Sederhana Cinta - Bab 14 Satu Jenazah Dua Nyawa
Bab 14 Satu Jenazah Dua Nyawa
Sangat menyakitkan, Gilang memegang dahinya, bersandar di dinding.
Ketika Anita menuliskan cinta dan kebenciannya di kertas, dia baru menyadari bahwa selama 11 tahun, ini bukanlah pertunjukan Anita seorang diri, dia berpartisipasi di dalamnya dan memainkan peran yang penting.
Dia memberi seluruh waktunya semenjak masih gadis hingga menjadi wanita dewasa, ketika dia menatapnya dengan pandangan mata naif yang tulus memancarkan cahaya, kemudian secara bertahap merasa terasingkan, dan kemudian, ketidakpeduliannya bagaikan pisau yang memotong habis cintanya, mereka perlahan menjadi acuh tak acuh.
Dia yang secara pribadi mengirimnya ke jurang keputusasaan cinta.
Sekarang dia memegang cintanya yang lama, menyakiti dirinya dengan dalam.
Gilang meninggalkan taman bunga Lan, naik ke mobilnya kemudian menginjak pedal gasnya, pergi ke Kediaman Selatan No.1.
Setelah menemukan Saputra, Gilang masuk dan langsung berkata, "Aku mau memeriksa jejak keberadaan Anita sekali lagi."
Saputra menutup pintu, mengerutkan keningnya dan melirik Gilang, dengan ragu bertanya, "Bukankah terakhir kali aku sudah memeriksanya? Tidak ada catatan sama sekali."
Gilang mengambil cangkir dan menuangkan air sendiri, dengan ganas meminumnya, "Tidak, kali ini aku ingin memeriksa Bambang, mereka menghilang bersama, seharusnya mereka mengubah identitas mereka."
"Apa?" Saputra berjalan cepat ke sisi Gilang, "Anita dan Bambang kabur bersama?"
Pikiran Gilang yang paling tidak ingin diungkapkannya diungkapkan oleh Saputra, dengan cepat pandangan matanya meredup, mengeluarkan peringatan.
Saputra melambaikan tangan, "Aku bercanda, Anita sangat mencintaimu dan semua orang tahu itu, bagaimana mungkin dia kabur hanya karena kata-kata manis Bambang?"
Di dalam hatinya Saputra tahu, Gilang dalam setahun ini bagaikan gunung berapi yang dapat meletus kapan saja, dan itu memiliki keterkaitan dengan kepergian Anita.
Jika tidak bagaimana mungkin dia berubah bagaikan orang lain? Tidak berpartisipasi dalam pesta apapun, tujuannya hanya menghasilkan uang, dan terus menghasilkan uang, benar-benar seperti robot.
Gilang berkata, "Beritahu aku jika menemukan informasi, apapun petunjuknya, tidak boleh dilepaskan."
"Baiklah, tenang saja, sistem kami dapat mengetahui informasi dari lahir sampai mati, tidak masalah, pasti akan dapat menemukannya"
Setiap harinya semenjak meninggalkan Kediaman Selatan No.1, Gilang sangat cemas, semakin lama semakin cemas.
Setiap harinya dia akan membaca sekali lagi surat yang ditulis oleh Anita untuk ibunya.
Di dalam pikirannya selalu muncul bayangan Anita yang berlutut di reruntuhan, sambil menangis meneriakkan namanya, sambil memindahkan batu dengan tangannya...
Setelah ketidakpastiannya menjadi jelas, suasana hati yang tadinya tenang menjadi tidak bisa tenang.
Gilang sekarang hanya ingin menemukan Anita, karena dalam 11 tahun terakhir, Anita perlahan-lahan memasuki tubuhnya, menjadi bagian dari tubuhnya, dengan erat menempel pada jantungnya, aman dan stabil bersama dengannya, tidak ada penyimpangan.
Dia akhir-akhir ini baru saja menyadari, dia takut akan rasa sakit, sehingga jika Anita kembali maka bagian jantungnya yang robek dan berdarah itu bisa diperbaiki, selama dia masih ada di sana, maka tidak akan sakit lagi, dia adalah orang yang egois, pasti akan menemukan dia!
Seminggu kemudian, Gilang menerima panggilan telepon dari Saputra, suaranya di telepon sangat cemas, "Gilang! Datang ke kediaman Nan No. 1 sekarang! Cepat!"
