kesempatan, Andrian dan Alicia adalah pasangan sempurna yang terkenal di universitas.
Namun siapapun tidak menyangka, lelaki sialan itu melukai Alicia sampai sekujur tubuhnya penuh dengan luka!
Setelah Leon menyampaikan perasaannya terhadap Alicia, Alicia selalu menghindarinya.
Kalau bukan karena terpaksa, Alicia tidak akan memberitahunya betapa sakitnya dia. Leon membawa Alicia pergi, namun Alicia tetap ingin tinggal di Jakarta, karena disanalah rumahnya, disanalah kota dia lahir.
Namun, cintanya yang keras kepala digantikan dengan apa?
Andrian Huo yang mengirim Teresa untuk membunuh anaknya, merebut rahimnya, membakarnya hidup-hidup!
***
Leon Lai masih saja bermimpi buruk ketika teringat kejadian hari itu, kalau bukan Alicia menghubunginya ketika nyawanya terancam.
Kalau bukan Leon pas berada di sekitar, kalau bukan dia tepat waktu menolongnya, dia tidak akan bisa melihat Alicia miliknya lagi untuk selamanya.
Secara kebetulan, tidak tahu siapa yang sebenarnya terbakar mati, ketika di televisi muncul berita tentang kejadian itu, Alicia berada disampingnya.
Menurut Leon, ini adalah kesempatan memulai hidup baru yang diberikan Tuhan untuk Alicia!
Leon membawa Alicia pergi jauh, mereka melewati kehidupan yang nyaman dan bahagia bersama. Leon pernah khawatir kalau kenyataan Alicia masih hidup terkuak, namun belakangan dia mendengar kabar Teresa Lim jatuh ke jurang dan mati.
Selain merasa senang, dia juga merasa lega, Andrian Huo mungkin akan tenggelam dalam kesedihan dengan kematian Teresa dan tidak akan memikirkan Alicia lagi.
Dengan demikian, hidup Alicia selanjutnya akan lewat dengan bahagia dan tenang.
***
Leon Lai menggandeng Alicia dan kembali ke tempat duduk mereka, penglihatan Alicia tidak baik, tanpa sengaja menabrak orang yang berjalan kearahnya.
"Maaf."
Dia menundukkan kepalanya meminta maaf, pria itu baru saja mau berbicara, mulutnya terbuka sedikit, namun wajahnya yang tampan membeku.
Alicia.....
Seluruh tubuh Andrian membeku, perempuan itu melewatinya dan berjalan semakin jauh, Andrian berpaling menatapi punggung perempuan itu, orang yang selalu muncul dimimpinya!
Dia mencubit pahanya, rasa sakit menyadarkan dia bahwa ini bukan mimpi! Dia tidak sedang bermimpi!
Andrian mengikuti kedua orang itu dari belakang dengan keadaan setengah sadar, gadis itu sama persis dengan Alicia, dan bukankah orang yang disampingnya.......Leon Lai!
Benar, Leon Lai yang menyampaikan perasaannya pada Alicia.
Benar, perempuan itu benar-benar adalah Alicia! Alicia miliknya!
"Alicia."
Suaranya kecil dan bergetar, dia mengangkat tangannya bermaksud menyentuh pundak Alicia.
Kedua orang itu tidak menyadari keberadaannya, mereka duduk di meja mereka, Leon berkata sambil tersenyum, "Makanan sudah habis, selanjutnya ada hal serius yang harus dilakukan."
"Hal apa?"
Dia hanya mendengar bisikan orang-orang di samping telinganya, tangan besar Leon Lai menggandeng ujung jari Alicia, dia berdiri, kemudian berlutut dengan sebelah kaki.
"Waahhh......"
Tamu-tamu di restoran sangat menanti-nanti kelanjutan adegan ini.
"Leon, kamu...."
Alicia sangat ingin melihat apa yang dilakukan Leon, namun di depan matanya hanya kegelapan.
