Sederhana Cinta - Bab 4 Hanya Menginginkan Dia Mati
Bab 4 Hanya Menginginkan Dia Mati
Wanita yang benar-benar berhati ular sebenarnya adalah Anita!
Dia berpikir, dia akan mencoba menghukumnya lebih banyak lagi! "Siapa yang aku cintai, itu bukan urusanmu!"
Anita menggigit bibirnya menghadapi kegilaan pria itu.
Telepon berdering, milik Gilang, di layar menunjukkan nama Gunawan.
Gilang masih menekan tubuh Anita, mengangkat telepon, panggilan telepon dari pria setengah baya dengan suara serak menangis, "Gilang! Gilang! Anggun mencoba bunuh diri, dia hanya ingin melihatmu untuk terakhir kalinya!"
Ini adalah pertama kalinya Gilang berhenti sebelum mendapatkan kepuasan fisiknya.
Mobil melesat dengan cepat di jalan sepanjang perjalanan kembali ke kota, Anita memainkan jarinya dan mengatakan : "KalauAnggun belum mati, kita sudah tewas terlebih dahulu dikarenakan kecelakaan mobil, mungkin kita akan menjadi sepasang hantu."
Gilang melihat Anita kembali tersenyum, apakah wanita itu akhirnya mencapai tujuannya?
Adiknya sedang sekarat, apakah pembalasan dendamnya sudah berakhir?
"Diam!"
"Kamu khawatir? Kamu takut? Apakah kamu takut tidak akan bisa melihatnya lagi seumur hidupmu?"
"Anita, kamu sangat berdarah dingin! Itu adalah adikmu."
"Ibuku hanya melahirkan seorang anak perempuan, darimana adik itu berasal?"
Anita sangat jelas mengetahui, Anggun tidak akan benar-benar bunuh diri, wanita itu sangat licik, dia bahkan merelakan laki-laki yang sangat dicintainya untuk tidur dengan orang lain, apa lagi yang tidak mungkin tidak dia perbuat, dia masih ingin mendapatkan Gilang.
Trik bunuh diri ini, hanya untuk memaksa Gilang melakukan perceraian.
Anita tidak pergi ke rumah sakit, Gilang pergi sendirian.
Gilang tidak pulang selama tiga hari, Anita justru tidak berhenti muntah dalam tiga hari ini, muntah sampai mulutnya pahit, tenggorokannya sakit, hanya bisa pergi ke rumah sakit untuk memeriksanya.
Konfirmasi akhir merupakan kehamilan kembar.
Kembar!
Tuhan benar-benar membuat lelucon besar untuknya.
Dia dan Gilang begitu tidak akurnya, apakah kehamilan benar-benar dianggap sebagai hal yang menggembirakan?
Anita memegang hasil laboratorium, berjalan kesana kemari sepanjang lorong rumah sakit, berjalan tidak tentu arah, jantungnya berdebar sangat keras, tidak dapat mempercayainya, pikirannya penuh dengan pikiran "Bagaimana ini? Bagaimana?"
Dia kembali pergi ke dokter bersalin untuk melihat lembar hasil tes.
Dokter dengan tumpukan banyak kasus, dia tidak melihat ke arahnya, "Kamu hamil, menginginkannya atau tidak? Jika tidak mau lakukan aborsi sedini mungkin, jika sudah besar dan baru melakukan aborsi maka akan berpengaruh buruk pada tubuhmu."
Setelah Anita mendengar kata "aborsi", dia sangat kaget, melarikan diri dari rumah sakit seperti dikejar hantu, setelah melarikan diri keluar dari rumah sakit, dia duduk di tangga batu dan menangis dengan kencang.
Jika si kembar merupakan kompensasinya selama dua tahun ini, dia ingin melepaskan segalanya, melanjutkan hidupnya dengan baik.
Dia menenangkan diri dalam waktu yang lama sebelum dia mengeluarkan telepon dan menghubungi Gilang, "Gilang, pulanglah ke rumah hari ini untuk makan, aku punya sesuatu untuk dibicarakan denganmu."
"Tubuhnya masih belum pulih"
"Aku punya hal yang lebih penting."
"Kamu bisa tangani sendiri."
"Aku menunggumu, jika kamu tidak datang, aku akan pergi ke rumah sakit dan mencabut tabung oksigen Anggun!"
Setelah berkata dengan marah, dia menutup panggilannya.