Gilang tidak berani menunda, dia tahu bahwa Saputra akan membicarakan hal mengenai Anita.
Sepanjang jalan dia membawa mobilnya melesat dengan cepat ke Kediaman Selatan No.1.
Begitu dia memasuki pintu, Saputra menutup pintu, suaranya tegang. "Minum air terlebih dahulu! Jangan buru-buru."
Semakin Saputra seperti ini, Gilang makin emosi dan tidak bisa menahannya, "Saputra! Bicaralah dengan baik!"
Mulut Saputra bergetar, menatap Gilang dengan tidak mengatakan apapun mendorongnya ke sisi sofa.
Gilang tidak tahan dengan suasana seperti ini, mengangkat tangan dan dengan kejam memukul tangan Saputra! "Saputra! Sialan kamu, jika masih bertele-tele, aku akan melemparmu dari atas ke bawah!"
Saputra berkata dengan berat, "Hei!" "Gilang, kamu harus berkabung."
“Apa maksudmu?” telapak tangan Gilang menegang menjadi kepalan tangan, pembuluh darah biru di punggung tangannya terlihat dengan jelas.
Saputra mengeluarkan setumpuk data, duduk di sofa dan menyebar foto satu per satu, "Anita dan Bambang mengganti identitas mereka dan meninggalkan Semarang untuk pergi ke Selandia Baru, dan juga mereka mendaftar untuk menikah dengan nama baru tersebut, kamu tahu, Bambang memiliki kemampuan untuk membantu Anita mengubah identitasnya.
Tetapi hari ini, Anita meninggal karena perdarahan hebat, sesuai dengan wasiatnya, semua organ tubuhnya akan disumbangkan...
Ini adalah foto dan informasi yang baru saja aku terima.
Pukul 12 siang lewat tujuh menit, satu jenazah dua nyawa."
Satu jenazah dua nyawa, empat kata ini membuat Gilang menggigil kedinginan, pori-pori tubuhnya menegang, sekali lagi bayang-bayang Anita yang keguguran kembali menghempaskan jantungnya.
Jantungnya bukan tidak merasakan takut, bukan juga rasa sakit, tetapi dia menggunakan semua pengekangannya dan secara paksa menahannya, untuk membuatnya tidak tampak begitu lemah.
Gilang dalam sekejap merampas data dari tangan Saputra, foto pernikahan Anita dengan Bambang, foto Anita dengan kehamilan besar terbaring di ranjang, dan juga foto anak yang seluruh badannya berubah menjadi ungu dan sudah tidak bernapas.
Laporan identifikasi kematian semuanya dalam bahasa Inggris, bukan ini yang ingin dia lihat! "Apa-apaan foto pernikahan ini! Siapa yang mengakui? Aku tidak percaya! Itu bukan dia! Dia pergi seteleh keguguran! Anak dari mana? Aku ingin melacaknya, dan dia meninggal? Dan juga meninggal hari ini, tidak mungkin ada hal yang kebetulan seperti ini!"
Saputra berkata tak berdaya: "Dia telah pergi selama satu tahun dan satu bulan, anak itu pasti milik Bambang! Bagaimana mungkin itu anakmu!"
Gilang menutup mata, mencoba untuk menekan emosi dan kemarahan yang membakar dadanya, "Aku tidak peduli anak siapa itu! Saputra! Segera atur bagian Selandia Baru sana! Tidak ada orang yang boleh menyentuh organ tubuh Anita! Aku ingin melihat Anita tidak peduli dia hidup atau mati!"
Saputra diam untuk sesaat, dengan ragu-ragu berkata, "Gilang, itu adalah wasiat Anita. Kalian telah bercerai, kamu harus menghormatinya, wasiat almarhum penting, harus melepasnya dengan damai untuk pergi ke surga, kamu tidak boleh pergi untuk mengganggunya."
Gilang menunggu Saputra! Dengan tiba-tiba merasakan dirinya ada di tepi tebing, jika melangkah maju maka akan merampas nyawanya, tapi tampaknya Anita bersembunyi di bawah tebing itu, dia tidak peduli lagi, dia harus melompat untuk membuat Anita keluar!