Tiba-tiba, sebuah cincin yang dingin dipakaikan di jari manisnya, "Alicia, menikahlah denganku."
Kerutan di dahi Alicia menghilang, ia tersenyum cemerlang.
***
Alicia?
Dia benar-benar adalah Alicia?!
Dia belum meninggal!!
Andrian Huo tidak bisa mengendalikan dirinya, dia berjalan menuju Alicia dengan cepat!
"Ali....."
Dia baru melangkah dua langkah, restoran tiba-tiba meriah dengan suara tepukan tangan dan tawa bahagia, sebuah cincin yang terpakai di jari manis Alicia seperti menusuknya menyebabkan kesakitan di hatinya.
Kegembiraan datang terlalu cepat, belum benar-benar menikmatinya, sudah dipecahkan oleh kenyataan.
Alicia akan menjadi istri orang lain.....
Ada orang yang menyadari keberadaan lelaki lain di belakang Leon Lai, lelaki itu sangat aneh, semua orang sedang tertawa, namun dia sedang menangis.....
Andrian Huo melewati hari-hari tanpa arti, dia hanya bisa menjaga kuburan Alicia, memimpikan wajah Alicia yang dulu, disertai dengan kehidupan yang lewat tanpa disadari.
Dia berkata pada dirinya, orang yang sudah meninggal tidak bisa hidup kembali, dia hanya bisa menggunakan sisa hidupnya untuk mengenangnya.
Namun, orang yang sudah meninggal itu sekarang berada di depan matanya!
"Alicia..... kamu harus bahagia, harus..... bahagia."
Dia bergumam dengan suara rendah, Leon Lai melihat ke belakang sambil memeluk Alicia, tiba-tiba dia terkejut seperti melihat hantu, "Kenapa kamu ada disini?"
Novel Terkait
That Night
Star AngelCinta Tak Biasa
SusantiAir Mata Cinta
Bella CiaoHei Gadis jangan Lari
SandrakoDoctor Stranger
Kevin WongBlooming at that time×
- Bab 1 Pada saat itu aku harusnya mencekikmu sampai mati
- Bab 2 Kamu benar-benar kejam
- Bab 3 Telah mengandung anaknya
- Bab 4 Anak harus mati
- Bab 5 Dipaksa untuk Aborsi
- Bab 6 Mengambil matanya
- Bab 7 Donasi Kornea
- Bab 8 Kehilangan Cahaya
- Bab 9 Mencelakai Anaknya
- Bab 10 Dia telah kabur
- Bab 11 Mereka Telah menikah
- Bab 12 Mati bersama Anak Liarmu
- Bab 13 Tolonglah Aku Andrian
- Bab 14 Anak Kita Telah Mati
- Bab 15 Manajer Huo, nyonya meninggal
- Bab 16 Dia menjaga mayat itu
- Bab 17 Dia pantas mendapatkannya
- Bab 18 Orang mati tak bisa berbicara
- Bab 19 Andrian Huo sudah gila
- Bab 20 Anaknya masih hidup
- Bab 12 Cekik mati anak itu
- Bab 22 Lecurkan dia
- Bab 23 Teresa berbohong
- Bab 24 Kamu yang membunuh Alicia!
- Bab 25 Berhutang terlalu banyak sama dia
- Bab 26 Pembunuhan
- Bab 27 Kalian semua pantas mati
- Bab 28 Kenyataan
- Bab 29 Dia berhutang nyawa
- Bab 30 Mendaftar pernikahan
- Bab 31 Kamu jangan salah paham terhadapku
- Bab 32 Aku pantas mati
- Bab 33 Kota yang berbeda, orang yang sama
- Bab 34 Aku akan memberikan mataku
- Bab 35 Pendonor berasal dari Jakarta
- Bab 36 Andrian Huo buta
- Bab 37 Percintaan Satu Malam, Penemanian Seumur Hidup