Di malam hari, dia membuat tiga lauk dan satu sup, selama dua tahun menikah, mereka tidak pernah makan bersama dengan baik, jika mempunyai anak, harus terlihat seperti layaknya rumah.
Makanan yang disajikan masih mengepul, kunci pintu ditekan, Anita berlari untuk membuka pintu, tersenyum ke arah laki-laki itu, melihat wajah Gilang yang tampan itu sangat lelah, dan dingin.
Gilang dengan tubuhnya yang tinggi berjalan melewati Anita, dengan membawa bau desinfeksi rumah sakit, sambil berjalan ke atas dia berkata, "Aku mandi terlebih dahulu, nanti akan pergi kembali ke rumah sakit, aku akan menjemputmu besok pagi, untuk mengambil surat cerai."
Masakan yang lezat hanya menjadi pendamping topik yang dingin.
Anita terus berdiri di lantai bawah, dia mengenakan sandal, tubuhnya dibalut dengan celemek bermotif lotus berwarna pink, dia bertambah kurus dalam beberapa hari, menjadi lebih cantik, matanya menjadi lebih besar, dia melihat ke arah tangga.
Menunggu.
Gilang selesai mandi dan berganti pakaian kemudian turun, ketika dia berjalan melewatinya, dia menariknya. "Malam ini di rumah saja, ada yang ingin aku bicarakan denganmu, rumah sakit memiliki perawat."
"Dia tidak bisa hidup tanpaku sekarang."
"Aku juga tidak bisa hidup tanpamu."
Gilang melepas tangan Anita, dengan sedikit keras, "Anita, kamu tidak mati untukku."
Anita sangat sakit hati, matanya sangat perih, tapi dia tersenyum, apakah dia benar-benar hanya menginginkan dia untuk mati?
Novel Terkait
Asisten Wanita Ndeso
Audy MarshandaLove And War
JanePria Misteriusku
LylyRahasia Istriku
MahardikaCinta Yang Dalam
Kim YongyiHalf a Heart
Romansa UniverseSederhana Cinta×
- Bab 1 Menginginkannya Dari Belakang
- Bab 2 Merencanakan Perceraian
- Bab 3 Kamu Perlu Diberi Pelajaran
- Bab 4 Hanya Menginginkan Dia Mati
- Bab 5 Masih Membencimu
- Bab 6 Sudah Waktunya Untuk Melepaskan
- Bab 7 Setuju Untuk Bercerai
- Bab 8 Mengalir Banyak Darah
- Bab 9 Tidak Dapat Hamil
- Bab 10 Dia Tidak Mencintaiku
- Bab 11 Depresi Hingga Tidak Bisa Melepaskan Diri
- Bab 12 Menguap Dari Dunia
- Bab 13 Darah Mengalir Di Luka
- Bab 14 Satu Jenazah Dua Nyawa
- Bab 15 Ikut Pulang Bersamaku
- Bab 16 Wanitanya
- Bab 17 Tidak Bisa Dipisahkan
- Bab 18 Dipisahkan Di Dunia Yang Berbeda
- Bab 19 Menginginkan Nyawanya
- Bab 20 Bisa Seberapa Menderita
- Bab 21 Kamu Ingin Membunuhku
- Bab 22 Apa Lagi Kegunaanmu?
- Bab 23 Hanya Mencintainya 11 Tahun
- Bab 24 Membawanya Ke Pelukan
- Bab 25 Anak
- Bab 26 Malaikat Yang Dikirim Untuknya
- Bab 27 Tidak Bisa Membayar Lunas Hutang Padamu
- Bab 28 Setiap Kata Menyakiti Hati
- Bab 29 Pria Gila
- Bab 30 Tidak Lagi Membuatnya Tidak Bahagia
- Bab 31 Membunuh Keluarganya
- Bab 32 Menghancurkan Sampai Akar
- Bab 33 Jangan Melewati Batas
- Bab 34 Apa Kamu Sudah Gila
- Bab 35 Untung Dan Rugi Yang Telah Dipertimbangkan
- Bab 36 Sakit Jika Dipikirkan
- Bab 37 Aku Telah Menyakitinya
- Bab 38 Tamparan Dengan Kencang Mendarat Di Wajah Sendiri
- Bab 39 Sangat Memilukan
- Bab 40 Semua Akan Aku Penuhi
- Bab 41 Aku Menginginkan Dia Mati
- Bab 42 Senyuman Yang Kejam
- Bab 43 Membunuh Ibunya
- Bab 44 Aku Takut, Aku Takut
- Bab 45 Sangat Mencintaimu