Emosinya sudah tidak bisa dikendalikan, melihat ke arah Saputra dengan mata yang memerah bagai api, bahkan suaranya ditarik menjadi nada yang tinggi! "Siapa yang bercerai dengannya! Aku tidak hadir saat perceraian itu terjadi dan itu ilegal! Aku tidak mengakuinya!"
Siapa yang mati! Jangan bermain-main denganku! Aku tidak memiliki kedamaian pikiran, atas dasar apa dia boleh merasa damai! Dia mengatakan bahwa dia mencintaiku selama 11 tahun, tapi dia kabur dan menikahi orang lain, itukah yang dikatakan dia mencintaiku selama 11 tahun? Sial, dia bilang sudah tidak mencintaiku begitu saja! Apakah aku telah menyetujuinya?
Dia berani meninggalkanku seperti ini dan masih ingin pergi ke surga! Aku ingin mengulitinya! Aku ingin dia masuk ke neraka dan tidak bisa bereinkarnasi selamanya."
Gilang jarang begitu marah sampai berbicara begitu banyak, tapi setelah mengeluarkan semuanya, tubuhnya tampaknya tidak memiliki pasokan energi, dia bernafas dengan terburu-buru, dengan jari yang gemetar mengeluarkan ponselnya, ponselnya hampir jatuh ke tanah, setelah panggilan telepon tersambung, dengan dingin memerintah, "Siapkan rute penerbangan pribadi! Selandia Baru! Saat ini! Segera!"
Novel Terkait
Cinta Yang Tak Biasa
WenniePredestined
CarlyEverything i know about love
Shinta CharityCinta Adalah Tidak Menyerah
ClarissaThis Isn't Love
YuyuUangku Ya Milikku
Raditya DikaLoving The Pain
AmardaSederhana Cinta×
- Bab 1 Menginginkannya Dari Belakang
- Bab 2 Merencanakan Perceraian
- Bab 3 Kamu Perlu Diberi Pelajaran
- Bab 4 Hanya Menginginkan Dia Mati
- Bab 5 Masih Membencimu
- Bab 6 Sudah Waktunya Untuk Melepaskan
- Bab 7 Setuju Untuk Bercerai
- Bab 8 Mengalir Banyak Darah
- Bab 9 Tidak Dapat Hamil
- Bab 10 Dia Tidak Mencintaiku
- Bab 11 Depresi Hingga Tidak Bisa Melepaskan Diri
- Bab 12 Menguap Dari Dunia
- Bab 13 Darah Mengalir Di Luka
- Bab 14 Satu Jenazah Dua Nyawa
- Bab 15 Ikut Pulang Bersamaku
- Bab 16 Wanitanya
- Bab 17 Tidak Bisa Dipisahkan
- Bab 18 Dipisahkan Di Dunia Yang Berbeda
- Bab 19 Menginginkan Nyawanya
- Bab 20 Bisa Seberapa Menderita
- Bab 21 Kamu Ingin Membunuhku
- Bab 22 Apa Lagi Kegunaanmu?
- Bab 23 Hanya Mencintainya 11 Tahun
- Bab 24 Membawanya Ke Pelukan
- Bab 25 Anak
- Bab 26 Malaikat Yang Dikirim Untuknya
- Bab 27 Tidak Bisa Membayar Lunas Hutang Padamu
- Bab 28 Setiap Kata Menyakiti Hati
- Bab 29 Pria Gila
- Bab 30 Tidak Lagi Membuatnya Tidak Bahagia
- Bab 31 Membunuh Keluarganya
- Bab 32 Menghancurkan Sampai Akar
- Bab 33 Jangan Melewati Batas
- Bab 34 Apa Kamu Sudah Gila
- Bab 35 Untung Dan Rugi Yang Telah Dipertimbangkan
- Bab 36 Sakit Jika Dipikirkan
- Bab 37 Aku Telah Menyakitinya
- Bab 38 Tamparan Dengan Kencang Mendarat Di Wajah Sendiri
- Bab 39 Sangat Memilukan
- Bab 40 Semua Akan Aku Penuhi
- Bab 41 Aku Menginginkan Dia Mati
- Bab 42 Senyuman Yang Kejam
- Bab 43 Membunuh Ibunya
- Bab 44 Aku Takut, Aku Takut
- Bab 45 Sangat Mencintaimu